Sekretariat STTS

SEKOLAH TINGGI THEOLOGI SUNEIDESIS

Sekretariat:

Komplek Pertokoan Pulomas Blok XI/2 Jl. Perintis Kemerdekaan Jakarta Timur

e-mail: conscience.foundation@hotmail.com Telepon: 021-93555867, 082122715676

Selasa, 08 Oktober 2013

MENGURAI KONTROVERSI TEOLOGI MINYAK URAPAN PENDETA Drs. YESAYA PARIADJI



MENGURAI KONTROVERSI TEOLOGI MINYAK URAPAN
PENDETA Drs. YESAYA PARIADJI
 Oleh: Ps Joshua Mangiring Sinaga, S.Th., M.Th



Pengantar dan Latar Belakang

Siapa yang tidak pernah dengar nama Pendeta DR (?) Drs. Yesaya Pariadji, S.Th? Mungkin bagi kalangan kristiani di wilayah Jabodetabek nama pendeta ini sangat familiar. Pendeta Pariadji, demikian biasa ia di sebut, sangat mengerti apa artinya promosi. Dia memakai Majalah, Bulletin, Website, Radio, Televisi untuk memperkenalkan diri dan pelayanannya. Memang ada satu hal yang unik, pendeta ini sering dan bahkan hampir selalu menyebut namanya saat dia berbicara di mimbar-mimbar. Wajarlah memang beliau begitu sangat familiar karena sangat mahpun dampak dari propaganda atau reklame.

Terlepas dari propaganda yang sudah lajim di atas, sesunguhnya yang membuat Pendeta Pariadji dikenal adalah kontroversi kesembuhan ilahi yang diklaim olehnya terjadi melalui perjamuan kudus dan minyak urapan. Hampir semua yang dibicarakan dalam kebaktian-kebaktian dimana pendeta ini melayani adalah kesembuhan. Dan hampir pasti, kesembuhan itu selalu terhubung dengan perjamuan kudus dan minyak urapan.

Siapa sebenarnya Pendeta Yesaya Pariadji. Informasi yang dapat kita akses mengenai latar belakang pendeta ini sangat sedikit. Disamping belum ada buku yang secara khusus membahas tentang beliau (outobiograpi), informasi yang ada dilapangan pun terbatas dari mulut ke mulut. Kalau pun ada yang dapat kita peroleh, bentuknya hanya seperti penggalan-penggalan puzzle yang tidak utuh.

Berikut adalah kutipan dari www.tiberias.or.id  yang sangat sedikit tentang Pendeta Pariadji:

“Berasal dari latar belakang bukan orang percaya (Red; Non Kristen), yang dalam pendidikan pernah menerima beasiswa di dalam dan luar negeri; dalam karier pernah bekerja di Istana, menjadi chairman bank dan beberapa perusahaan internasional; Pdt. Pariadji telah mengalami kasih karunia Tuhan secara pribadi. Pada tahun 1985, ia mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan Yesus. Ia diperintahkan Tuhan untuk membaca Alkitab, namun ia menolak. Lalu ia mulai membaca Alkitab sewaktu sakit dan lumpuh, kemudian menerima kesembuhan. Ia digandeng malaikat ke Sorga dan menerima perintah dari Tuhan Yesus untuk mendirikan Tiberias, Gereja yang besar, penuh kuasa dan mujizat seperti pada zaman Kisah Para Rasul. Ia juga menerima perintah untuk mengembalikan Kuasa Perjamuan Kudus dan Minyak Urapan. Dalam pelayanannya, banyak jiwa telah mengalami mujizat yaitu kesembuhan dari berbagai penyakit dan kelemahan tubuh, pemulihan dari resesi ekonomi, keluarga dan perkawinan yang dipulihkan serta hidup yang diubahkan. Termasuk kesaksian dari banyak jiwa yang telah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.”

Panggilan pelayanan pendeta Pariadji sepintas lalu kalau diamati memang sangat spektakuler. Mari sejenak membaca artikel ini:

“Tuhan Yesus memberi penglihatan kepada saya tentang adanya pesta disorga, yaitu Di Ruangan Maha Suci, untuk disaksikan dan disampaikan, gambaran jemaat Tiberias yang pesta di Sorga. Pada saat saya berlutut berdoa, mohon untuk tidak dipilih menjadi pendeta. Mohon orang lain saja yang dipilih, bahkan doa dengan tetesan air mata. Menjelang subuh pagi-pagi tiba-tiba Tuhan Yesus dating dengan penuh kemuliaanNya dan berkata : “Pariadji, mari ke Sorga melihat tingkat-tingkat Kerajaan Sorga. Tugasmu adalah untuk menyampaikan tingkat-tingkat Kerajaan Sorga.”

Tuhan Yesus menggandeng saya ke Ruangan Maha Suci di depan tahta Allah. Bila saya belum pernah digandeng Tuhan ke bait Allah, setan-setan punya hak memotong tangan saya. Bila kaki saya belum pernah menginjak di depan tahta Allah, setan-setan berhak memotong kaki saya. Firman Allah berkata di dalam Wahyu 3:4 ‘Tetapi di Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan pakaiannya; mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu.’ Tuhan Yesus memperlihatkan orang-orang kudusNya. Tuhan Yesus memperlihatkan jemaat yang begitu besar dan banyak, yang berjubah kekudusan dan berkata : “lihat, bila kamu menjadi pendeta, akan menghantar ratusan ribu orang ke sorga. Lihat jemaat Tiberias sangat besar di Sorga. Mereka diundang pesta di Sorga. Kamu dengan team dan rekan-rekanmu yang hidup kudus (Mazmur 24:3-4) akan melayani mereka disini.” Disini saya juga pernah berlutut mencium kaki Tuhan. Bila mulut saya belum pernah mencium kaki Tuhan Yesus, setan-setan punya hak untuk merobek mulut saya. Saya Dipilih Tuhan Yesus untuk mempersiapkan Jemaat yang akan diundang Pesta di Ruangan Maha Kudus, yang pesta di depan Tahta Allah.”[1]

Tak pelak lagi, kesaksian yang dipublikasikan ini menjadi pergunjingan yang seru dikalangan kristiani khususnya dikalangan para teolog. Beberapa di antara teolog bahkan ada yang berani menyebut Pendeta Yesaya Pariadji sebagai Nabi Palsu[2]. Beberapa di antara praktisi akademis mempertanyakan gelar-gelar akademisnya, khususnya gelar Sarjana Theologi dan Doktoralnya. Hal yang lebih terkini lagi adalah mengenai management dan kepemimpinan mirip episkopal yang diterapkan pendeta ini menyebabkan banyak orang-orang yang bergabung dalam pelayanannya harus angkata kaki karena hal-hal yang tidak jelas penyebabnya.

Kalau mau kita ringkas, maka Pendeta Yesaya Pariadji dengan Gereja Tiberias memang sangat fenomenal, karena menurut sumber-sumber Tiberias seperti bulletin dan majalah, telah dihadiri oleh ratusan ribu jemaat. Selain fenomenal, pendeta dan gereja ini juga sangat kontroversial karena mengusung ajaran-ajaran yang sepertinya telah m enyimpang dari dokma orthodoks yang selama ini di pegang teguh oleh gereja Tuhan.

