Sekretariat STTS

SEKOLAH TINGGI THEOLOGI SUNEIDESIS

Sekretariat:

Komplek Pertokoan Pulomas Blok XI/2 Jl. Perintis Kemerdekaan Jakarta Timur

e-mail: conscience.foundation@hotmail.com Telepon: 021-93555867, 082122715676

Sabtu, 21 September 2013

ANGGUR YANG MANIS (Seri Khotbah)



CATATAN KHOTBAH SERI: ANGGUR YANG MANIS
Pembicara: Ps Joshua Mangiring Sinaga, S.Th., M.Th

SERI I

ANGGUR YANG MANIS 
(Nast:Yesaya 5:1-7; Yohanes 15:1-8)




Kalau kita mendengar kata anggur, kita tentu akan langsung mengerti buah yang manis. Kalau kita belum pernah melihat pohonnya, kita tentu sangat akrab dengan tandan buahnya yang kemerahan dipajang di toko buah-buahan. Demikian halnya dengan Alkitab yang sangat akrab dengan kata anggur (334 ayat dalam PL dan 67 Ayat dalam PB yang menulis kata anggur).

Untuk pertama kalinya kita menemukan dalam Alkitab seorang nabi yang menjadi petani anggur. “Nuh menjadi petani; dialah yang mula-mula membuat kebun anggur.” (Kejadian 9:20) Satu hal yang patut menjadi perhatian kita adalah mengapa justru Nuh menjadi petani anggur, bukan petani gandum? Adakah satu makna yang dalam dari kenabiannya sehingga dia memilih lebih dulu mengusakahan kebun anggur? Saudara mungkin dapat mengartikannya.

Dalam tradisi semitik, (Israel – red) kita tentu mengerti betapa anggur memegang  peranan yang sangat penting. Baik itu dalam budaya atau pun dalam agama. Anggur sungguhlah satu bagian yang hampir tak terpisahkan dari kehidupan budaya dan spiritual mereka.

Anggur adalah sejenis buah yang kalau mengalami permentasi akan menjadi sejenis minuman yang mengandung zat yang memabukkan. Banyak sudah perusahaan yang telah mengemas anggur dalam berbagai bentuk di pasaran sebagai minuman siap saji yang sungguh lezat. Anggur sunguh dapat memabukkan dan membuat orang terhuyung-huyung lupa diri. “Setelah ia minum anggur, mabuklah ia dan ia telanjang dalam kemahnya.” (Kejadian 9:21)

Anggur adalah lambang sukacita, kegembiraan, kesukaaan, kebahagiaan, dan kesenangan yang tiada tara. Dalam kehidupan spiritual pun, anggur yang memabukkan ini menjadi satu hal yang wajib untuk dibelanjakan dalam perayaan-perayaan. “dan haruslah engkau membelanjakan uang itu untuk segala yang disukai hatimu, untuk lembu sapi atau kambing domba, untuk anggur atau minuman yang memabukkan, atau apa pun yang diingini hatimu, dan haruslah engkau makan di sana di hadapan TUHAN, Allahmu dan bersukaria, engkau dan seisi rumahmu.” (Ulangan 14:26)

Makna Rohani

Tentu kita tidak akan mengambil makna secara hurufiah sebagai aplikasi firman Tuhan ini. Karena Alkitab tidak menganjurkan kita untuk mengkonsumsi hal yang memabukkan. “Oleh sebab itu, peliharalah dirimu, jangan minum anggur atau minuman yang memabukkan dan jangan makan sesuatu yang haram.” (Hakim-Hakim 13:4). Namun ada makna rohani yang akan kita pelajari hari ini:

Mari kita mempelajari Yesaya 5:1-7. Nabi Yesaya mempersonifikasi ajarannya. Yesaya menyebut adalah Pengusaha yang memiliki sebuah kebun anggur yang terletak  di lereng bukit yang subur. Dia telah mengolah tanah yang hendak ditanami anggur dengan sangat baik. Ia bahkan telah membuat pagar sekeliling kebun agar kelak pohon-pohon anggur itu tidak terganggu oleh binatang. Ia juga membuat sebuah pondok bermenara tinggi sehingga ia dapat mengawasi seluruh perkebunan. Hal yang paling penting adalah bahwa pengusaha ini tidak menanam dari benih yang sembarangan, ia telah memilih benih pilihan yang terbaik. Semua ini dia lakukan dengan harapan kelak dia akan memanem buah anggur manis yang berlimpah-limpah. Namun sayang, pengusaha yang telah berlelah-lelah sedemikian itu mendapati bahwa kebun anggurnya hanya menghasilkan buah anggur yang asam. Buah yang tidak layak untuk dinikmati. “Ia mencangkulnya dan membuang batu-batunya, dan menanaminya dengan pokok anggur pilihan; ia mendirikan sebuah menara jaga di tengah-tengahnya dan menggali lobang tempat memeras anggur; lalu dinantinya supaya kebun itu menghasilkan buah anggur yang baik, tetapi yang dihasilkannya ialah buah anggur yang asam.” (Yesaya 5:2)

Nabi Yesaya menulis bahwa pengusaha itu akhirnya menebang pagar duri kebun anggur itu sehingga binatang-binatang masuk dam merusak. Bahkan Ia membongkar temboknya sehingga kebun anggur itu diinjak-injak. Dia juga membiarkan tumbuhan semak duri bertumbuh sehingga menghimpit kebun anggur itu. Dia tidak lagi merawat dengan merantingi dan menyiangi pohon anggur. Yang lebih parah adalah, dia tidak lagi menyiram kebun itu sehingga kering kerontang dan kemarau. Murka pengusaha itu sungguh sedemikian berat sehingga satu-satunya yang dipikirkannya adalah menyingkirkan kebun anggur itu. “Maka sekarang, Aku mau memberitahukan kepadamu apa yang hendak Kulakukan kepada kebun anggur-Ku itu: Aku akan menebang pagar durinya, sehingga kebun itu dimakan habis, dan melanda temboknya, sehingga kebun itu diinjak-injak; Aku akan membuatnya ditumbuhi semak-semak, tidak dirantingi dan tidak disiangi, sehingga tumbuh puteri malu dan rumput; Aku akan memerintahkan awan-awan, supaya jangan diturunkannya hujan ke atasnya.” (Yesaya 5:5-6)

Yesaya mengumpamakan pengusaha itu adalah TUHAN dan kebun anggur itu adalah UMATNYA ISRAEL yaitu orang percaya. Dalam konteks hari ini, Israel adalah umat Kristiani. Mari kita mempelajari apakah yang telah dilakukan Allah kepada kita sebagai kebun anggurnya?

1.      … kebun anggur di lereng bukit yang subur.

Allah yang mengasihi umatNya tidak memberi separuh-separuh. Dia memberi sepenuhnya secara berlimpah. Subur selalu bermakna kelimpahan. Penuh berkat dan tak pernah kekurangan. Kalau kita melihat Mazmur, Daud mengggambarkan kelimpahan ini dengan sangat indah sekali: “Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang;.”  (Mazmur 23:2). Dapatkah kita bayangkan seseorang yang tidur diatas tumbukan berkat? Demikianlah umat kesayanganNya hidup berlimpah tanpa kekurang apapun. Dia menyadiakan segala hal yang perlu untuk bertumbuh. Dia sungguh pemberi yang tidak terbatas. Dia adalah JHWH Zireh yang menyediakan apa yang kita perlukan dengan limpahnya. Dia yang memiliki perbendaharaan yang tak terbatas dan siap dicurahkan bagi umatNya.

2.      Ia mencangkulnya dan membuang  batu-batunya

Para petani mengerti bahwa untuk mendapatkan sebuah lahan yang siap untuk ditanami harus melalui proses penggemburan tanah. Salah satu cara agar tanah subuh adalah dengan memisahkan partikel-partikel yang tidak berguna seperti batu-batu. Saya pernah mengunjungi  Nusa Tenggara Timur. Tepatnya Kecamatan Amarasi kurang lebih 2 jam perjalanan dari Kupang. Masyarakat petani disana sangat sulit untuk mendapatkan air dan tanah mereka penuh dengan batu-batu. Mereka harus bekerja ekstra untuk memisahkan batu dari tanah agar mereka dapat bercocok tanam.

