CATATAN
KHOTBAH SERI: ANGGUR YANG MANIS
Pembicara: Ps Joshua Mangiring Sinaga, S.Th., M.Th
SERI
I
ANGGUR YANG MANIS
(Nast:Yesaya
5:1-7; Yohanes 15:1-8)
Kalau kita mendengar
kata anggur, kita tentu akan langsung mengerti buah yang manis. Kalau kita
belum pernah melihat pohonnya, kita tentu sangat akrab dengan tandan buahnya
yang kemerahan dipajang di toko buah-buahan. Demikian halnya dengan Alkitab
yang sangat akrab dengan kata anggur (334 ayat dalam PL dan 67 Ayat dalam PB
yang menulis kata anggur).
Untuk pertama kalinya kita menemukan
dalam Alkitab seorang nabi yang menjadi petani anggur. “Nuh menjadi petani; dialah yang
mula-mula membuat kebun anggur.” (Kejadian 9:20) Satu hal yang patut menjadi
perhatian kita adalah mengapa justru Nuh menjadi petani anggur, bukan petani
gandum? Adakah satu makna yang dalam dari kenabiannya sehingga dia memilih
lebih dulu mengusakahan kebun anggur? Saudara mungkin dapat mengartikannya.
Dalam tradisi semitik,
(Israel
– red) kita tentu mengerti betapa anggur memegang peranan yang sangat penting. Baik itu dalam
budaya atau pun dalam agama. Anggur sungguhlah satu bagian yang hampir tak
terpisahkan dari kehidupan budaya dan spiritual mereka.
Anggur
adalah sejenis buah yang kalau mengalami permentasi akan menjadi sejenis
minuman yang mengandung zat yang memabukkan. Banyak sudah perusahaan yang telah
mengemas anggur dalam berbagai bentuk di pasaran sebagai minuman siap saji yang
sungguh lezat. Anggur sunguh dapat memabukkan dan membuat orang
terhuyung-huyung lupa diri. “Setelah ia minum anggur, mabuklah ia dan ia
telanjang dalam kemahnya.” (Kejadian 9:21)
Anggur adalah lambang
sukacita, kegembiraan, kesukaaan, kebahagiaan, dan kesenangan yang tiada tara.
Dalam kehidupan spiritual pun, anggur yang memabukkan ini menjadi satu hal yang
wajib untuk dibelanjakan dalam perayaan-perayaan. “dan haruslah engkau
membelanjakan uang itu untuk segala yang disukai hatimu, untuk lembu sapi atau
kambing domba, untuk anggur atau minuman yang memabukkan, atau apa pun yang
diingini hatimu, dan haruslah engkau makan di sana di hadapan TUHAN, Allahmu
dan bersukaria, engkau dan seisi rumahmu.” (Ulangan 14:26)
Makna
Rohani
Tentu kita tidak akan
mengambil makna secara hurufiah sebagai aplikasi firman Tuhan ini. Karena
Alkitab tidak menganjurkan kita untuk mengkonsumsi hal yang memabukkan. “Oleh
sebab itu, peliharalah dirimu, jangan minum anggur atau minuman yang memabukkan
dan jangan makan sesuatu yang haram.” (Hakim-Hakim 13:4). Namun ada makna
rohani yang akan kita pelajari hari ini:
Mari kita
mempelajari Yesaya 5:1-7. Nabi Yesaya mempersonifikasi ajarannya. Yesaya
menyebut adalah Pengusaha yang memiliki sebuah kebun anggur yang terletak di lereng bukit yang subur. Dia telah
mengolah tanah yang hendak ditanami anggur dengan sangat baik. Ia bahkan telah
membuat pagar sekeliling kebun agar kelak pohon-pohon anggur itu tidak
terganggu oleh binatang. Ia juga membuat sebuah pondok bermenara tinggi
sehingga ia dapat mengawasi seluruh perkebunan. Hal yang paling penting adalah
bahwa pengusaha ini tidak menanam dari benih yang sembarangan, ia telah memilih
benih pilihan yang terbaik. Semua ini dia lakukan dengan harapan kelak dia akan
memanem buah anggur manis yang berlimpah-limpah. Namun sayang, pengusaha yang
telah berlelah-lelah sedemikian itu mendapati bahwa kebun anggurnya hanya
menghasilkan buah anggur yang asam. Buah yang tidak layak untuk dinikmati. “Ia
mencangkulnya dan membuang batu-batunya, dan menanaminya dengan pokok anggur
pilihan; ia mendirikan sebuah menara jaga di tengah-tengahnya dan menggali
lobang tempat memeras anggur; lalu dinantinya supaya kebun itu menghasilkan
buah anggur yang baik, tetapi yang dihasilkannya ialah buah anggur yang asam.”