Melihat karena betapa besarnya peristiwa fenomenal dan kontroversi seputar Pendeta Yesaya Pariadji dan Gereja Tiberias, penulis mencoba mengerucutkan pembahasan dalam materi makalah singkat ini. Jadi penulis hanya akan mengungkap Teologi Minyak Urapan yang merupakan salah satu sentral propaganda teologis gereja Tiberias dan pendirinya. Tentu pembahasan akan berupaya berimbang dengan melihat fakta dan data yang ada di lapangan. Memang sangat sedikit, karena penelitian hanya terbatas dari informasi publikasi melalui bulletin dan majalah. Uraian teologia minyak urapan, mungkin saja bukan sesuatu yang baru karena menadaptasi dari ajaran-ajaran gereja lama. Tetapi yang menarik adalah, teologi minyak urapan yang diajarkan oleh Pendeta Pariadji sepertinya adalah sesuatu yang “baru”.

Hal-hal yang membuatnya seperti ajaran baru inilah yang membuat penulis merasa bahwa ini adalah suatu teologi kontemporer. Suatu pemahaman dan pengajaran yang baru walau memang mempunyai banyak persamaan dengan ajaran gereja lama. Nah, uraian ini akan mencoba menyibak apa saja yang ada dalam pengajaran pendiri gereja Tiberias ini sehingga diharapakan kita dapat mencernanya dengan baik. Bukankah Alkitab mengatakan bahwa kita harus menguji segala sesuatu? (I Tesalonika 5:21, bandingkan Efesus 5:10)

Tulisan ini tentu tidak memiliki muatan apapun selain akademis semata. Memang akan terasa menusuk hati jika kita berperilaku teologi yang kurang santun seperti Pdt. Budi Asali, M.Div, seorang pendeta Reformed/Calvinis pendiri dan gembala Golgotha ministry yang beralamat di:
Jl. Kali Rungkut  - Ruko Rungkut Megah Raya  BLOK  D - 16, SURABAYA. Pendeta yang mengaku reformed ini nyata-nyata mencela ajaran ajaran Pendeta Pariadji sesat dan Pendeta Pariadji sendiri sebagai nabi palsu dalam websitenya www.golgothaministry.org

Penulis beberapa kali mengikuti khotbah-khotbah Pendeta Pariadji melalui televisi dan radio. Walau hanya dua kali (sekali kebaktian umum dan yang terakhir kebaktian malam khusus pemuda), menghadiri kebaktian Gereja Tiberias, namun berita-berita membludaknya jemaat yang mengikuti kebaktian Tiberias memang bukan isapan jempol.  Sungguh jauh berbeda dengan Pendeta Budi Asali yang hanya berdiam dan mengendalikan pelayanan kecilnya dari sebuah ruko. Sungguh dua pendeta yagn tidak dapat disandingkan kapasitasnya. Mereka berdua bak bumi dan langit.

Oleh karena betapa harus tetap suntun dan mengindahkan etika pelayanan, maka penulis mencoba meretas benang kusut “permusuhan” antara beberapa orang teolog yang merasa terganggu dengan ajaran gereja Tiberias dan pendeta pendirinya. Uraian ini tentulah harus berimbang sehingga layak menjadi sebuah acuan yang bersifat akademis. Tidak memiliki tendensi pribadi apalagi muatan persaingan karena iri hati. Semoga apa yang penulis sampaikan dalam makalah ini dapat menjadi pedang bermata dua. Mengoreksi Pendeta Pariadji dan juga jemaat Tuhan seluruhnya, termasuk para teolognya yang mungkin meras terganggu dengan kehadiran Gereja Tiberias Indonesai.


 Sejarah Gereja Tiberias Indonesia

Bermula dari Gereja Bethel Indonesia Jemaat Tiberias, Pdt. Drs. Yesaya Pariadji menggembalakan Tiberias Ministry, di bawah naungan Sinode Gereja GBI. GBI Tiberias berdiri tanggal 17 AGUSTUS 1990 dan dalam kurun waktu tujuh tahun sejak didirikan, Tiberias Ministry bertumbuh dengan sangat cepat. Pertubuhannya merupakan satu pertumbuhan yang sangat fenomenal karena jauh melampaui pertumbuhan gereja-gereja lain di Indonesia, khususnya Jakarta. Pertumbuhan ini pun menjadi kontoversial karena fakta sebenarnya adalah perpindahan dari denominasi berbeda atau bahakan perpindahan dari denominasi yang sama (sesama Gereja GBI).

Tahun 1997, Mejelis Sinode GBI mengeluarkan sebuah keputusan yang mewajibkan seluruh jemaat GBI untuk menurunkan nama-nama jemaat lokal. Oleh karena keputusan ini, GBI Tiberias wajib menurunkan nama Tiberias dan hanya menggunakan GBI yang selanjutnya disambung dengan alamat domisili jemaat tersebut. Keputusan ini memang sungguh berdampak luar biasa. Sedikitnya ada dua jemaat raksasa GBI, Tiberias dan Bethany, memutuskan keluar dari sinode GBI. Pendeta Pariadji kemudian mendirikan Gereja Tiberias Indonesia. Sebuah gereja sinodal yang beraliran pentakostal dan berdiri sendiri terpisah dari Sinode Gereja GBI. Yang terakhir, Pdt. DR. Abraham Alex Tanusaputra, Gembala dan pendiri GBI Bethany, juga memilih berpisah dengan Sinode GBI dan mendirikan sinode sendiri.

Berikut ini adalah sebuah informasi dari sebuah sumber online:

“Gereja Tiberias Indonesia (GTI), atau Tiberias Ministry adalah salah satu sinode gereja di Indonesia. Salah satu ciri khas dari GTI adalah pelayanan Kesembuhan Ilahi melalui perjamuan kudus dan minyak urapan. Pengkhotbah-pengkhotbah yang pernah berkhotbah di gereja ini pada awal perjalannya sangat banyak. Mulai dari Erastus Sabdono, John Hartmann, Franky Pantouw, Ara Siahaan, Gilbert Lumoindong, Yuda Mailo’ol. Bahkan sampai saat ini beberapa nama seperti Petrus Octavianus, Sudarmadji Said, Josua tumakaka, Dolf Mailangkay, Joseph Prince, Agus Setiono, John Adhiguna masih tercatat sebagai pembicara tetap di Tiberias. Tiberias adalah gereja yang memiliki pertumbuhan jemaat tercepat dalam sejarah gereja Indonesia. Gereja Tiberias ada di beberapa kota, antara lain Jakarta , Bandung, Surabaya, Batam, Makassar, Semarang. Gereja Tiberias Indonesia mempunyai wadah pelayanan untuk kaum muda dengan nama Boanerges Youth Ministry, berpusat di Balai Sarbini, Jakarta. Pelayanan ibadah meliput: Boanerges Kids (sekolah minggu), Boanerges Youth ministry (kaum muda), KKR kesembuhan Ilahi & perjamuan kudus, KKR pelepasan, Pendalaman Alkitab Pria, Pendalaman Alkitab Wanita, Pelepasan Resesi Ekonomi Gereja ini mengakui lima sakramen, yaitu baptisan selam, perjamuan kudus, minyak urapan, penyerahan anak, dan pernikahan.” [3]

Gereja Tiberias mengalami perkembangan pesat setelah keluar dari Sinode GBI, terbukti dengan pertambahan jemaat baru dan wilayah pelayanan yang  baru. Gereja ini sekarang memiliki kantor sinode di Jalan Boulevard Raya Bl PD-1/22 Kelapa Gading JAKARTA UTARA Telp. (021)  7941177. Jemaat kini telah berdiri di kota Jakarta, Bandung, Surabaya, Batam, Makassar, Semarang, Manado, Medan. Masih ada jemaat baru di wilayah Indonesia dan luar negeri.