Demikian juga Allah, untuk membuat kita bertumbuh, Dia menyediakan tanah yang subur. Dia bekerja ekstra agar bagi kita senantiasa tersedia apa yang perlu untuk pertumbuhan. Dia menyediakan segala yang perlu agar kita dapat bertumbuh secara fisik dan rohani. Dia memisahkan dan membuang segala hal dari tengah-tengah kita yang membuat kita lambat dan atau bahkan tidak bertumbuh.

3.      …dan menanaminya dengan pokok anggur pilihan

berbagai upaya telah dilakukan oleh para petani modern untuk mendapatkan benih unggul. Kita telah menikmati beberapa hal yang menggembirakan saat padi yang biasanya hanya bisa panen sekali dalam setahun, sekarang ini sudah dapat dipanen tiga kali. Jadi ada peningkatan hampir 300% bila dibandingkan dengan petani tradisional.

Allah juga mengerti bahwa benih yang unggul akan mendatangkan generasi yang unggul juga. Kita membaca Yesaya 46:3 “Dengarkanlah Aku, hai kaum keturunan Yakub, hai semua orang yang masih tinggal dari keturunan Israel, hai orang-orang yang Kudukung sejak dari kandungan, hai orang-orang yang Kujunjung sejak dari rahim.” Betapa serius Allah dalam mempersiapkan penciptaan kita. Kita tidak lahir kedunia ini dengan serampangan dan asal saja. Kita lahir dengan persiapan dan proses yang sangat rapi dan luar biasa. Mulai dari proses pembuahan, dimana hanya satu  sel dari jutaan yang ada dipilih Tuhan untuk membuahi sel telur. Dari proses zigote (cikal bakal bayi) hingga kita lahir adalah sebuah proses yang menakjubkan. Daud menggambarkannya dengan sangat indah: “Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah.” (Mazmur 139:15)

4.      …ia mendirikan sebuah menara jaga di tengah-tengahnya

Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan kebun anggur adalah proses maintenance (pemeliharaan). Pemeliharaan menyangkut keamanan kebun dari serangan hama perusak. di daerah Lampung sering kita mendengarkan bahwa gajah-gajah keluar hutan dan merusak kebun warga. Bagaimanapun para petani menjaga, tetap saja binatang yang berbobot ton itu merengsek dan merusak isi kebun. 

Allah kita adalah TUHAN yang dahsyat luar biasa. Dia adalah Pengusaha Kebun yang akan mengerahkan segalanya untuk melindungi kebunNya. Kita dapat merasakan bagaimana Allah Bahkan merelakan PutraNya yang Tunggal tergantung di kayu salip agar kita lepas dri cengkereman maut. Pengorbanan yang tertinggi ketika Dia telah membayar dengan lunas semua akibat dari dosa-dosa kita. tak berhenti di situ, Allah juga tetap memelihara kita dari rencana bulus Iblis dan antek-anteknya. Dia sangat memelihara kita seperti biji mataNya. “Didapati-Nya dia di suatu negeri, di padang gurun, di tengah-tengah ketandusan dan auman padang belantara. Dikelilingi-Nya dia dan diawasi-Nya, dijaga-Nya sebagai biji mata-Nya.” (Ulangan 32:10) Kita dapat membayangkan bagaimana Allah menjaga kita sampai diumpamakan seperti biji mataNya. Tidakkah kita merasa sangat istimewa?