(Yesaya 5:2)
Nabi Yesaya
menulis bahwa pengusaha itu akhirnya menebang pagar duri kebun anggur itu
sehingga binatang-binatang masuk dam merusak. Bahkan Ia membongkar temboknya
sehingga kebun anggur itu diinjak-injak. Dia juga membiarkan tumbuhan semak
duri bertumbuh sehingga menghimpit kebun anggur itu. Dia tidak lagi merawat
dengan merantingi dan menyiangi pohon anggur. Yang lebih parah adalah, dia
tidak lagi menyiram kebun itu sehingga kering kerontang dan kemarau. Murka
pengusaha itu sungguh sedemikian berat sehingga satu-satunya yang dipikirkannya
adalah menyingkirkan kebun anggur itu. “Maka sekarang, Aku mau memberitahukan
kepadamu apa yang hendak Kulakukan kepada kebun anggur-Ku itu: Aku akan menebang
pagar durinya, sehingga kebun itu dimakan habis, dan melanda temboknya,
sehingga kebun itu diinjak-injak; Aku akan membuatnya ditumbuhi semak-semak,
tidak dirantingi dan tidak disiangi, sehingga tumbuh puteri malu dan rumput;
Aku akan memerintahkan awan-awan, supaya jangan diturunkannya hujan ke
atasnya.” (Yesaya 5:5-6)
Yesaya
mengumpamakan pengusaha itu adalah TUHAN dan kebun anggur itu adalah UMATNYA
ISRAEL yaitu orang percaya. Dalam konteks hari ini, Israel adalah umat
Kristiani. Mari kita mempelajari apakah yang telah dilakukan Allah kepada kita
sebagai kebun anggurnya?
1.
… kebun anggur di lereng
bukit yang subur.
Allah yang
mengasihi umatNya tidak memberi separuh-separuh. Dia memberi sepenuhnya secara
berlimpah. Subur selalu bermakna kelimpahan. Penuh berkat dan tak pernah
kekurangan. Kalau kita melihat Mazmur, Daud mengggambarkan kelimpahan ini
dengan sangat indah sekali: “Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau,
Ia membimbing aku ke air yang tenang;.”
(Mazmur 23:2). Dapatkah kita bayangkan seseorang yang tidur diatas
tumbukan berkat? Demikianlah umat kesayanganNya hidup berlimpah tanpa kekurang
apapun. Dia menyadiakan segala hal yang perlu untuk bertumbuh. Dia sungguh
pemberi yang tidak terbatas. Dia adalah JHWH Zireh yang menyediakan apa yang
kita perlukan dengan limpahnya. Dia yang memiliki perbendaharaan yang tak
terbatas dan siap dicurahkan bagi umatNya.
2.
Ia mencangkulnya dan
membuang batu-batunya
Para petani mengerti
bahwa untuk mendapatkan sebuah lahan yang siap untuk ditanami harus melalui
proses penggemburan tanah. Salah satu cara agar tanah subuh adalah dengan
memisahkan partikel-partikel yang tidak berguna seperti batu-batu. Saya pernah
mengunjungi Nusa Tenggara Timur.
Tepatnya Kecamatan Amarasi kurang lebih 2 jam perjalanan dari Kupang.
Masyarakat petani disana sangat sulit untuk mendapatkan air dan tanah mereka
penuh dengan batu-batu. Mereka harus bekerja ekstra untuk memisahkan batu dari
tanah agar mereka dapat bercocok tanam.
Demikian juga
Allah, untuk membuat kita bertumbuh, Dia menyediakan tanah yang subur. Dia
bekerja ekstra agar bagi kita senantiasa tersedia apa yang perlu untuk
pertumbuhan. Dia menyediakan segala yang perlu agar kita dapat bertumbuh secara
fisik dan rohani. Dia memisahkan dan membuang segala hal dari tengah-tengah
kita yang membuat kita lambat dan atau bahkan tidak bertumbuh.