Tiberias mengadakan lebih dari 68 acara tengah minggu dan 178 acara minggu di lebih dari 48 lokasi di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Pelayanan Tiberias juga berkembang di daerah-daerah lain di Indonesia, termasuk Surabaya, Manado, Bandung, Batam, Semarang dan Makassar. Kini jumlah jemaat Tiberias telah mencapai ratusan ribu jiwa.[4]
Tahun 2006, Pdt. Gilbert Lumoindong, S.Th mengundurkan diri dari Tiberias karena dia menjadi gembala jemaat di GBI glow fellowship centre. Informasi yang kita dapatkan dari mulut kemulut adalah permasalahan seputar konflik teologis atau ajaran yang semakin tak dapat dikompromikan. Walau memang keduanya (Pdt. Gilber dan Pdt. Pariadji) seolah sepakat mengunci rapat-rapat akibat perpisahan mereka, namun perpisahan kedua hamba Tuhan yang cukup dikenal ini sempat menghebohkan.

Pada tahun 2007, Ulang tahun ke 17 Gereja Tiberias yang diadakan di Balai Sarbini. Pastor Joseph Prince juga khotbah pertama kalinya di Istora Senayan dalam acara Gospel Revolution. Boanerges Kids juga mengadakan ibadah paskah yang bertema Kasihnya tiada duanya firmannya dibawakan oleh Elsa Tanjung & perjamuan kudus hambanya Pdt. James Baware M,Div.

Tanggal 9 Agustus 2008, Pdt Drs. Yesaya Pariadji, S.Th, mendapatkan gelar doctor of ministry in leadership and transformation, dari Harvest Internationat Theologial Seminarty (HITS) bertempat di Dome World Harvest Center, Lippo Karawaci Tangerang. Gelar ini memang sedikit kontoversi mengingat gelar doktoral semestinya melalui tahapan promosi kepada masyarakat dan pencapaian akademis yang jelas. Namun entahlah, mungkin saja tahapan itu sudah dilewati oleh beliau di STT HITS? Who Knows!

Gereja GTI kini telah memiliki sebuah Sekolah Tinggi Teologia yang beralamat di Komplek Pertokoan Roxy Jakarta Barat. Sekolah ini telah mendapatkan ijin operasional dari Ditjen Bimas Kristen dan dalam operasionalnya, merekrut banyak teolog lulusan I3 Malang.

KONTRAVERSI TEOLOGI MINYAK URAPAN TEOLOGI  MINYAK URAPAN DARI SUDUT PANDANG YESAYA PARIADJI

Kita memang tidak mendapatkan uraian sistematis teologi minyak urapan dari Pendeta Pariadji. Namun paling tidak kita dapat mengikuti alur pandangan teologi beliau dari beberapa sumber antara lain bulletin gereja dan Majalah Tiberias yang secara kontinue memang memuat pengajaran-pengaran beliau. Berikut adalah ringkasan dari pandangan teologis Pendeta Pariadji menyangkut Minyak Urapan.

1.       “Saya banyak membaca buku tentang orang Yahudi seperti kitab Talmut. Disitu banyak kisah-kisah tak ditulis dalam Alkitab yang di dalamnya ditulis pengalaman Yesaya waktu diangkat ke sorga. Saya percaya bahwa Yesaya waktu diangkat ke Sorga pasti mempunyai banyak pengalaman karena waktu saya dulu diangkat ke Sorga, saya juga mempunyai banyak pengalaman. Saya dikhotbahi oleh Tuhan Yesus, saya diajari Perjamuan Kudus, saya diajari cara membaptis yang benar dan banyak lagi hal yang diajarkan Tuhan Yesus kepada saya. Maka diwaktu saya membaca kitab Talmut, Yesaya itu menulis lebih dari 90 pasal. Misalnya, di waktu Yesaya ketemu Henokh di Sorga kemudian bagaimana Henokh bercerita pada Yesaya bahwa dia waktu masuk pintu Sorga maka Allah yang Mahakuasa memanggil Michael kataNya: ‘Michael, Michael, urapi hambaKu Henokh baru boleh dia menghadap kepadaKu’. Jadi urapi dengan apa? Dengan minyak urapan. Jadi orang-orang Yahudi pada waktu itu percaya pada minyak urapan. ... Jadi bila dulu Henokh diurapi maka saya percaya kalau minyak urapan itu penuh kuasa. ... Maka saya mengutip dari kitab bangsa Yahudi yaitu Henokh diurapi Tuhan dengan minyak urapan itu baru dia bisa menghadap ke tahta Allah”.[5] 

2.      “Di dalam Alkitab yaitu dalam Wahyu 3:18 yang berkata: ‘Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat’. Kata-kata ini diberikan kepada orang-orang yang diprogramkan masuk keruang Maha Suci. Dan ternyata Gereja yang membawa orang ke ruang Maha Suci diberikan ciri yaitu ada kuasa minyak urapan, ada kuasa baptisan dan perjamuan kudus”.[6]

Berdasarkan kedua uraian tersebut di atas, dapat dijelaskan secara sederhana pandangan beliau sebagai berikut:

1.      Beliau percaya akan kebenaran Kitab Talmud sebagai pendamping untuk melengkapi Alkitab. Jadi kalau dicermati, sepertinya Pdt. Pariadji mensikritiskan Alkitab dengan Talmud. Talmud bagi kita yang percaya pada Kanonisasi Gereja Orthodok adalah catatan yang tidak setara dengan Firman Allah. Oleh karena itu, Kitab Talmud tidak dapat dijadikan acuan dalam membangun sebuah Teologi Kristen. Ini adalah koreksi pertama, sehingga kita dapat mulai mengerti alur pemikiran Pdt. Pariadji.
2.      Beliau percaya Minyak Urapan penuh kuasa. Disini penekanan adalah pada Minyak Urapan yang memiliki kuasa yang penuh. Ini adalah koreksi yang kedua. Minyak Urapan tidak memiliki kuasa, yang memiliki kuasa adalah Darah Yesus Kristus.
3.      Orang yang masuk Ruang Maha Suci dicirikan dengan adanya kuasa Minyak Urapan. Dalam dogma soteriologi, kita tidak mengakui keselamatan akibat perbuatan. Keselamatan hanya terjadi oleh karena Iman kepada Yesus Kristus. Perbuatan baik tidak dapat membawa orang ke Sorga. Don kontek Wahyu 3:18 tidak terkait dengan kesembuhan karena minyak urapan.  baik ‘emas’, ‘pakaian putih’ maupun ‘minyak’ jelas bukan sesuatu yang bersifat hurufiah / jasmani! Pada waktu seseorang datang kepada Kristus, ia pasti menerima hal-hal itu, sehingga ia menjadi kaya (secara rohani), tidak telanjang (secara rohani), dan bisa melihat (secara rohani). Kalau minyak pelumas mata itu mau dihurufiahkan atau diartikan secara jasmani, dan diartikan sebagai minyak urapan, maka emas dan pakaian putih juga harus dihurufiahkan! Itu konsekwensi logis bila minyak urapan juga dihurufiahkan.

