KEPEMIMPINAN KRISTEN (CRHRISTIAN LEADERSHIP)
Oleh: Pdt Joshua Mangiring Sinaga, S.Th., M.Th
Makna Filosofis Kepemimpinan
Kita
mendapatkan beragam pengertian kepemimpinan. Beberapa tokoh-tokoh kepemimpinan
menjelaskanya dengan sudut pandang dan penekanan yang berbeda, namun semuanya
dapatlah dikatakan selalu memiliki esensi yang sama. Kita akan selalu bertemu
dengan kata pemimpin, situasi kepemimpinan, serta orang yang dipimpin.
Kepemimpinan
Kristen adalah suatu proses terencana yang dinamis dalam konteks pelayanan
Kristen (yang menyangkut faktor waktu, tempat, dan situasi khusus) yang
didalamnya oleh campur tangan Allah, Ia memanggil bagi diri-Nya seorang
pemimpin (dengan kapasitas penuh) untuk memimpin umat-Nya (dalam pengelompokan
diri sebagai suatu institusi/organisasi) guna mencapai tujuan-Nya (yang membawa
keuntungan bagi pemimpin, bawahan, dan lingkungan hidup) bagi dan melalui
umat-Nya untuk kejayaan kerajaan-Nya.[1]
Pada
prinsipnya, sama dengan kepemimpinan secara umum, kepemimpinan Kristen adalah
sebuah proses terencana yang dinamis. Namun ada pengkhususan dalam konteks
kepemimpinan kristiani karena proses dan dinamikanya adalah merupakan rencana
dan campur tangan Tuhan. Hal ini memberi arti bahwa Kepemimpinan Kristen adalah
inisiatif dan campur tangan Allah dalam sejumlah proses dan dinamikanya. Ini
seharusnya menjadi satu peringatan jelas bahwa kepemimpinan yang kristiani akan
selalu diwarnai dengan pengakuan akan adanya rencana dan campur tangan Tuhan
atasnya. Secara sederhana, kita dapat menjelaskan bahwa kepemimpinan Kristen
merupakan suatu kepemimpinan yang merupakan inisiatif dan campur tangan Tuhan
sehingga kepemimpinan ini akan selalu mengacu kepada prinsip-prinsip yang
termuat dalam Alkitab.
Karena
kepemimpinan kristiani adalah merupakan rencana dan didalamnya ternyata campur
tangan Allah, maka sejatinya Tuhanlah yang berdaulat memilih pemimpin Kristen.
Tuhanlah yang memilih bagi kemuliaan-Nya seorang pemimpin dan memperlengkapinya
(melalui proses pembentukan kepemimpinan) dengan segenap kapasitas untuk
memimpin. Kita mengerti bahwa tanpa campur tangan Allah, maka kepemimpinan yang
terbentuk akan menjadi kepemimpinan sekuler yang “timpang” dan “berbahaya”.
Timpang karena akan cenderung mengadobsi dalil-dalil kepemimpinan duniawi yang
sudah pasti akan berdampak buruk bagi dan dalam dinamika serta situasi
kepemimpinan yang ada.
Dalam
Kepemimpinan Kristen, tujuan Allah adalah dasar utama yang menjelaskan untuk
apa gereja (umat-Nya) ada yang di atasnya tujuan umat Allah di bangun. Penting
untuk memahami bahwa secara filosofis, Allah yang memilih bagi-Nya seorang
pemimpin, memiliki suatu tujuan yang pasti yaitu bagi kemuliaan nama-Nya dan
kejayaan Kerajaan-Nya. Ketika sebuah kepemimpinan dibentuknya, indikasi yang
kuat adalah bahwa nama-Nya dimuliakan dan Kerajaan-Nya ditegakkan.
J.
Oswald mengatakan kepemimpinan adalah pengaruh. Tidak ada yang lebih, tidak ada
yang kurang. Ini adalah tentang mempengaruhi seseorang untuk alasan yang
bermanfaat. Ini tidak tergantung pada jabatan atau posisi. Ini adalah
tergantung pada seseorang menangkap sebuah visi dari Tuhan, dan mempengaruhi
orang lain untuk bergabung dengan mereka dalam penggenapannya. Ketika hal itu
terjadi, kepemimpinan timbul dalam bentuk yang murni. Hal ini terjadi pada
setiap organisasi pada titik yang satu atau yang lain. Khususnya bila tidak ada
sistem atau rencana. Tidak ada harapan akan kemajuan. Seorang pemimpin harus
menerima hak untuk memimpin dan yang lain memilih untuk mengikut.[2]
Sementara
itu, Ken Blanchard mengatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses
mempengaruhi. Setiap kali Anda memengaruhi cara berpikir, perilaku, atau
perkembangan orang menuju pencapaian suatu tujuan dalam kehidupan pribadi atau
profesional mereka, Anda sedang menjalankan peran pemimpin. Kepemimpinan adalah
suatu tindakan yang sama intimnya seperti kata-kata bimbingan dan dorongan
kepada seseorang yang dicintai atau sama formalnya dengan instruksi yang
melewati suatu garis komunikasi yang luas dalam suatu organisasi. Kepemimpinan
bisa saja menumbuhkembangkan karakter dan rasa harga diri dalam diri anak-anak
dan mendorong keakraban yang lebih besar dan pemenuhan dalam hubungan personal.