3.
…dan menanaminya dengan
pokok anggur pilihan
berbagai upaya
telah dilakukan oleh para petani modern untuk mendapatkan benih unggul. Kita
telah menikmati beberapa hal yang menggembirakan saat padi yang biasanya hanya
bisa panen sekali dalam setahun, sekarang ini sudah dapat dipanen tiga kali.
Jadi ada peningkatan hampir 300% bila dibandingkan dengan petani tradisional.
Allah juga mengerti bahwa benih yang
unggul akan mendatangkan generasi yang unggul juga. Kita membaca Yesaya 46:3 “Dengarkanlah Aku, hai
kaum keturunan Yakub, hai semua orang yang masih tinggal dari keturunan Israel,
hai orang-orang yang Kudukung sejak dari kandungan, hai orang-orang yang
Kujunjung sejak dari rahim.” Betapa serius Allah dalam
mempersiapkan penciptaan kita. Kita tidak lahir kedunia ini dengan serampangan
dan asal saja. Kita lahir dengan persiapan dan proses yang sangat rapi dan luar
biasa. Mulai dari proses pembuahan, dimana hanya satu sel dari jutaan yang ada dipilih Tuhan untuk
membuahi sel telur. Dari proses zigote (cikal bakal bayi) hingga kita
lahir adalah sebuah proses yang menakjubkan. Daud menggambarkannya dengan
sangat indah: “Tulang-tulangku
tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan
aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah.” (Mazmur 139:15)
4.
…ia mendirikan sebuah
menara jaga di tengah-tengahnya
Salah satu
faktor yang menentukan keberhasilan kebun anggur adalah proses maintenance
(pemeliharaan). Pemeliharaan menyangkut keamanan kebun dari serangan hama
perusak. di daerah Lampung sering kita mendengarkan bahwa gajah-gajah keluar
hutan dan merusak kebun warga. Bagaimanapun para petani menjaga, tetap saja
binatang yang berbobot ton itu merengsek dan merusak isi kebun.
Allah kita adalah TUHAN yang dahsyat luar
biasa. Dia adalah Pengusaha Kebun yang akan mengerahkan segalanya untuk
melindungi kebunNya. Kita dapat merasakan bagaimana Allah Bahkan merelakan
PutraNya yang Tunggal tergantung di kayu salip agar kita lepas dri cengkereman
maut. Pengorbanan yang tertinggi ketika Dia telah membayar dengan lunas semua
akibat dari dosa-dosa kita. tak berhenti di situ, Allah juga tetap memelihara
kita dari rencana bulus Iblis dan antek-anteknya. Dia sangat memelihara kita
seperti biji mataNya.
“Didapati-Nya dia di suatu negeri, di padang gurun, di tengah-tengah ketandusan
dan auman padang belantara. Dikelilingi-Nya dia dan diawasi-Nya, dijaga-Nya
sebagai biji mata-Nya.” (Ulangan 32:10) Kita dapat membayangkan bagaimana Allah
menjaga kita sampai diumpamakan seperti biji mataNya. Tidakkah kita merasa
sangat istimewa?
5.
…dan menggali lobang
tempat memeras anggur
Allah tidak berpuas
diri dengan empat proses tadi. Dia menyediakan sarana untuk menampung hasil dari
kebun anggurNya. Ini menjadi penting karena Allah pada posisi sebagai pemilik
kebun adalah Allah yang ingin menikmati kita bertumbuh dan berbuah. Bukan
supaya Dia mendapatkan nilai tambah. Ini semata-mata untuk kepentingan umatnya.
Bila kita berbuah, itu bukan menguntung atau menambahkan sesuatu pada Allah. Karena Allah adalah pribadi yang
sempurna sehingga tidak membutuhkan apapun lagi untuk memenuhkan
kesempurnaanNya. Kita berbuah adalah untuk kepentingan kita dipemandanganNya.
Jadi kalau kita berbuah, Allah akan sungguh bersukacita karena kita. Sekali
lagi bukan supaya Dia bertambah mulia, tetapi supaya kita menjadi
sejahtera. Buah yang kita hasilkan
adalah semata-mata untuk kepentingan kita selama hidup di bumi ini dan hidup
yang akan datang.