Berikut ini adalah pernyataan-pernyataan aplikatif dari pengajaran Pdt. Yesaya Pariadji tentang kesembuhan sebagai dampak dari pelaksanaan pengurapan dengan minyak:

1.      “Jadi kalau orang ingin dibebaskan dari bisu, alergi, karena alergi juga tidak bisa disembuhkan oleh manusia maka diolesi dengan minyak urapan setiap hari”. [7]
2.      “Theresia, ia menderita alergi terhadap gigitan nyamuk. Hal ini sangat menganggunya karena bekas-bekas gigitan itu menimbulkan luka dan meninggalkan bekas pada kulitnya yang sulit hilang. Dengan kuasa Yesus melalui Minyak Urapan yang selalu dioleskannya, ia sembuh dan tidak alergi lagi terhadap nyamuk”.[8]
3.      Ada beberapa orang bersaksi anaknya ditabrak mobil truk tidak mati, ada yang diseret mobil tidak mati karena telah diurapi dengan minyak urapan”.[9]
4.      Bapak Yohanes dan Ibu Yuli bersaksi bahwa pada bulan April 2000 ibu tersebut menderita penyakit kista sewaktu hamil 5 bulan. Dokter mengatakan bahwa ibu ini harus membuang janin yang dikandungnya. Ibu Yuli percaya bahwa Yesus bisa menyembuhkannya dan ia pergi ke Tiberias. Masih di bulan April 200 ibu ini didoakan oleh Pdt. Drs. Y. Periadji dan beliau bernubuat bahwa ibu Yuli pasti sembuh dan anaknya akan lahir dengan selamat. Kemudian Bapak Pariadji memberikan Perjamuan Kudus dan Minyak Urapan. Pada bulan Desember 2000 di Dome of Tiberias ibu ini bersaksi bahwa ia sembuh dan dikaruniai seorang putra yang diberi nama Daniel yang sekarang berumur 4 bulan”.[10]
5.      Bapak Titus Sugandi yang tidak dapat berjalan mengikuti acara Natal GBI Tiberias di Hotel Grand Aquila Bandung pada tanggal 14 Desember 2000. Dengan mengikuti satu kali Perjamuan Kudus dan diolesi Minyak Urapan pada kakinya bapak tersebut dapat berjalan”.[11]
6.      Bapak Jimmy yang tidak dapat melihat mengikuti acara Natal GBI Tiberias di Hotel Grand Aquila Bandung pada tanggal 14 Desember 2000. Dengan mengikuti satu kali Perjamuan Kudus dan diolesi Minyak Urapan pada matanya yang tidak dapat melihat (buta) bapak tersebut langsung dapat melihat”[12]
7.      Lisa, menderita tumor di bagian lehernya sewaktu ia masih berumur 16 hari. Karena iman dari ibunya yang begitu kuat dimana ibu ini mengikuti Perjamuan Kudus dan Minyak Urapan beberapa kali di GBI Tiberias maka sekarang pada usianya yang ke 6 bulan Lisa sembuh dari penyakitnya”.[13]
8.      Carend Roan Delano (19 th), bersaksi di GBI Tiberias Jakarta Theater bahwa ia menderita Hepatitis C selama beberapa tahun. Dengan mengikuti Perjamuan Kudus dan Minyak Urapan serta didoakan langsung oleh Pdt. Drs. Y. Periadji, ia sembuh total. Carend mengecek langsung ke dokter dan dinyatakan sembuh”.[14] 

Masih ada banyak daftar kesaksian kesembuhan yang selalu dipropaganda dengan sangat baik oleh Gereja Tiberias. Namun ke-8 kasus di atas kiranya dapat mewakili. Pertanyaan sekarang adalah, apakah jawaban terhadap hal di atas. Apakah memang minyak urapan yang diclaim oleh Pendeta Pariadji itu penuh kuasa adalah suatu fakta yang benar-benar harus kita percayai? Sebelum menyelesaikan pertanyaan tadi dengan jawaban-jawaban teologis, ada baiknya kita membahas terlebih dahulu uraian Alkitab tentang Minyak Urapan.


AJARAN ALKITAB TENTANG MINYAK URAPAN

Untuk memulai uraian konsep teologis Minyak Urapan, Kitab Keluaran 30:22-33 adalah salah satu acuan yang sangat penting:

 “(22) Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: (23) ‘Ambillah rempah-rempah pilihan, mur tetesan lima ratus syikal, dan kayu manis yang harum setengah dari itu, yakni dua ratus lima puluh syikal, dan tebu yang baik dua ratus lima puluh syikal, (24) dan kayu teja lima ratus syikal, ditimbang menurut syikal kudus, dan minyak zaitun satu hin. (25) Haruslah kaubuat semuanya itu menjadi minyak urapan yang kudus, suatu campuran rempah-rempah yang dicampur dengan cermat seperti buatan seorang tukang campur rempah-rempah; itulah yang harus menjadi minyak urapan yang kudus. (26) Haruslah engkau mengurapi dengan itu Kemah Pertemuan dan tabut hukum, (27) meja dengan segala perkakasnya, kandil dengan perkakasnya, dan mezbah pembakaran ukupan; (28) mezbah korban bakaran dengan segala perkakasnya, bejana pembasuhan dengan alasnya. (29) Haruslah kaukuduskan semuanya, sehingga menjadi maha kudus; setiap orang yang kena kepadanya akan menjadi kudus. (30) Engkau harus juga mengurapi dan menguduskan Harun dan anak-anaknya supaya mereka memegang jabatan imam bagiKu. (31) Dan kepada orang Israel haruslah kaukatakan demikian: Inilah yang harus menjadi minyak urapan yang kudus bagiKu di antara kamu turun-temurun. (32) Kepada badan orang biasa janganlah minyak itu dicurahkan, dan janganlah kaubuat minyak yang semacam itu dengan memakai campuran itu juga: itulah minyak yang kudus, dan haruslah itu kudus bagimu. (33) Orang yang mencampur rempah-rempah menjadi minyak yang semacam itu atau yang membubuhnya pada badan orang awam, haruslah dilenyapkan dari antara bangsanya.”