5.      …dan menggali lobang tempat memeras anggur

Allah tidak berpuas diri dengan empat proses tadi. Dia menyediakan sarana untuk menampung hasil dari kebun anggurNya. Ini menjadi penting karena Allah pada posisi sebagai pemilik kebun adalah Allah yang ingin menikmati kita bertumbuh dan berbuah. Bukan supaya Dia mendapatkan nilai tambah. Ini semata-mata untuk kepentingan umatnya. Bila kita berbuah, itu bukan menguntung atau menambahkan sesuatu pada  Allah. Karena Allah adalah pribadi yang sempurna sehingga tidak membutuhkan apapun lagi untuk memenuhkan kesempurnaanNya. Kita berbuah adalah untuk kepentingan kita dipemandanganNya. Jadi kalau kita berbuah, Allah akan sungguh bersukacita karena kita. Sekali lagi bukan supaya Dia bertambah mulia, tetapi supaya kita menjadi sejahtera.  Buah yang kita hasilkan adalah semata-mata untuk kepentingan kita selama hidup di bumi ini dan hidup yang akan datang.

BUAH ASAM


“…lalu dinantinya supaya kebun itu menghasilkan buah anggur yang baik, tetapi yang dihasilkannya ialah buah anggur yang asam.” (Ayat 2)
sebuah tragedi yang memilukan hati Allah adalah ketika buah yang kita hasilkan adalah buah yang asam. Saya menyebutkan bahawa berbuah asam sama saja dengan tidak berbuah. Mengapa? Karena jikalau buah hidup kita asam itu sama sekali tidak berarti selain dibuang seperti kotoran yang jorok dan menjijikkan. Jadi apa kesimpulannya? Buah asam sama dengan tidak berbuah.

Sejenak kita melihat sikap Yesus Kristus tentang pohon yang tidak berbuah: “Dekat jalan Ia melihat pohon ara lalu pergi ke situ, tetapi Ia tidak mendapat apa-apa pada pohon itu selain daun-daun saja. Kata-Nya kepada pohon itu: "Engkau tidak akan berbuah lagi selama-lamanya!" Dan seketika itu juga keringlah pohon ara itu.” (Matius 21:19) Betapa murka Yesus Kristus ini digambarkan dengan sangat hebat oleh Nabi Yesaya: “Maka sekarang, Aku mau memberitahukan kepadamu apa yang hendak Kulakukan kepada kebun anggur-Ku itu: Aku akan menebang pagar durinya, sehingga kebun itu dimakan habis, dan melanda temboknya, sehingga kebun itu diinjak-injak; Aku akan membuatnya ditumbuhi semak-semak, tidak dirantingi dan tidak disiangi, sehingga tumbuh puteri malu dan rumput; Aku akan memerintahkan awan-awan, supaya jangan diturunkannya hujan ke atasnya.” (Ayat 5 dan 6)

Apa yang kita pelajari?

1.      Pengusaha Kebun Anggur adalah Allah yang begitu mengasihi kita. Dia melakukan segala sesuatu yang perlu bagi pertumbuhan kita. dia mengaharpkan kita berbuah bukan supaya Dia menjadi semakin bertambah mulia, tetapi semata-mata untuk kepentingan kita sendirilah kita berbuah
2.      Tuhan Yesus Kristus adalah Juruselamat yang telah berkorban agar kita berbuah di dalam Dia untuk mempermuliakan Bapa. Namun kita sebagai kebun anggurnya tidak cukup hanya berbuah lebat, tetapi buah yang kita hasilkan haruslah buah yang manis sehingga mendatangkan kesukaan bagi Allah ketika melihat kita berbuah manis.
3.      Satu-satunya jalan agar kita hidup, berbuah lebat, dan berbuah manis adalah dengan cara melekat kepada pokok anggur yaitu Tuhan Yesus Kristus: “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yohanes 15:4-5)


SERI II

ANGGUR Lambang DARAH KRISTUS
 (Matius 26:26-29; Markus 14:22-25; Lukas 22:15-20, 1 Korintus 11:23-25)



  
Hari ini kita akan kembali belajar firman lewat seri khotbah Anggur yang Manis. Dalam semua Injil Sinoptik, kita menemukan perikop Perjamuan Malam. Kejadian ini pun telah diabadikan oleh seorang seniman Leonardo Da Vinci dalam lukisan terkenal berjudul “The Last Suffer.” Berbagai disiplin ilmu telah mencoba untuk menarik benang merah dari kejadian menjelang hari kematian Tuhan Yesus ini.