BUAH ASAM
“…lalu dinantinya
supaya kebun itu menghasilkan buah anggur yang baik, tetapi yang dihasilkannya
ialah buah anggur yang asam.” (Ayat 2)
sebuah tragedi yang memilukan hati Allah
adalah ketika buah yang kita hasilkan adalah buah yang asam. Saya menyebutkan
bahawa berbuah asam sama saja dengan tidak berbuah. Mengapa? Karena jikalau
buah hidup kita asam itu sama sekali tidak berarti selain dibuang seperti
kotoran yang jorok dan menjijikkan. Jadi apa kesimpulannya? Buah asam sama
dengan tidak berbuah.
Sejenak kita melihat sikap Yesus Kristus
tentang pohon yang tidak berbuah: “Dekat jalan Ia melihat pohon ara lalu pergi ke situ, tetapi Ia tidak
mendapat apa-apa pada pohon itu selain daun-daun saja. Kata-Nya kepada pohon
itu: "Engkau tidak akan berbuah lagi selama-lamanya!" Dan seketika
itu juga keringlah pohon ara itu.” (Matius 21:19) Betapa murka Yesus Kristus
ini digambarkan dengan sangat hebat oleh Nabi Yesaya: “Maka sekarang, Aku mau
memberitahukan kepadamu apa yang hendak Kulakukan kepada kebun anggur-Ku itu:
Aku akan menebang pagar durinya, sehingga kebun itu dimakan habis, dan melanda
temboknya, sehingga kebun itu diinjak-injak; Aku akan membuatnya ditumbuhi
semak-semak, tidak dirantingi dan tidak disiangi, sehingga tumbuh puteri malu
dan rumput; Aku akan memerintahkan awan-awan, supaya jangan diturunkannya hujan
ke atasnya.” (Ayat 5 dan 6)
Apa yang kita
pelajari?
1.
Pengusaha Kebun Anggur adalah
Allah yang begitu mengasihi kita. Dia melakukan segala sesuatu yang perlu bagi
pertumbuhan kita. dia mengaharpkan kita berbuah bukan supaya Dia menjadi
semakin bertambah mulia, tetapi semata-mata untuk kepentingan kita sendirilah
kita berbuah
2.
Tuhan Yesus Kristus adalah
Juruselamat yang telah berkorban agar kita berbuah di dalam Dia untuk
mempermuliakan Bapa. Namun kita sebagai kebun anggurnya tidak cukup hanya
berbuah lebat, tetapi buah yang kita hasilkan haruslah buah yang manis sehingga
mendatangkan kesukaan bagi Allah ketika melihat kita berbuah manis.
3.
Satu-satunya jalan agar kita
hidup, berbuah lebat, dan berbuah manis adalah dengan cara melekat kepada pokok
anggur yaitu Tuhan Yesus Kristus: “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam
kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia
tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu
tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya.
Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab
di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yohanes 15:4-5)
SERI II
ANGGUR Lambang DARAH KRISTUS
(Matius 26:26-29; Markus
14:22-25; Lukas 22:15-20, 1 Korintus 11:23-25)
Hari ini kita akan kembali belajar firman
lewat seri khotbah Anggur yang Manis. Dalam semua Injil Sinoptik, kita
menemukan perikop Perjamuan Malam. Kejadian ini pun telah diabadikan oleh
seorang seniman Leonardo Da Vinci dalam lukisan terkenal berjudul “The Last Suffer.” Berbagai disiplin ilmu
telah mencoba untuk menarik benang merah dari kejadian menjelang hari kematian
Tuhan Yesus ini.
Mari kita
belajar secara saksama dari beberapa ayat kunci berikut ini. “Sebab inilah darah-Ku, darah
perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.” (Matius 26:28). Melalui berbagai penelitian, para ahli theologi
telah menyimpulkan bahwa minuman yang ada dalam perjamuan malam tersebut adalah
anggur. Seperti yang disebutkan dalam Matius 26:29 “Akan tetapi Aku berkata kepadamu: mulai
dari sekarang Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur ini sampai pada hari
Aku meminumnya, yaitu yang baru, bersama-sama dengan kamu dalam Kerajaan
Bapa-Ku." Dari dua ayat ini kita dapat belajar
bahwa Tuhan Yesus mengatakan bahwa anggur merupakan lambang Darah Kristus. Ini
benar-benar anggur dan bukan darah seperti yang pernah dituduhkan oleh
musuh-musuh kristiani pada abad-abad pertama gereja berdiri. Para
penista ini mengatakan bahwa orang kristen minum darah dan makan daging
manusia.