Kepemimpinan itu juga menyangkut pendistribusian sumberdaya dalam suatu
organisasi untuk mencapai atau menyelesaikan suatu tujuan dan tugas tertentu.[3]
KEHAMBAAN dalam Kepemimpinan
Kristen
Apa yang
membuat seseorang di sebut sebagai pemimpin? Apakah prestasi, tingkat sosial,
kekuasaan atau penampilan? Apakah secara otomatis seseorang dapat menjadi
pemimpin ketika namanya tercantum di bagan organisasi?
Yesus
menjawab semua pertanyaan ini dengan pernyataan yang luar biasa. Pandangan-Nya
tentang kepemimpinan ternyata berbanding terbalik dengan pandangan yang lajim
di pegang oleh orang.
“ Kamu tahu bahwa pemerintah-pemerintah
bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar
menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian diantara kamu.
Barang siapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi
pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka diantara kamu, hendaklah ia
menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk di layani,
melainkan untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak
orang.” (Matius 20: 25-28).
Kata memerintah dalam Bahasa Yunani berasal dari
kata katakurieuosin (katakurieuosin) yang dianalisa (parsing) 3p, pl,
pres, act, ind…. katakurieuw (katakurieuw).[4]
3p, :
orang ke-3 (mereka)
pl, :
plural (jamak) artinya orang lebih dari satu
pres, :
pekerjaan yang sedang dan terus menerus dilakukan
act, :
subjek melakukannya secara aktif
ind : suatu
jenis kata kerja yang menjelaskan suatu fakta kebenaran
Jadi, kata katakurieuosin (katakurieuosin)
menjelaskan fakta bahwa orang-orang (para pemimpin dunia) menjalankan
kepemimpinan dan terus melakukannya hingga kini secara aktif dengan konsep memerintah.
Konsep memimpin dengan cara memerintah memang lajim
dalam dunia sejak zaman purba. Memerintah dalam hal ini mengandung arti memberi
komando. Terjemahan Alkitab Bahasa Indonesia terjemahan baru menambahkan kata
tangan besi untuk menggambarkan pola kepemimpinan memerintah ini. Kata “tangan
besi” merupakan kata yang menjelaskan kata di depannya, yaitu kata memerintah.
Dalam bahasa Yunani kata ini tidak ditemukan jadi adalah suatu kata yang
melekat dengan kata yang dijelaskannya. Terjemahan yang paling tepat untuk
kata katakurieuosin (katakurieuosin)
adalah exercise dominion over
(tindakan menguasai atau mengendalikan).
Memerintah disini mengandung konotasi yang kurang
baik. Hal ini dijelaskan lebih mendalam dengan kalimat ke dua dalam ayat yang sama:
“pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.” Untuk menjelaskan kalimat ini, kita harus
mengerti arti kata: katexousiazousin (katexousiazousin)
yang berarti: exercise authority upon (penerapan otoritas).
Apabila kita analisa (parsing), maka kata katexousiazousin memiliki
kesamaan analitis dengan kata katakurieuosin (katakurieuosin).[5] Jadi kata ini menjelaskan
fakta bahwa orang-orang (para pemimpin dunia) menjalankan kepemimpinan dan
terus melakukannya hingga kini secara aktif
dengan menerapkan prinsif otoritas. Kata memerintah dengan otoritas yang
diindikasikan dengan tangan besi (bersifat memaksa dan otoriter), adalah
gambaran yang umum dalam kepemimpinan sekuler. Pola ini ternyata telah
dijalankan sejak zaman purba. Raja Firaun yang memperbudak orang Ibrani ratusan
tahun adalah contoh paling tepat. Raja-raja dalam Perjanjian Lama yang
memerintah Israel pun, beberapa mempraktekkannya. Tetapi contoh paling sesuai
konteks adalah Pontius Pilatus. Gubernur Romawi yang menjalankan pemerintahan
disalah satu koloninya dengan tangan besi ( bandingkan Kisah Para Rasul
4:27; Lukas 3:1; 1 Timotius 6:13).