Mari kita belajar secara saksama dari beberapa ayat kunci berikut ini. “Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.” (Matius 26:28). Melalui berbagai penelitian, para ahli theologi telah menyimpulkan bahwa minuman yang ada dalam perjamuan malam tersebut adalah anggur. Seperti yang disebutkan dalam Matius 26:29 “Akan tetapi Aku berkata kepadamu: mulai dari sekarang Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur ini sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, bersama-sama dengan kamu dalam Kerajaan Bapa-Ku." Dari dua ayat ini kita dapat belajar bahwa Tuhan Yesus mengatakan bahwa anggur merupakan lambang Darah Kristus. Ini benar-benar anggur dan bukan darah seperti yang pernah dituduhkan oleh musuh-musuh kristiani pada abad-abad pertama gereja berdiri. Para penista ini mengatakan bahwa orang kristen minum darah dan makan daging manusia.

Lantas apa yang kita pelajari? Yang pertama adalah bahwa Tuhan Yesus pada malam perjamuan itu sedang mengajar murid-muridnya tentang sebuah pengorbanan. Darah yang akan tertumpah itu adalah Darah Perjanjian yang kudus dan suci tiada cela. Di tumpahkan untuk pengampunan dosa banyak orang. Bukan saja bagi sekelompok orang, tetapi bagi semua orang yang percaya dan menerima darah Kristus sebagai Darah Perjanjian. Darah Perjanjian yang menebus manusia dari kematian oleh karena dosa.

Kalau kita mengamati dengan jelas, maka komunitas yang ikut dalam perjamuan itu mewakili semua manusia di bumi ini. Ada orang yang “baik’ dan ada yang jahat. Ada yang lembut dan ada yang kasar. Ada yang setia dan ada yang suka berkhianat. Tetapi Darah Perjanjian itu ditujukan untuk semua orang termasuk Yudas iskariot yang menjual Gurunya demi keping-keping perak.

Jadi satu poin yang sangat penting kita pelajari hari ini adalah bahwa Anggur yang Manis itu dapat dirasakan ketika bersedia dicurahkan. Artinya ada bukti nyata dalam perbuatan. Banyak orang Kristen paham bahwa mereka tidak diselamatkan oleh karena berbuat baik, tetapi oleh kasih karunia.( Efesus  2:8 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,) Namun ada banyak orang Kristen yang lupa bahwa perbuatan baik merupakan buah yang harus nyata dalam kehidupan mereka. Jadi keselamatan itu haruslah terlihat dalam perbuatan baik seseorang.

Perbuatan baik itu merupakan salah satu bukti bahwa kita telah mengalami kasih karunia Kristus yang menyelamatkan kita. Tetapi jikalau perbuatan baik sebagai buah dari keselamatan, tidak ada dalam diri orang Kristen, kita perlu mempertanyakan kekristenannya. Buah apakah yang dihasilkannya ketika Kristus telah menjadikan dia sebagai kebun anggur Tuhan? Hati-hatilah karena murka Allah sedang mengarah kepada orang yang mengaku Kristen namun tidak berbuah. Atau dia mungkin berbuah tetapi buahnya asam (ingat Yesaya pasal 5). Kita baca lagi ayat ini: “Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.” (Yohanes 15:2). Teguran pedas bagi Kristen namun tidak berbuah adalah: “Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api.” (Matius 3:10) Anda pasti tahu apa itu api yang menyala-nyala tanpa henti dan ulat yang tiada mati? “Mereka akan keluar dan akan memandangi bangkai orang-orang yang telah memberontak kepada-Ku. Di situ ulat-ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam, maka semuanya akan menjadi kengerian bagi segala yang hidup.” (Yesaya 66:24)

Mari kita lihat Matius 26:27: “Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: Minumlah, kamu semua, dari cawan ini.” Arti simbolis dari kata minumlah kamu semua adalah bahwa Anggur yang Manis itu akan dicicipi oleh orang lain. Yesus mempersilahkan semua untuk menikmati anggur yang melambangkan pengorbanan yang tertinggi ketika Dia menyerahkan darahNya tercurah hingga mati di atas kayu salip.