Lantas apa yang
kita pelajari? Yang pertama adalah bahwa Tuhan Yesus pada malam perjamuan itu
sedang mengajar murid-muridnya tentang sebuah pengorbanan. Darah yang akan
tertumpah itu adalah Darah Perjanjian yang kudus dan suci tiada cela. Di
tumpahkan untuk pengampunan dosa banyak orang. Bukan saja bagi sekelompok
orang, tetapi bagi semua orang yang percaya dan menerima darah Kristus sebagai
Darah Perjanjian. Darah Perjanjian yang menebus manusia dari kematian oleh
karena dosa.
Kalau kita
mengamati dengan jelas, maka komunitas yang ikut dalam perjamuan itu mewakili
semua manusia di bumi ini. Ada
orang yang “baik’ dan ada yang jahat. Ada
yang lembut dan ada yang kasar. Ada
yang setia dan ada yang suka berkhianat. Tetapi Darah Perjanjian itu ditujukan
untuk semua orang termasuk Yudas iskariot yang menjual Gurunya demi
keping-keping perak.
Jadi satu poin yang sangat penting kita pelajari hari ini adalah
bahwa Anggur yang Manis itu dapat dirasakan ketika bersedia dicurahkan. Artinya
ada bukti nyata dalam perbuatan. Banyak orang Kristen paham bahwa mereka tidak
diselamatkan oleh karena berbuat baik, tetapi oleh kasih karunia.( Efesus 2:8 Sebab karena kasih karunia kamu
diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,) Namun ada banyak orang Kristen
yang lupa bahwa perbuatan baik merupakan buah yang harus nyata dalam kehidupan
mereka. Jadi keselamatan itu haruslah terlihat dalam perbuatan baik seseorang.
Perbuatan baik itu merupakan salah
satu bukti bahwa kita telah mengalami kasih karunia Kristus yang menyelamatkan
kita. Tetapi jikalau perbuatan baik sebagai buah dari keselamatan, tidak ada
dalam diri orang Kristen, kita perlu mempertanyakan kekristenannya. Buah apakah
yang dihasilkannya ketika Kristus telah menjadikan dia sebagai kebun anggur
Tuhan? Hati-hatilah karena murka Allah sedang mengarah kepada orang yang
mengaku Kristen namun tidak berbuah. Atau dia mungkin berbuah tetapi buahnya
asam (ingat Yesaya pasal 5). Kita baca lagi ayat ini: “Setiap ranting
pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah,
dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.” (Yohanes 15:2). Teguran pedas bagi Kristen
namun tidak berbuah adalah: “Kapak sudah tersedia pada akar pohon
dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan
dibuang ke dalam api.” (Matius
3:10) Anda pasti tahu apa itu api yang menyala-nyala tanpa henti dan ulat yang
tiada mati? “Mereka akan keluar dan akan memandangi bangkai
orang-orang yang telah memberontak kepada-Ku. Di situ ulat-ulatnya tidak akan
mati, dan apinya tidak akan padam, maka semuanya akan menjadi kengerian bagi
segala yang hidup.”
(Yesaya 66:24)
Mari kita lihat Matius 26:27: “Sesudah
itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan
berkata: Minumlah, kamu semua, dari cawan ini.” Arti simbolis dari kata minumlah kamu semua
adalah bahwa Anggur yang Manis itu akan dicicipi oleh orang lain. Yesus
mempersilahkan semua untuk menikmati anggur yang melambangkan pengorbanan yang
tertinggi ketika Dia menyerahkan darahNya tercurah hingga mati di atas kayu
salip.
Jadi
ini adalah saatnya bahwa kita sebagai pengikut Kristus harus berbuah manis
sehingga ketika orang “mencicipi” mereka dapat merasakan sesuatu yang manis.