Pola
kepemimpinan yang Yesus paparkan pada ayat tersebut di atas adalah dengan
menawarkan dua kata yang arti dan maknanya sinonim. Pelayan dan hamba. Pelayan
dari kata diakonos
(diakonos) dan hamba dari kata
doulos (doulos).
Menurut
The Analitical Greek Lexicon, kata diakonos (diakonos) berarti one who
renders service to another. [6] Prinsif inti dari kata diakonos adalah orang
yang menyumbangkan (memberi) diri melayani yang lain. Memberi diri ini penting
sekali dipahami sebagai sebuah tindakan sadar yang dilakukan dengan dorongan
hati. Tindakan ini jauh dari keterpaksaan. Hal ini sesuai dengan pengertian
dari Biblesoft's New Exhaustive Strong's Numbers and Concordance with Expanded
Greek-Hebrew Dictionary: “a waiter (at
table or in other menial duties)”.[7]
Diakonos adalah seorang yang
selalu siap sedia untuk melaksanakan tugas melayani seperti seorang waiter. Dia
melakukannya dengan panggilan hati yang dengan sadar dan rela. Sekali lagi
panggilan ini jauh dari keterpaksaan atau tekanan.
Kata doulos (doulos) adalah kata yang
cukup sering kita dengar, namun demikian sering kita kurang memahami artinya
secara mendalam. Gambaran arti kata ini dapat kita pahami sebagai berikut:[8]
- a slave, bondman, man of servile condition. a slave (kata benda): budak. (kata kerja): seorang yang bekerja keras, membanting tulang (over untuk).(kata sifat): seorang pemburu-buru kerja. Bondman: penjamin. Seorang yang terjual sebagai agunan (jaminan). Man of Servile Condition: seorang yang kondisinya bersikap merendahkan diri.
- Metaphorically (metafora):
-
one who gives himself up
wholly to another's will, (1 Korintus 7:23)
(seseorang yang memberi
dirinya secara keseluruhan kepada keinginan orang lain)
-
devoted to another to the
disregard of one's own interests. (Matius 20:27; Markus 10:44)
mempersembahkan kepada yang lain tanpa
memperdulikan satupun
keinginannya
Jadi
kalau kita tarik benang merah dari beberapa pengertian di atas, maka kata doulos (doulos) berarti seseorang
yang telah terjual kepada seseorang. Ia memberikan dirinya secara keseluruhan
kepada keinginan pemiliknya, sehingga ia tidak mempedulikan sama sekali
kepentingan dirinya. Ia bekerja sangat keras (membanting tulang) demi
kepentingan tuannya.
Menurut
sabda yang disampaikan Yesus Kristus, jenis kepemimpinan yang sejati adalah
pemimpin pelayan yang berhati hamba. Ia adalah seorang yang selalu siap sedia
untuk melaksanakan tugas melayani seperti seorang waiter. Dia melakukannya
dengan panggilan hati yang dengan sadar dan rela. Sekali lagi panggilan ini
jauh dari keterpaksaan atau tekanan.
Hati
seorang pemimpin adalah seorang yang memberikan dirinya secara keseluruhan
kepada keinginan pemiliknya, yaitu Tuhan. Motif ini mendorong sehingga ia tidak
mempedulikan sama sekali kepentingan dirinya. Ia bekerja sangat keras
(membanting tulang) demi kepentingan tuannya. Yesus Kristus mengatakan,
pemimpin dunia bukanlah teladan kepemimpinan Kristen, tetapi kepemimpinan
Kristen harus mengakar pada dua kata yaitu seorang pelayan berhati hamba.
Yesus
Kristus memiliki pandangan yang sangat jelas tentang apa yang Dia maksudkan
dengan cara kita memimpin. Dia ingin kita menjadi pemimpin tidak seperti dunia
memimpin. Dunia memimpin dengan melakukan apa saja untuk melanggengkan
kekuasaannya, tidak peduli dengan cara apapun. Ayat di atas dengan jelas
membedakan ciri-ciri kepemimpinan antara kepemimpinan dunia dengan kepemimpinan
yang Yesus Kristus terapkan.
[1] Yakob Tomatala, Pengantar
Kepemimpinan, YT Leadership Foundation, Jakarta, 2008, Hal. 3
[4] Merrill C. Tenney, A Parsing Guide to the Greek New Testament,
Herald Press, Ontario, 42
[5] Ibid
[6] The Analytical Greek Lexicon, Harper & Brothers Publisher, New
York
[7] Biblesoft's New Exhaustive Strong's Numbers and
Concordance with Expanded Greek-Hebrew Dictionary.
Copyright (c) 1994, Biblesoft and
International Bible Translators, Inc.
[8] Thayer's Greek Lexicon, Electronic Database. Copyright (c) 2000 by
Biblesoft
Tidak ada komentar:
Posting Komentar