Jadi ini adalah saatnya bahwa kita sebagai pengikut Kristus harus berbuah manis sehingga ketika orang “mencicipi” mereka dapat merasakan sesuatu yang manis. Inilah saat yang paling tepat untuk kita juga melihat diri kita, apakah buah yang kita hasilkan sebagai orang Kristen sudah manis ataukah asam? Ingatlah, Allah tidak lagi kompromi suatu saat kelak di masa pengadilan Tahta Putih. Siapa yang tidak berbuah pasti akan ditebang dan di buang ke dalam perapian yang menyala-nyala.

Kita mempelajari ada dua hal dari ayat ini. Yang pertama, inilah masanya di mana “rasa” kita akan dicicipi oleh sesama. Apakah kehidupan kita berbuah manis atau asam. Ataukah kita sama sekali tidak berbuah? Coba bayangkan, berbuah lebat namun asam saja dibinasakan oleh Sang Pemilik Kebun Anggur, apalagi jika tanpa buah? Sudahlah pasti murka yang menyala sendang menanti. Yang kedua adalah Tuhan Yesus telah berbuat secara nyata ketika Dia tidak hanya bicara namun berbuat nyata dengan mencurahkan darahNya. PerbuatanNya yang luar biasa didorong oleh kasih sehingga Dia rela mati bahkan untuk orang yang membencinya. Jikalau demikian inilah saatnya, kita juga memberikan buah yang manis yang dapat dirasakan oleh komunitas di mana kita berada.

Coba kita renungkan ayat ini: “dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: "Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!" (1 Korintus 11:24). Tuhan Yesus berfirman agar kita selalu mengenang pengorbananNya. Itulah sebabnya, kita setiap awal bulan selalu memasuki Sakramen Perjamuan Suci. Salah satu makna yang dapat kita ambil dari Perjamuan Suci adalah bahwa Allah dalam Tuhan Yesus Kristus telah mencurahkan darahNya. Menyatakan kasihnya dalam tindakan nyata yang penuh kasih. Satu pengorbanan tertinggi ketika Dia mati. Inilah buah termanis yang pernah ada. Maranatha. Terpujilah Tuhan Yesus.


SERI III

ANGGUR YANG BAIK
(Yesaya 5:1-7)



Pandangan mata terasa sangat sejuk menatap pahon-pohon anggur yang berjejer rapi sepanjang alur-alurnya. Beberapa tandan mulai ranun siap untuk di panen. Hal yang sangat dinanti-nantikan oleh para petani adalah saat panen. Kelelahan sepanjang musim bertanam, menyiangi, memupuk, dan merawat terasa hilang begitu musim panen telah tiba. Yang ada adalah sukacita yang melimpah-limpah.

Tetapi sungguh tak dinyana, begitu panen dilakukan, rasa anggur yang  dinanti berbeda dari harapan. Anggur yang seharusnya manis, ternyata asam. Sungguh kecewa hati pemilik kebun. Dalam kekesalan dan kemarahan yang meluap, dia menebas batang-batang anggur. Dia juga merobohkan tiang-tiang penyangga batang-batang anggur. Dia benar-benar telah menghancurkan kebun anggur itu dan hendak menggantinya.

Apa yang masih kurang dan yang belum dilakukan untuk sebuah kebun anggur yang baik? Sang pemilik kebun sudah tau bahwa kebuh itu berada dilereng bukit yang subur. Dia telah mengolah tanahnya dan memisahkan batu-batu yang mengganggu pertumbuhan benih anggur. Dia juga telah memilih untuk menanam hanya benih anggur  pilihan. Dia telah membangun pos penjagaan di tengah-tengah kebun agar terhindar dari ulah orang yang hendak merusak. Dia bahkan telah menyediakan tempat pemerasan anggur jikalau panen kelak tiba. Sesungguhnya dia telah melakukan semua apa yang pantas sebagai petani anggur yang baik. Sayang sekali, ternyata semua itu tidak cukup untuk menghasilkan panen anggur yang baik.

Tahukah saudara bahwa Nabi Yesaya sedang mengumpamakan kita sebagai pohon-pohon anggur dan pemiliknya adalah TUHAN?