Inilah saat yang paling tepat untuk kita juga melihat diri kita, apakah buah
yang kita hasilkan sebagai orang Kristen sudah manis ataukah asam? Ingatlah,
Allah tidak lagi kompromi suatu saat kelak di masa pengadilan Tahta Putih.
Siapa yang tidak berbuah pasti akan ditebang dan di buang ke dalam perapian
yang menyala-nyala.
Kita
mempelajari ada dua hal dari ayat ini. Yang pertama, inilah masanya di mana
“rasa” kita akan dicicipi oleh sesama. Apakah kehidupan kita berbuah manis atau
asam. Ataukah kita sama sekali tidak berbuah? Coba bayangkan, berbuah lebat
namun asam saja dibinasakan oleh Sang Pemilik Kebun Anggur, apalagi jika tanpa
buah? Sudahlah pasti murka yang menyala sendang menanti. Yang kedua adalah
Tuhan Yesus telah berbuat secara nyata ketika Dia tidak hanya bicara namun
berbuat nyata dengan mencurahkan darahNya. PerbuatanNya yang luar biasa
didorong oleh kasih sehingga Dia rela mati bahkan untuk orang yang membencinya.
Jikalau demikian inilah saatnya, kita juga memberikan buah yang manis yang
dapat dirasakan oleh komunitas di mana kita berada.
Coba
kita renungkan ayat ini: “dan sesudah itu Ia mengucap syukur
atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: "Inilah tubuh-Ku, yang
diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!" (1 Korintus 11:24). Tuhan Yesus
berfirman agar kita selalu mengenang pengorbananNya. Itulah sebabnya, kita
setiap awal bulan selalu memasuki Sakramen Perjamuan Suci. Salah satu makna
yang dapat kita ambil dari Perjamuan Suci adalah bahwa Allah dalam Tuhan Yesus
Kristus telah mencurahkan darahNya. Menyatakan kasihnya dalam tindakan nyata
yang penuh kasih. Satu pengorbanan tertinggi ketika Dia mati. Inilah buah
termanis yang pernah ada. Maranatha. Terpujilah Tuhan Yesus.
SERI III
ANGGUR
YANG BAIK
(Yesaya
5:1-7)
Pandangan
mata terasa sangat sejuk menatap pahon-pohon anggur yang berjejer rapi
sepanjang alur-alurnya. Beberapa tandan mulai ranun siap untuk di panen. Hal
yang sangat dinanti-nantikan oleh para petani adalah saat panen. Kelelahan
sepanjang musim bertanam, menyiangi, memupuk, dan merawat terasa hilang begitu
musim panen telah tiba. Yang ada adalah sukacita yang melimpah-limpah.
Tetapi
sungguh tak dinyana, begitu panen dilakukan, rasa anggur yang dinanti berbeda dari harapan. Anggur yang
seharusnya manis, ternyata asam. Sungguh kecewa hati pemilik kebun. Dalam
kekesalan dan kemarahan yang meluap, dia menebas batang-batang anggur. Dia juga
merobohkan tiang-tiang penyangga batang-batang anggur. Dia benar-benar telah
menghancurkan kebun anggur itu dan hendak menggantinya.
Apa
yang masih kurang dan yang belum dilakukan untuk sebuah kebun anggur yang baik?
Sang pemilik kebun sudah tau bahwa kebuh itu berada dilereng bukit yang subur.
Dia telah mengolah tanahnya dan memisahkan batu-batu yang mengganggu
pertumbuhan benih anggur. Dia juga telah memilih untuk menanam hanya benih
anggur pilihan. Dia telah membangun pos
penjagaan di tengah-tengah kebun agar terhindar dari ulah orang yang hendak
merusak. Dia bahkan telah menyediakan tempat pemerasan anggur jikalau panen
kelak tiba. Sesungguhnya dia telah melakukan semua apa yang pantas sebagai
petani anggur yang baik. Sayang sekali, ternyata semua itu tidak cukup untuk
menghasilkan panen anggur yang baik.
Tahukah
saudara bahwa Nabi Yesaya sedang mengumpamakan kita sebagai pohon-pohon anggur
dan pemiliknya adalah TUHAN?
“Aku
hendak menyanyikan nyanyian tentang kekasihku, nyanyian kekasihku tentang kebun
anggurnya: Kekasihku itu mempunyai kebun anggur di lereng bukit yang subur. Ia
mencangkulnya dan membuang batu-batunya, dan menanaminya dengan pokok anggur
pilihan; ia mendirikan sebuah menara jaga di tengah-tengahnya dan menggali
lobang tempat memeras anggur; lalu dinantinya supaya kebun itu menghasilkan
buah anggur yang baik, tetapi yang dihasilkannya ialah buah anggur yang asam.
Maka sekarang, hai penduduk Yerusalem, dan orang Yehuda, adililah antara Aku
dan kebun anggur-Ku itu. Apatah lagi
yang harus diperbuat untuk kebun anggur-Ku itu, yang belum Kuperbuat kepadanya?
Aku menanti supaya dihasilkannya buah anggur yang baik, mengapa yang
dihasilkannya hanya buah anggur yang asam? Maka sekarang, Aku mau
memberitahukan kepadamu apa yang hendak Kulakukan kepada kebun anggur-Ku itu:
Aku akan menebang pagar durinya, sehingga kebun itu dimakan habis, dan melanda
temboknya, sehingga kebun itu diinjak-injak; Aku akan membuatnya ditumbuhi
semak-semak, tidak dirantingi dan tidak disiangi, sehingga tumbuh puteri malu
dan rumput; Aku akan memerintahkan awan-awan, supaya jangan diturunkannya hujan
ke atasnya. Sebab kebun anggur TUHAN semesta alam ialah kaum Israel, dan
orang Yehuda ialah tanam-tanaman kegemaran-Nya; dinanti-Nya keadilan, tetapi
hanya ada kelaliman, dinanti-Nya kebenaran tetapi hanya ada keonaran.” (Yesaya 5:1-7).
Allah
telah demikian merawat dan menjaga kita sepanjang hari. Dia bahkan telah
menyediakan apa-apa yang perlu untuk pertumbuhan dan kehidupan yang baik. Namun
ternyata yang menentukan bukan hanya apakah kita bertumbuh dan berbuah, tetapi
lebih dari pada itu, apakah buah yang kita hasilkan BAIK adanya?
Banyak
sekali kita diajarkan untuk berbuah, tetapi kita kadang-kadang lupa bahwa tidak
cukup untuk berbuah lebat, tetapi buah lebat itu juga harus manis. Artinya,
kita tidak seharusnya terlihat begitu dewasa dalam rohani, seperti misalnya
kita melayani, kita bahkan menjabat sebagai pelayan, kita aktif dalam kegiatan
diakonia, namun sesungguhnya hati kita tidak murni. Kita melayani dengan
membawa setumpuk motivasi. Kita sarat dengan kepentingan-kepentingan terselubung.
Kita melayani oleh karena kita menginginkan sesuatu. Inilah orang yang
kelihatan berbuah lebat tetapi sesungguhnya ketika Tuhan hendak “mencicipi”
rasanya sungguh asam.
Jadi
selain berbuah, yang sangat penting juga adalah kemurnian hati (Amsal 4:23). Ingatlah bahwa Allah lebih
melihat hati dari lahiriah kita. Memang hal-hal yang lahiriah itu akan menjadi
sangat manis apabila lahir dan keluar dari hati yang murni dan tulus. Jadi
sekarang, perlukah kita menipu diri sendiri dan menjadi kebun anggur yang subur
berbuah lebat namun berasa asam? Ataukan kita menjadi kebuh anggur yang subur
berbuah lebat dan berbuah manis? Semuanya berpulang kepada kemurnian hati kita.
Tapi sungguh sangat jelas, walau pun kita berbuah namun rasanya asam, Tuhan tak
segan-sgan menabas dan membuang kita keperapian yang menyala-nyala:
“Dan
setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang
ke dalam api. Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Bukan setiap
orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga,
melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir
banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi
nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi
nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan
berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian
pembuat kejahatan!" (Matius 7:19-23)`
Catatan Khotbah:
Ps Joshua Mangiring Sinaga, S.Th., M.Th
portal: http://joshuams.blogspot.com
e-mail: pastor.joshuams@hotmail.com
Mobile Phone: +62821 2271 5676
Tidak ada komentar:
Posting Komentar