Poin-poin yang dapat diuraikan adalah sebagai berikut:

1.     Membuat Minyak Urapan adalah merupakan perintah Tuhan dan bahan-bahannya ditentukan serta ukurannya juga di atur olehNya (ayat 22, 23, 24, 25). Racikan Minyak Urapan terdiri dari: 
-  rempah-rempah pilihan
-  mur tetesan lima ratus syikal
-  kayu manis yang harum setengah dari ituyakni dua ratus lima puluh syikal,
-  tebu yang baik dua ratus lima puluh syikal,
-  kayu teja lima ratus syikal, ditimbang menurut syikal kudus,
-  minyak zaitun satu hin.
2.      Minyak Urapan itu kudus (terpisah) dan digunakan untuk kalangan atau benda-benda yang terbatas. Kemah Pertemuan dan perkakas-perkakasnya dan Imam Harus serta anak-anaknya (ayat  26, 27, 28, 29, 30)
3.      Minyak Urapan tidak dapat digunakan secara sembarangan ( ayat 33) termasuk orang awam (jemaat umum)
4.      Tujuan Minyak Urapan adalah untuk menguduskan Barang atau Orang. Karena setiap barang dan atau orang yang diurapi menjadi kudus ( 29). Dalam perikop ini tidak dikatakan tujuan minyak urapan untuk menyembuhkan orang sakit. Konteks perikop ini tidak ada kaitannya sama sekali dengan kesembuhan atau mengurapai orang sakit.

Dalam banyak kesempatan Pendeta Pariadji mengatakan: “Jadi mengapa saya sering membagikan minyak urapan karena demikianlah perintah Tuhan”[15] Ini satu kekeliruan yang serius, karena minyak urapan tidak dipergunakan untuk sembarangan orang tetapi orang-orang tertentu saja. Bagaimana mungkin Tuhan mengajar dia sesuatu yang bertentangan dengan ajaran Tuhan sendiri dalam Kitab Suci? Bukankah itu bentuk inkonsistensi dari Allah jika ia mengajarkan sesuatu kepada seseorang yang bertentangan dengan Alkitab?

Pertanyaan sekarang adalah “tuhan” yang mana yang menyuruh Pendeta Pariadji membagikan minyak urapan secara bebas? Pertanyaan selanjutnya adalah apakah benar minyak urapan yang dibagikan oleh pendeta ini sesuai resepnya seperti yang telah ditentukan Tuhan? Karena kabarnya minyak urapan yang dipergunakan Pendeta Pariadji adalah Minyak Kelapa (minyak goreng) semata-mata tanpa campuran atau racikan seperti yang dimaksudkan di atas.


1.        Penggunaan Minyak Urapan dalam Perjanjian Lama (PL):

Minyak Urapan digunakan untuk mentahbiskan dan pengangkatan imam-imam yang akan melayani di bait suci Allah (Bdk. Kel 29:2). Dalam hal ini minyak urapan adalah “lambang Roh Kudus” yang memiliki peranan menyucikan dan menguduskan. Karena Allah mengurapi hamba-hamba-Nya dengan Roh Kudus untuk tugas pelayanan. Pengurapan atas orang, berlaku bagi pengurapan raja (1 Sam 16:12-13, 2 Sam 2:4), kemudian pengurapan atas imam besar (Kel 28:41), dan juga pengurapan atas nabi (1 Raja 19:16). Pengurapan baik kepada benda maupun kepada orang adalah mutlak atas perintah Tuhan. Pengurapan disebut sebagai tindakan ilahi, bukan inisiatif manusia. Dan pengurapan dilakukan oleh orang yang ditunjuk Tuhan, bukan kemauan pribadi. Jika benda yang diurapi, benda tersebut menjadi kudus. Jika orang yang diurapi, dia menjadi penerima kuasa Tuhan. Digambarkan juga orang yang diurapi, sebagai orang yang menerima karunia dan dijaga Tuhan (Maz 23:5-6).

Menguduskan perabotan bait suci (Bdk kel 40:9). Minyak urapan digunakan untuk menguduskan bait suci, perabotannya. Tujuan pengurapan atas benda-benda ini adalah penyucian (benda itu disucikan karena digunakan untuk tujuan yang suci dan atas ketetapan Tuhan). Itu sebabnya, pengurapan harus dilakukan dengan minyak khusus, yang ditunjuk Tuhan, tidak oleh semua orang. Sekali lagi perlu diperhatikan, “minyak untuk urapan ini” (minyak urapan) tidak bisa dibuat oleh semua orang dan juga pengurapannya tidak bisa dilakukan semua orang. Alkitab mengatakan hal ini dengan sangat jelas, dan “serba khusus.”

2.        Penggunaan Minyak Dalam Perjanjian Baru (PB):

Dalam Perjanjian Baru, pengurapan diterima oleh hamba Tuhan, umat Tuhan (orang percaya) bukan lagi menggunakan minyak, tetapi Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus langsung mengurapi orang percaya dengan Roh Kudus, yang diperoleh ketika kita dibaptis, percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamat. ( Bdk. 2 Kor 1:20-22). Pada waktu Tuhan Yesus dibaptis di sungai Yordan dan ketika Dia keluar dari air, Roh seperti burung merpati turun keatas-Nya. Allah mengurapi Kristus dengan Roh Kudus ( Bdk Kis 10:38). Dan orang yang percaya kepada Kristus juga menerima pengurapan (1Yoh 2:20). Pengertian pengurapan disini jelas sekali sebagai menerima karunia Roh Kudus, lahir baru dan percaya. Artinya ketika kita menjadi percaya, Allah memetraikan kita dengan Roh Kudus dan mengurapi kita dengan Roh Kudus. Dengan diurapi, kita disucikan menjadi milik Tuhan. Paulus berkata kamu bukan lagi milik kamu sendiri, melainkan milik Tuhan ( 1 Kor 6:19-20).

Penggunaan minyak dalam Perjanjian Baru hanya sebagai “media” saja untuk menyalurkan tenaga (kuasa) Allah untuk menyembuhkan (Bdk Markus 6: 7,13). Dan minyak tersebut bukanlah disebut “minyak urapan”.  Dalam Yakobus 5:14-15:

“Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni.”

Kata minyak dalam bahasa Yunani: elaioo,  yang berarti: olive-oil (miyak zaitun): penggunaan minyak ini sama dengan perumpamaan tentang gadis-gadis dengan lampunya dalam Matius 25.[16] Jadi minyak yang dimaksudkan untuk dioleskan kepada orang yang sakit, bukan minyak urapan, tetapi minyak zaitun (olive oil).  Menjadi menarik disini adalah permainan kata antara minyak urapan dan minyak zaitun. Perjanjian Baru tidak mengatakan minyak urapan yang dalam Perjanjian Lama disebut: shemen -- fat, oil (gemuk, minyak)[17]

Tindakan menguduskan perabotan bait suci dalam Perjanjian Baru tidak lagi menggunakan minyak urapan seperti pada Perjanjian Lama, tetapi oleh iman melalui doa kepada Allah. Perlu juga ditambahkan, pengertian minyak urapan di Perjanjian Baru, tidak lagi mengacu kepada penyucian benda atau pengkhususan diri, karena semua sudah digenapi di dalam Kristus. Karena semua yang percaya kepada Kristus adalah orang yang diurapi.

Allah tidak harus menyembuhkan orang sakit hanya memakai media minyak saja. Kita tidak boleh mengklaim mujizat Allah hanya dengan minyak, karena hal tersebut dapat terjebak (terjerat) kepada praktek penyembahan berhala, perdukunan dan okultisme (sihir). Dalam Perjanjian Baru Allah banyak melakukan mujizat dengan memakai berbagai media seperti : udara (orang sakit yang kena bayangan Rasul Petrus disembuhkan), sapu tangan Rasul Paulus menyembuhkan orang sakit dan yang dibelenggu roh-roh jahat, pasir (Tuhan Yesus menggunakan pasir menyembuhkan orang buta), minyak, dan media yang lain.

Minyak dan alat-alat  yang lain yang dipergunakan untuk kesembuhan terbatas sebagai media saja. Media ini sama sekali tidak memiliki kuasa apalagi penuh kuasa. Yang membuat media ini akhirnya memiliki kuasa adalah karena iman orang yang memakainya dan orang yang menerimanya. Setelah itu, media ini kembali menjadi benda-benda biasa yang tidak berbeda dengan benda-benda lainnya.

Di dalam jaman modern di mana kita hidup sekarang ini, Tuhan Allah dapat juga memakai paramedis seperti dokter, perawat dan obat-obatan untuk menyembuhkan penyakit kita. Dimana para dokter diberikannya pengetahuan tentang seluk beluk penyakit kita dan proses penyembuhan penyakit kita. Jadi kita tidak boleh membatasi kuasa Allah yang dapat bekerja melalui apa saja sesuai dengan hikmat, kedaulatan, kehendak dan rencana-Nya melakukan mujizat dan kesembuhan. Jadi dokter juga adalah alat yang dipakai Tuhan sebagai media untuk mendatangkan kesembuhan melalui ilmu pengetahuan medis. Tetapi harus diperhatikan bahwa dukun dan paranormal yang menggunakan nama “tuhan” bisa saja mendatangkan kesembuhan tetapi kesembuhan itu adalah kesembuhan palsu yang menyesatkan.  Jadi dukun dan atau paranormal tidak pernah dapat menjadi sarana atau alatNya untuk mendatangkan kesembuhan.

Dalam Perjanjian Baru minyak bukanlah “lambang Roh Kudus” atau “materai Roh Kudus”. Roh Kudus bukanlah materi, tetapi Allah dan Tuhan sendiri dalam pribadi-Nya yang ke tiga (Roh Allah). Roh Kudus tidak pernah memeteraikan kita, atau membaptis kita. Tetapi Allah didalam Kristuslah yang memeteraikan kita dengan Roh Kudus dan Tuhan Yesuslah yang membaptis kita dengan Roh Kudus.

Dalam Perjanjian Baru minyak bukan lagi lambang Roh Kudus sebagaimana “minyak urapan” dalam Perjanjian Lama atau lambang darah Tuhan Yesus, tetapi hanya media saja yang dipakai oleh Allah untuk menyalurkan tenaga dan kuasa-Nya. Kita mengimani perlindungan Allah dari serangan Iblis dan kuasa kegelapan dengan memakai seluruh perlengkapan senjata yang Allah berikan (Bdk. Efesus 6:10-20). Dengan iman dan tunduk kepada Allah kita dapat melawan Iblis, setan dan roh jahat, bukan dengan “minyak”. 6.

Dalam Perjanjian Baru, orang-orang percaya adalah imam-imam di hadapan Allah yang diperoleh-Nya melalui karya penebusan Kristus yang adalah anugerah Allah dan perbuatan Allah. Hanya Tuhan Yesus yang memungkinkan kita menjadi imam dan raja di hadapan Allah melalui karya penebusan-Nya. Karena Tuhan Yesus adalah pendamaian atas segala dosa kita di hadapan Allah.

Marilah kita baca, uraikan dan renungkan firman Tuhan ini sebagai berikut : “Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: "Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa.Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi." (Why 5:9-10)


KONKLUSI DAN SARAN

Sebelum menutup artikel ini, penulis ingin menyampaikan satu hal yang mungkin dapat mencelikkan nalar teologis akademis kita. Satu hal itu adalah latar belakang agama Pendeta Pariadji sebelum menjadi seorang Kristen. Menurut beberapa sumber, beliau dulunya bukanlah seorang kristiani. Dia seorang nonkristen yang kabarnya mengalami perjumpaan dengan Tuhan Yesus di surga. Itulah awal dari pertemuannya dengan kekristenan dan latar belakang ini tentu memiliki peranan dalam membentuk pola teologianya.

Kesan awal bagi penulis adalah ajarannya yang sangat bersifat mistis. Propagandanya tidak jauh dan tidak meleset dari mukjizat kesembuhan karena minyak urapan dan perjamuan kudus. Ajarannya bertitiktolak pada mukjizat dan kesembuhan supranatural serta surga. Jadi pendeta ini memang sangat tepat untuk dijuluki pendeta mukjizat.

Frank Gaynor mendefenisikan esensi mistikisme sebagai “suatu filsafat, doktrin, ajaran, atau kepercayaan yang lebih berpusat pada dunia roh daripada alam semesta yang bersifat materi, dan bertujuan untuk penggabungan rohani atau kesatuan mental dengan Roh Universal, melalui pengertian induktif dan emosional tentang realitas rohani, dan melalui berbagai bentuk perenungan rohani atau disiplin. Mistikisme dalam arti yang paling sederhana dan paling dasar adalah semacam agama yang menekankan kesadaran langsung akan adanya hubungan dengan Allah, kesadaran akan kehadiran Oknum Ilahi yang langsung dan intim.”[18]

Salah satu kata kunci yang paling sering disampaikan oleh Pendeta Pariadji adalah peristiwa “mistis” dalam penglihatan atau mimpi perjumpaannya dengan Tuhan Yesus di sorga. Perjumpaan itu terjadi seperti dalam suasana yang sangat nyata walau didalam alam roh. Ini merupakan salah satu ajarah filsafat agama yang berbau mistis yang menkankan pada hal-hal yang rohaniah atau supranatural. Hal itu juga berhubungan dengan ajaran tentang kesembuhan ilahi yang mendominasi hampir semua khotbah-khotbah beliau.

Harvei M. Conn menyebutkan paling tidak lima (5) hal untuk kita dapat mengerti mistikisme:

1.      Ciri intinya adalah kepercayaan pada wahyu khusus di luar Alkitab. Orang mistik dapat mengatakan bahwa alkitab hanyalah suatukesaksian tentang pewahyuan sambilmenanti kehadiran Allah dalam dialog dengan orang berdosa untuk menjadi pewahyuan khusus.
2.      Dengan hilangnya patokan objektif, mistikisme menekankan subjektifisme dan emosionalisme.
3.      Mistikisme biasanya kurang menekankan gereja yang ada dan berpusat pada satu pemimpin.
4.      Penekanan mistis ada pada hal yang menakjubkan. Yag ditekankan oleh mereka bukan karunia-karunia Roh Kudus yang biasa, tetapi karunia Roh Kudus yang luar biasa.
5.      Mistikisme menekankan eskatologis dalam arti terbatas.[19]

Apabila kita mengurai rangkaian pemahaman Pendeta Pariadji, maka kita dapat menyimpulkan  benang merahnya sebagai berikut:

1.      Pendeta DR. Yesaya Pariadji berupaya untuk mensinkronkan buku-buku lain dengan Alkitab (salah satunya adalah Kitab Talmud). Sampai pada tahapan mensinkronkan tentu tidak berbahaya tetapi jika sampai pada tahapan menyandingkan itu dapat menjadi sesat. Yang menjadi persoalan penting adalah, Beliau percaya akan kebenaran Kitab Talmud sebagai pendamping untuk melengkapi Alkitab. Jadi kalau dicermati, sepertinya Pdt. Pariadji mensikritiskan Alkitab dengan Talmud. Kitab Talmud dan semua kitab-kitab lain yang ada di permukaan bumi ini. bagi kita yang percaya pada Kanonisasi Gereja Orthodok adalah catatan yang tidak setara dengan Firman Allah. Oleh karena itu, kitab apapun tidak dapat kita sandingkan sebagai pendamping Alkitab apalagi ditetapkan sebagai acuan dalam membangun sebuah Teologi Kristen.
2.      Penekanan pada pengalaman emosional yang terjadi akibat dari dampak kuasa yang penuh dari minyak urapan terasa sangat berlebihan. Memang emosi bukan hal yang tabu dalam ekpresi iman, (Matius 22:37), tetapi ketika emosi mengatasi iman, itu adalah suatu kekeliruan yang serius.
3.      Tokoh sentral dari Tiberias Ministry adalah sosok tunggal Pendeta Yesaya Pariadji. Tidak ada pribadi lain yang sangat diharapkan kehadirannya selain pendeta ini. Ciri gerakan mistikisme memang berpusatkan kepada satu orang. Hal ini kelihatan ketika tokoh-tokoh yang lain mulai muncul dalam wadah ini, tidak lama dia di”buang” dengan alasan yang tidak jelas. Faktanya adalah hengkangnya Pendeta Gilberl Lumoindong dari Gereja Tiberias. Landasan dari gereja yagn sehat adalah ketika kepemimpinanya selalu mengacu kepada Kristus. Tidak ada tokoh sentral yang secara samar sedang mencoba menggantikan posisi Kristus sebagai dasar dan kepala gereja.
4.      Beliau percaya Minyak Urapan penuh kuasa dan menakjubkan. Disini penekanan adalah pada Minyak Urapan yang memiliki kuasa yang penuh. Ini sangat penting untuk diluruskan. Pertama-tama, Pendeta Pariadji tidak membedakan Minyak Urapan yang dimaksudkan dalam Perjanjian Lama dengan Minyak yang disebutkan oleh Yakobus di dalam Perjanjian Baru. Cara membuat, tujuan, dan fungsi minyak urapan dalam Perjanjian Lama berbeda dengan minyak dalam Perjanjian Baru. Minyak urapan yang dimaksud dalam PL tidak dikaitkan sama sekali dengan tujuan untuk mendoakan orang atau mengurapi orang sakit agar sembuh. Pendeta Pariadji keliru dalam mengejawantahkan ajaran Injil dengan mengutip Perjanjian Lama tanpa memahami konteks dan teksnya. Minyak Urapan di buat untuk mengurapi sehingga seseorang atau sesuatu itu menjadi kudus. Sementara minyak dlam Kitab Yakobus adalah minyak zaitun yang dioleskan sebagai sarana untuk kesembuhan. Minyak dalam konteks Yakobus juga bukan minyak sakti yang pennuh kuasa, tetapi hanya sarana. Kesembuhan sebenarnya ada pada kuasa Yesus Kristus melalui iman orang percaya. Minyak itu terbatas pada sarana sehingga tidak dapat di”dewakan”.

Stuart Gramenz mengatakan: “ Sebelum kita menjadi orang Kristen, kita adalah pohon yang mandul. Kita tidak bisa menghasilkan buah kuasa. Allah menguasai kita dan melakukan sebuah mukjizat. Dia membuat kita “lahir kembali” dan mengubah sifat kita. Dia memberi kita karunia Roh Kudus dan kuasa untuk menghasilkan kesembuhan. Nah, dengan perubahan dalam sifat kita ini, kita adalah sebuah pohon kesembuhan. Dengan sifat Anda yang baru, mau tidak mau Anda harus menghasilkan kesembuhan. Bagian kita adalah menerima realitads ini dan membaharui pikiran kita di bidang ini. Berhentilah menyia-nyiakan iman dengan meminta sesuatu yang lebih banyak kepada Allah.[20]

Yang menarik dari pernyataan di atas adalah kemampuan untuk mengahsilkan buah kesembuhan yang ada pada oran yang beriman. Jadi kata kuncinya adalah orang yagn telah diubahkan menjadi manusia baru sehingga dia memiliki kemampuan untuk menghasilkan buah kesembuhan melalui iman. Jadi kata kunci adalah karunia Allah yang diejawantahkan dalam tindakan iman. Hal ini secara simultan mematahkan ide bahwa kesembuhan datang hanya melalui minyak urapan. Artinya, tanpa minyak urapan pun kesembuhan ilahi dapat terjadi dalam kehidupan orang yang beriman.

Peter Tan menulis: “Kesembuhan melalui iman pribadi memerlukan penggunaan waktu dalam merenungkan firman Allah dan mengkah dengan iman bahwa kesembuhan telah terjadi meskipun gejala-gejalanya masih tetap ada. Biasanya bagi anak-anak dan orang-orang Kristen baru, allah mengijinkan mereka disembuhkan oleh iman orang lain; tetapi sewaktu mereka bertumbuh dalam rohani, Allah mengharapkan supaya mereka melatih iman mereka sendiri.”[21] Perintah Tuhan kepada Pendeta Pariadji untuk membagikan minyak urapan terasa sangat kontraproduktif dengan kerinduan Tuhan agar semua umatNya menjadi dewasa rohani. Mereka yang menadahkan tangan meminta minyak urapan untuk menerima kesembuhan adalah salah satu bentuk kegiatan kontraproduktif dari ajaran Pendeta Pariadji. Seharusnya pendeta ini menghentikan produksi minyak urapan dan mengajar jemaat untuk menerima kesembuhan sendiri dengan iman pribadinya. Jadi, benarkah Tuhan menyuruh hambaNya untuk melakukan sesuatu yang tidak sejalan dengan kerinduanNya?

Peter Youngren mengatakan: “Baik Yesaya maupun Simon Petrus berbicara mengenai bilu-bilur Yesus. Namun ada satu perbedaan yang nyata. Nubuat Yesaya berkata bahwa oleh bilur-bilur Yesus, kita sembuh. Simon Petrus berkata bahwa kita sudah sembuh oleh bilur-bilur Yesus. Ia menulis surat rasulinya beberapa dekade setelah penyaliban Yesus. Apa yang dilihat Yesaya di depan, telah menjadi sebuah fakta yang telah terjadi di masa lampau. Di seluruh Perjanjian Lama, dengan iman orang-orang dapat melihat ke depan apa yang akan Yesus lakukan bagi mereka di kayu salib dan mengklaim kesembuhan mereka. Dalam Perjanjian Baru, kita melihat ke belakang pada apa yang telah dilakukan Yesus. Oleh bilur-bilur Yesus, kita sudah sembuh.”[22] 

Kesembuhan adalah salah satu berkat rohani yang sudah kita terima dalam iman dengan melihat kepada Kristus.  Dengan bertumbuh dalam iman, kita dapat mengklaim kesembuhan dalam doa. Tanpa miyak sekalipun.

5.      Orang yang masuk Ruang Maha Suci dicirikan dengan adanya kuasa Minyak Urapan. Dalam dogma soteriologi, kita tidak mengakui keselamatan akibat perbuatan. Keselamatan hanya terjadi oleh karena Iman kepada Yesus Kristus. Perbuatan baik tidak dapat membawa orang ke Sorga. Dalam kontek Wahyu 3:18 tidak terkait dengan kesembuhan karena minyak urapan.  baik ‘emas’, ‘pakaian putih’ maupun ‘minyak’ jelas bukan sesuatu yang bersifat hurufiah / jasmani! Pada waktu seseorang datang kepada Kristus, ia pasti menerima hal-hal itu, sehingga ia menjadi kaya (secara rohani), tidak telanjang (secara rohani), dan bisa melihat (secara rohani). Kalau minyak pelumas mata itu mau dihurufiahkan atau diartikan secara jasmani, dan diartikan sebagai minyak urapan, maka emas dan pakaian putih juga harus dihurufiahkan! Itu konsekwensi logis bila minyak urapan juga dihurufiahkan.

Ada yang menarik dari visi Gereja Tiberias, visi itu adalah sebagai berikut: “Mempersiapkan Jemaat yang Kudus, Misionaris dan Siap ke Sorga.” Visi eskatologis ini terasa empuk di telinga orang beriman. Terasa sangat manis karena seperti angin surga yang membelai lembut. Namun, ini adalah salah satu ciri dari gerakan mistis yang secara terbatas memfokuskan diri meneliti dan mengajarkan tentang surga yang berhubungan dengan kedatangan Yesus Kristus kedua kali.[23]

Penekanan ada pada penghakiman bukan keselamatan. Tekanan khotbah antara sorga dan neraka memang terdengar sangat kental. Seperti sebuah khotbah intimidatif yang kurang seimbang. Sejatinya khotbah yang seimbang adalah ketika penghakiman dan keselamatan diberitakan bersama-sama.

Mempelajari apa yang ada, maka sejatinya Gereja Tiberias Indonesai sedang mengambangkan suatu teologi mistik yang harus dipahami dengan hati-hati. Kita dapat terjebak pada suatu tindkan menghakimi seolah-olah apa yang dipraktekkan oleh Pendeta Pariadji tidak berasal dari Tuhan. Namun kita juga tak dapat serta merta menerima atau mengaminkannya. Hal yang paling menghibur tentu adalah Gereja Tiberias dan Pendeta Pariadji mengakui Alkitab Firman Allah dan Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat umat manusia.

Terlepas dari itu semua, kita harus mengakui pertumbuhan fenomenal gereja Tiberias yang mencengangkan. Pertumbuhan ini rata-rata di atas semua pertumbuhan gereja yang ada di Indonesia. Nah, untuk mengukur keabsahannya kita cukup berpatokan pada Alkitab dan biarlah Tuhan sendiri memperlihatkan jatidiri sejatinya melalui proses waktu. Bukankah Alkitab mengatakan dari buahnya kita kenal pohonnya?


Daftar Pustaka
Youngren, Peter
2000,   Anda Dapat Menerima Kesembuhan dari Allah, Media Injil Kerajaan, Semarang,
Daniel, George Marso
2011,   Diktat Mata Kuliah Teologi Kontemporer, STT Jaffray Jakarta
Gramenz, Stuart
2005,   Bagaimana Menyembuhkan yang Sakit, Metanoia, Jakarta
Tan, Peter
1993,   Hukum-Hukum Kesembuhan, Yayasan Eternal Glory, Jakarta
Conn, Harvie M
2008,   Teologia Kontemporer, Literatur SAAT, Malang
Gaynor, Frank
1953,   Dictionary of Mysticism, New York: Philosophical Library

SUMBER-SUMBER ONLINE
Thayer's Greek Lexicon, Electronic Database. Copyright (c) 2000 by Biblesoft
The Online Bible Thayer's Greek Lexicon and Brown Driver & Briggs Hebrew Lexicon,
Copyright (c)1993, Woodside Bible Fellowship, Ontario, Canada. Licensed from the Institute for Creation Research.
Majalah Tiberias Edisi V, tahun 2001
http://pedson.blogspot.com


[1] http://pedson.blogspot.com
[2] www.golgothaministry.org
[4] www.tiberias.or.id
[5] Majalah Tiberias’, Edisi V / 2001, hal 14.
[6] Majalah Tiberias’, Edisi V / 2001, hal 14.
[7] Majalah Tiberias’, Edisi V / 2001, hal 13.
[8] Ibid, hal 21.
[9] Ibid, hal 15.
[10]Ibid, hal 20.
[11]Ibid, hal 20.
[12] Ibid, hal 20.
[13] Ibid, hal 21.
[14] Ibid, hal 21.

[15]  Majalah Tiberias, Edisi V/2001, Hal. 13
[16] from Thayer's Greek Lexicon, Electronic Database. Copyright (c) 2000 by Biblesoft
[17] from The Online Bible Thayer's Greek Lexicon and Brown Driver & Briggs Hebrew Lexicon, Copyright (c)1993, Woodside Bible Fellowship, Ontario, Canada. Licensed from the Institute for Creation Research.

[18]  Frank Gaynor, Dictionary of Mysticism, New York: Philosophical Library, 1953, hal. 119
[19]  Harvie M. Conn, Teologia Kontemporer, Literatur SAAT, Malang, 2008, Hal. 148-151
[20]  Stuart Gramenz, Bagaimana Menyembuhkan yang Sakit, Metanoia, Jakarta, 2005, hal. 45-46
[21]  Peter Tan, Hukum-Hukum Kesembuhan, Yayasan Eternal Glory, Jakarta, 1993, Hal. 25
[22] Peter Youngren, Anda Dapat Menerima Kesembuhan dari Allah, Media Injil Kerajaan, Semarang, 2000, Hal.78
[23] Opcit, hal 151