“Aku hendak menyanyikan nyanyian tentang kekasihku, nyanyian kekasihku tentang kebun anggurnya: Kekasihku itu mempunyai kebun anggur di lereng bukit yang subur. Ia mencangkulnya dan membuang batu-batunya, dan menanaminya dengan pokok anggur pilihan; ia mendirikan sebuah menara jaga di tengah-tengahnya dan menggali lobang tempat memeras anggur; lalu dinantinya supaya kebun itu menghasilkan buah anggur yang baik, tetapi yang dihasilkannya ialah buah anggur yang asam. Maka sekarang, hai penduduk Yerusalem, dan orang Yehuda, adililah antara Aku dan kebun anggur-Ku itu.  Apatah lagi yang harus diperbuat untuk kebun anggur-Ku itu, yang belum Kuperbuat kepadanya? Aku menanti supaya dihasilkannya buah anggur yang baik, mengapa yang dihasilkannya hanya buah anggur yang asam? Maka sekarang, Aku mau memberitahukan kepadamu apa yang hendak Kulakukan kepada kebun anggur-Ku itu: Aku akan menebang pagar durinya, sehingga kebun itu dimakan habis, dan melanda temboknya, sehingga kebun itu diinjak-injak; Aku akan membuatnya ditumbuhi semak-semak, tidak dirantingi dan tidak disiangi, sehingga tumbuh puteri malu dan rumput; Aku akan memerintahkan awan-awan, supaya jangan diturunkannya hujan ke atasnya. Sebab kebun anggur TUHAN semesta alam ialah kaum Israel, dan orang Yehuda ialah tanam-tanaman kegemaran-Nya; dinanti-Nya keadilan, tetapi hanya ada kelaliman, dinanti-Nya kebenaran tetapi hanya ada keonaran.”  (Yesaya 5:1-7).

Allah telah demikian merawat dan menjaga kita sepanjang hari. Dia bahkan telah menyediakan apa-apa yang perlu untuk pertumbuhan dan kehidupan yang baik. Namun ternyata yang menentukan bukan hanya apakah kita bertumbuh dan berbuah, tetapi lebih dari pada itu, apakah buah yang kita hasilkan BAIK adanya?

Banyak sekali kita diajarkan untuk berbuah, tetapi kita kadang-kadang lupa bahwa tidak cukup untuk berbuah lebat, tetapi buah lebat itu juga harus manis. Artinya, kita tidak seharusnya terlihat begitu dewasa dalam rohani, seperti misalnya kita melayani, kita bahkan menjabat sebagai pelayan, kita aktif dalam kegiatan diakonia, namun sesungguhnya hati kita tidak murni. Kita melayani dengan membawa setumpuk motivasi. Kita sarat dengan kepentingan-kepentingan terselubung. Kita melayani oleh karena kita menginginkan sesuatu. Inilah orang yang kelihatan berbuah lebat tetapi sesungguhnya ketika Tuhan hendak “mencicipi” rasanya sungguh asam.

Jadi selain berbuah, yang sangat penting juga adalah kemurnian hati (Amsal 4:23). Ingatlah bahwa Allah lebih melihat hati dari lahiriah kita. Memang hal-hal yang lahiriah itu akan menjadi sangat manis apabila lahir dan keluar dari hati yang murni dan tulus. Jadi sekarang, perlukah kita menipu diri sendiri dan menjadi kebun anggur yang subur berbuah lebat namun berasa asam? Ataukan kita menjadi kebuh anggur yang subur berbuah lebat dan berbuah manis? Semuanya berpulang kepada kemurnian hati kita. Tapi sungguh sangat jelas, walau pun kita berbuah namun rasanya asam, Tuhan tak segan-sgan menabas dan membuang kita keperapian yang menyala-nyala:

“Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" (Matius 7:19-23)`  

Catatan Khotbah:
Ps Joshua Mangiring Sinaga, S.Th., M.Th
portal: http://joshuams.blogspot.com
e-mail: pastor.joshuams@hotmail.com
Mobile Phone: +62821 2271 5676


 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar