Sekretariat STTS

SEKOLAH TINGGI THEOLOGI SUNEIDESIS

Sekretariat:

Komplek Pertokoan Pulomas Blok XI/2 Jl. Perintis Kemerdekaan Jakarta Timur

e-mail: conscience.foundation@hotmail.com Telepon: 021-93555867, 082122715676

Selasa, 24 September 2013

TEOLOGI MINYAK URAPAN (Suatu Pendekatan Biblis terhadap Fenomena Minyak Urapan Gereja Tiberias)



TEOLOGI MINYAK URAPAN
(Suatu Pendekatan Biblis terhadap Fenomena Minyak Urapan Gereja Tiberias)
Oleh: Ps Joshua Mangiring Sinaga, S.Th., M.Th





PENDAHULUAN

KITAB KELUARAN merupakan sambungan antara riwayat-riwayat kitab Kejadian dengan kitab-kitab Pentateuch yang menerangkan hal hukum. Didalamnya terdapat sejarah perbudakan bangsa Israel di Mesir setelah kematian Yusuf, kemudian pelepasan mereka agar dapat menjadi umat milik Tuhan sendiri serta melayani dan memuliakan Dia.[1] Semuanya itu merupakan analogi dari suatu karya besar yang akan dikerjakan Yesus Kristus pada zaman Perjanjian Baru. Orang yang dahulu bukan umat Allah kini menjadi umat kepunyaanNya.

Karena merupakan sebuah analogi, maka tentu bukanlah satu hal yang absurb, bila kita mengambil tema-tema didalamnya untuk menjelaskan realita praksis dalam kehidupan gereja Tuhan masa kini. Persoalannya kini adalah, ketika analagi tersebut diambil atau diadobsi oleh gereja kontemporer, terjadi missing. Kesalahan itu bisa karena penekanan alegoris yang tidak seimbang, atau tindakan praksis literal yang terlalu dipaksakan.

Kini kita memang sedang dalam kemajuan yagn sangat membanggakan secara teologis akademis. Sekolah Alkitab atau sekolah teologi bukan lagi barang langka, tetapi menjamur dengan pesat. Bak cendawan di musim hujan, STT kini menjadi sekolah yang sangat mudah kita temukan di berbagai kota. Mulai dari sekolah STT yang sifatnya sektarian denominatif, hingga STT lintas denominasi. Semua sekolah ini memberikan warna yagn sangat beragam dan tentu juga sangat membangkan. Namun timbul sebuah kendala, karena merupakan sebuah ilmu, maka teologi dapat saja dieksploitasi menurut sudut pandang tendensius. Ini memang wajar saja karena itu merupakan domain dari para praktisi teologi yang bernaung dibawah sekolah-sekolah tersebut.

Inilah yang menjadi dilema di zaman yang serba mungkin ini. Orang yagn berkecimplung dalam teologi, baik praktis maupun akademis, seringkali terjebak dan berada pada persimpangan teologis yang berbahaya. Kalau kita mencermati dan mengamati kitab-kitab Pentateuch khususnya kitab Keluaran dan Imamat, kita akan secaramudah mengerti bahwa hal-hal yagn diurai disana adalah hukum-hukum rohani yang menyangkut juga secara jasmaniah. Kita mahpun bahwa dalam teokrasi yang dibangung di dalam masa ini, maku hukum rohani tidaklah mendapat perbedaan dengan hukum jasmaniah. Keduanya melebur menjadi satu dan tak mungkin untuk dipilah-pilah.

Menurut Denis Green, hukum Bangsa Israel menyatakan tiga ciri khas yang membedakannya dari hukum bangsa-bangsa lain:

1.      Diberikan oleh Allah yang Mahaadil, jadi tidak terpengaruh oleh prasangka-prasangka manusiawi
2.      Menaruh nilai tinggi pada nyawa manusia, maka tidak mengijinkan hukumam yang keterlaluan (21:24-25)
3.    Hukum yang sama berlaku atas semua orang tanpa pandang bulu, khususnya ada hak-hak perlindungan untuk janda dan yatim piatu (22:22), orang asing/pengungsi (23:9), orang yang berutang (21:1), dan budak (23:12). Dalam pelaksanaan peraturan-peratauran ini, Israel harus mempertunjukkan apa yang telah diperbuat oleh Tuhan bagi mereka (22:21, 23:9)[2]

Hukum-hukum yang secara umum berlaku baik secara rohani dan jasmani tadi, dinyatakan bersumber dari atas. Artinya itu hadir dari Allah dan dalam pengejawantahannya, Israel harus menerimnya secara umum tanpa membeda-bedakan siapapun orangnya.

Sesuai dengan kontek yang kita mulai selidiki dalam makalah ini, maka minyak urapan adalah salah satu hukum pasti yang harus berlaku secara umum bagi semua komunitas Israel. Didalamnya termuat suatu maksud dan tujuan yang jeklas yang tak boleh diingkari melalui tindakan praksis ataupun dalam tataran pengajaran akademis. Israel harus melihatnya sebagai satu kesatuan yang berlaku umum. Dalam kontek kini, sebagaimana telah kita katakan dia atas, maka minyak urapan juga dapat merupakan kajian teologis yagn bersifat praktis dan akademis. Kita mestinya dapat mengurai dengan, pasti secara teori teologis sehingga kita mengerti esensinya. Konsep teologis tada akhirnya dapat menadi landasan praksis dalam rangka penerapannya dalam kontek kekinian. Kontek kekinian dpat kit a sebutkan sebagai penerapan pada gereja Tuhan Perjuanjian Baru.


APA YANG KITA DAPATKAN DARI PERJANJIAN LAMA?

Minyak urapan muncul untuk pertama kalinya dalam kitab Keluaran  25:6 “minyak untuk lampu, rempah-rempah untuk minyak urapan dan untuk ukupan dari wangi-wangian”. Menurut konteks pasal 25 Kitab  Keluaran, minyak urapan merupakan salah satu bagian penting dalam Kemah Suci yang didirikan oleh Musa di padang gurun. Minyak urapan bukan terdiri dari satu jenis bahan tetapi racikan dari berbagai-bagai rempah-rempah. Yang menarik adalah bahwa rempah-rempah itu dipungut dari persembahan khusus umat Allah (Keluaran 25:1-6).

Minyak urapan berasal dari dua kata Ibrani:
1.      shemen  yang berarti fat, oil[3]  (gemuk, minyak). Kata lashemen dapat juga berarti: fatness,  olive oil, as staple, medicament or unguent ,  for anointing,  fat (used of fruitful land, valleys) (metaphorical).
2.      mishchah atau moshchah yang berarti consecrated portion, anointing oil, portion, ointment, anointing portion[4]

Jadi minyak urapan dapat dijelaskan sebagai anounting oil atau consecreated portion oil. Jadi ia adalah materi yang penting karena dikhususkan untuk pengurapan. Sifatnya adalah kudus sehingga menjadi khusus untuk urapan dan bukan untuk yang lain-lain (Dan kepada orang Israel haruslah kaukatakan demikian: Inilah yang harus menjadi minyak urapan yang kudus bagi-Ku di antara kamu turun-temurun. Keluaran 30:31)

Minyak urapan adalah racikan dari berbagai-bagai rempah-rempah yang diracik secara apik dan khusus oleh ahlinya (Keluaran  35:15 mezbah pembakaran ukupan dengan kayu pengusungnya, minyak urapan dan ukupan dari wangi-wangian; tirai pintu untuk pintu Kemah Suci) bandingkan dengan: Keluaran  35:28 “rempah-rempah dan minyak untuk penerangan, untuk minyak urapan dan untuk ukupan dari wangi-wangian.” Minyak urapan terbuat dari bahan-bahan khusus dan melalui proses pembuatan yang unik dan teliti. Unik karena bahan-bahan pembuatnya adalah bahan-bahan pilihan, dan teliti karena harus dikerjakan menurut standard pembuatan para ahli.

Racikan minyak urapan itu dijelaskan sebagai berikut: "Ambillah rempah-rempah pilihan, mur tetesan lima ratus syikal, dan kayu manis yang harum setengah dari itu, yakni dua ratus lima puluh syikal, dan tebu yang baik dua ratus lima puluh syikal, dan kayu teja lima ratus syikal, ditimbang menurut syikal kudus, dan minyak zaitun satu hin. Haruslah kaubuat semuanya itu menjadi minyak urapan yang kudus, suatu campuran rempah-rempah yang dicampur dengan cermat seperti buatan seorang tukang campur rempah-rempah; itulah yang harus menjadi minyak urapan yang kudus.” (Keluaran 30:22-25)
Dari ayat-ayat tersebut di atas, kita dapat menginventarisasi bahan-bahan material dari minyak urapan. Bahan-bahannya adalah adalah rempah-rempah yang terdiri dari: 

Mur tetesan 500 syikal. Mur berasal dari kata Ibrani, maar. Dalam bahasa Inggris disebut more atau mowr yang berarti myrrh an Arabian gum from the bark of a tree, used in sacred oil and in perfume. MYRRH (mur) dapat kita pahami dari uraian berikut ini. (mor atau mowr; Arab Murr]): Zat ini disebutkan sebagai bahan berharga untuk parfum (Ps 45:8; Amsal 7:17, Kid 3:6; 4:14), dan sebagai salah satu unsur dari dupa suci (Kel 30:23, lihat juga Kid. 4:6; 5:1,5,13). Mor umumnya diidentifikasi dengan "mur" yang diperdagangankan, permen karet kering dari jenis balsam (Balsamodendron myrrha). 

Mor berasal dari pohon  tumbuh yang banyak tumbuh di Saudi. Memiliki kulit terang-abu-abu, yang memancarkan getah karet di tetes air mata  kecil yang kering berwarna coklat atau kuning kemerahan. Memilik aroma yang khas dan menyenangkan. Ia hangat dan rasanya pahit. Mur digunakan sebagai obat (Markus 15:23). Besar kemungkinan bahwa smurna, di Perjanjian Baru adalah hal yang sama. Dalam Mat 2:11 itu dibawa oleh "orang bijak" dari Timur sebagai korban untuk bayi Juruselamat; dalam Markus 15:23 itu ditawarkan bercampur dengan anggur sebagai anestesi terhadap penderitaan Penebus, dan dalam Yohanes 19:39 sebuah "campuran mur dan gaharu" di bawa oleh Nikodemus untuk merempahi jenazah Yesus. Kayu manis yang harum 250 syikal. Kayu manis dari kata Ibrani Waqinmaan; yang dalam bahasa Inggris adalah qinnamown; cinnamon; a fragrant bark used as spice. 

CINNAMON dapat dijelaskan sebagai berikut: Sin'-a mun, qinnamon; kinnamomon. Disebutkan cassia. Dalam Kel 30:23 ini adalah salah satu bahan dari "minyak urapan yang kudus", di dalam Amsal 7:17 itu, bersama dengan mur dan gaharu, dibuat menjadi parfum untuk tempat tidur, pada Kidung Agung 4:14, adalah bumbu yang sangat berharga. Cinnamon adalah (Wahyu18:13) bagian dari barang perdaganganan di "Babel besar. 

Cinnamon adalah produk zeylanicum Cinnamomum, tanaman laurel yang luas dibudidayakan di Ceylon dan Jawa. Memiliki bunga putih berlimpah, menghasilkan kacang sebagai penghasil minyak wangi. Kayu ini memiliki kulit bagian dalam dari cabang yang telah mencapai diameter dari 2 menjadi 3 inci. epidermis dan materi lembek yang secara hati-hati dikerok  sebelum pengeringan. (dari International Standard Bible Encyclopaedia, Electronic Database Copyright (c) 1996 oleh Biblesoft)

3.   Tebu yang baik 250 syikal. Dari kata uwqneh yang berarti qaneh --a reed, a stalk, a bone, balances. Uraiannya dijelaskan oleh ensiklopedia seperti berikut: Jelas bahwa qaneh dan kalamos dalam bahsa Yunani memiliki banyak arti. Kata qaneh digunakan untuk setidaknya dua hal yang berbeda pada dasarnya: (1) buluh biasa, dan (2) zat aroma yang manis rasanya.

a.   buluh yang paling umum di Palestina adalah donax Arundo (Natural Order Gramineae), yang dikenal dalam bahasa Arab sebagai qacabfarasi, "buluh Persia." Tumbuh dalam jumlah besar di lembah Yordan di sepanjang sungai dan anak-anak sungainya dan di oasis dekat Laut Mati, terutama sekitar 'Ain Feshkhah di sudut barat laut. Ini adalah buluh yang tinggi, sering 20 kaki tingginya, dengan daun hijau segar yang indah di musim panas. "rahasia dari buluh" (Ayub 40:21) sejumlah besar tempat penampungan hewan dan kehidupan burung.

b.      Qaneh dalam Yer 6:20 berkualitas ha qaneh-Tobh, "manis" atau "tebu yang menyenangkan," dan dalam Keluran 30:23, bhosem qeneh, "jerangau manis," atau, lebih baik, tongkat "dari aroma. "Kidung Agung 4:14; Yesaya 43:24; 27:19. Rupanya mengacu pada hal yang sama. qaneh adalah bahan dari minyak urapan (Keluaran 30:23), yang diimpor dari jarak (Yeremia 6:20; Yehezkiel 27:19), dan itu langka dan mahal (Yesaya 43:24). (dari International Standard Bible Encyclopaedia, Electronic Database Copyright (c) 1996 oleh Biblesoft)

4.        Kayu Teja 500 syikal. Dari kata Qidaah (Ibrani) yang berarti A spice, cassia. Uraian tentang ini dijelaskans bebagai berikut: Cammim (Kel 30:34, "bumbu manis"). Ini adalah istilah umum untuk bahan halus harum berbentuk bubuk. Bandingkan shamm (Arab), "bau" atau "indra penciuman"; umumnya diterjemahkan "dupa manis" (Kel 25:6, 30:7, 31:11, 35:8,15,28, 39:38, 40:27 (King James Version); Lev 4:7; 16:12, Bil 4:16, 2 Taw 02:04 (King James Version); 13:11). Dalam Kel 37:29, 40:27, 2 Taw 2:4, kami telah.... "dupa rempah-rempah manis." (nekho'th; thumiamata (Kej 37:25, "spicery,"  "gusi tragacanth atau storax"); thumiama "dupa" (43:11, "spicery"; beberapa versi Yunani dan Vulgata (Jerome's Latin Alkitab, 390-405 AD) "storax": Storax adalah permen karet kering dari Styrax officinalis, yang digunakan sebagai bahan dupa agak berbeda dengan yang sekarang. Tragacanth adalah gusi resinous beberapa spesies vetch susu (Natural Order, Leguminosae), terutama dari gummifer Astragalus. Terjemahan Septuaginta "dupa" mungkin adalah terjemahan terbaik. (dari International Standard Bible Encyclopaedia, Electronic Database Copyright (c) 1996 oleh Biblesoft)

5.         Minyak zaitun 1 hin. Dari kata zayith (Ibrani) yang berarti olive. 


PROSES PERBUATAN MINYAK URAPAN YANG KHAS

Cara peracikan MINYAK URAPAN adalah harus dengan cermat seperti buatan seorang tukang campur rempah-rempah. Jadi dibuat secara khusus dan hati-hati. Tidak sembarang mencampur. Hal ini dapat kita mengerti karena semua bahan-bahan harus menurut ukuran atau takaran yang tepat. Tidak lebih dan tidak kurang. Ukuran tiap  gramnya harus tepat. Hal ini digambarkan dengan pemakaian ukuran berdasarkan syikal (Syikal berasal dari kata SHEKEL (Ibrani) dan hin (berasal dari kata hiyn (Ibrani) yang berarti: A liquid measure containing 12 logs, equal to about 8 quarts.)

Kalau kita mencermati uraian tadi, maka kita dapat mengerti bahwa racikan ini dibuat berdasarkan takaran yang teliti. Ukuran 500 syikal mur tetesan, 250 syikal kayu manis yang harum, tebu yang baik 250 syikal, kayu teja 500 syikal, dan minyak zaitun 1 hin. Bahasa yang paling tepat untuk menterjemahkan kata roqeeach maaseeh adalah The Art of The Apothecary. Mengherankan sekali bahwa ternyata prinsip-prinsip peracikan apoteker yang harus melalui standar mutu telah ada ribuan tahun yang lalu pada zaman Israel Purba.

Teknis raqach dapat dijelaskan oleh The Online Bible Thayer's Greek Lexicon and Brown Driver & Briggs Hebrew Lexicon, parsing kata raqah sebagai berikut: וקה adalah: qal, ptc, ms, ןקה ,955, mix, compoun.

Jadi apoteker adalah seorang pria yang bekerja untuk meracik (Qal) to mix, to compound. Dia adalah seorang apoteker yang juga ahli dalam hal wangi-wangian perfumer (participle). Tidak mengherankan bahwa minyak urapan selain terbuat dari bahan-bahan yang terpilih dengan ukuran yang teliti, minyak ini juga melalui tahapan pembuatan hasil karya yang bernilai seni tinggi. Tingkat keharuman parfumnya di atur oleh seorang yang paham dan mengerti wangi-wagian.

Bila kita mengamati uraian di atas, maka jelas bagi kita sekarang beberapa hal sebagai berikut:

1.     Minyak urapan terbuat dari bahan-bahan material pilihan. Tidak asal ada tetapi melalui mekanisme pemilihan bahan-bahan yang terbaik oleh ahlinya
2.    Minyak urapan tidak dibuat secara sembarangan. Ia dibuat dengan teliti oleh tangan ahli yang bernilai seni tinggi. Dibuat menurut kaidah-kaidah apoteker yang terlatih dan ahli.

Oleh karena betapa seriusnya keberadaan minyak urapan, yang ditandai dari bahan-bahan yang terpilih, ukuran yang tepat, dan ahli yag meraciknya, maka kita sekang sampai kepada kegunaan dari pada minyak urapan. Hal ini berkaitan dengan sifat minyak urapan yang KUDUS: “minyak urapan dan ukupan dari wangi-wangian untuk tempat kudus; tepat seperti yang telah Kuperintahkan kepadamu haruslah mereka membuat semuanya." (Keluaran 31:11)

Kekudusan dari minyak urapan ini juga tercermin dari Imamat  10:7 “Janganlah kamu pergi dari depan pintu Kemah Pertemuan, supaya jangan kamu mati, karena minyak urapan TUHAN ada di atasmu." Mereka melakukan sesuai dengan perkataan Musa.” Para imam yang telah diurapi dengan minyak urapan, tidak boleh meninggalkan Kemah Suci dan berbaur dengan orang awam. Pelanggaran akan ini fatal akibatnya. Kematian.

Keseriusan akan keberadaan Minyak Urapan ini juga tercermin dari keberadaannya yang harus  selalu tersedia: “Tetapi Eleazar, anak imam Harun, bertanggung jawab atas minyak untuk penerangan, ukupan dari wangi-wangian, korban sajian yang tetap dan minyak urapan; ia bertanggung jawab atas segenap Kemah Suci dan segala isinya, yakni barang-barang kudus dan perabotannya." (Bilangan 4:16)

Mengapa minyak urapan di buat sedemikian rupa? Pastilah ada alasan yang akan kita coba jelaskan.  Berikut ini adalah PERUNTUKAN SECARA KHUSUS MINYAK URAPAN MENURUT PL:


MAKNA DAN FUNGSI MINYAK URAPAN

1.         Minyak urapan dituangkan ke atas kepala. ( Keluaran  29:21 Haruslah kauambil sedikit dari darah yang ada di atas mezbah dan dari minyak urapan itu dan kaupercikkanlah kepada Harun dan kepada pakaiannya, dan juga kepada anak-anaknya dan pada pakaian anak-anaknya; maka ia akan kudus, ia dan pakaiannya, dan juga anak-anaknya dan pakaian anak-anaknya. BANDING: Imamat  8:12 Kemudian dituangkannya sedikit dari minyak urapan itu ke atas kepala Harun dan diurapinyalah dia untuk menguduskannya.) MAKNA yang kita temukan dari peristiwa seremonial ini adalah melambangkan otoritas yang melekat pada seorang imam besar. Dalam otoritas keimamam tersebut, ternyata haruslah terjalin hubungan yang harmonis dengan umatNya. Seorang imam akan menjadi alat berkat Allah yang memberkati umatNya ketika dia menjalin hubungan yang baik dengan umatnya. Hal ini tercermin dalam Mazmur 133:1-3.

Pemercikan ini ternyata berlanjut kepada anak-anak Harun dan kepada pakian mereka. Ini memperkuat suatu prinsif delegasi otoritas yagn berbasis pada umat. Otoritas ada untuk melayani dan mewakili umat kepada Allah. Dalam hal ini, kita mengerti bahwa para imam bukan pelaku dan pemangku tunggal jabatan keimamam, tetapi ada sekelompok imam yang dipimpin seorang imam besar dalam melaksanakan fungsi perwakilan kepada Allah. (Imamat  8:30 Dan lagi Musa mengambil sedikit dari minyak urapan dan dari darah yang di atas mezbah itu, lalu dipercikkannya kepada Harun, ke pakaiannya, dan juga kepada anak-anaknya dan ke pakaian anak-anaknya. Dengan demikian ditahbiskannyalah Harun, pakaiannya, dan juga anak-anaknya dan pakaian anak-anaknya.)

Fungsi minyak urapan adalah sebagai instrument seremonial pentahbisan Imam Besar (Imamat  21:10 Imam yang terbesar di antara saudara-saudaranya, yang sudah diurapi dengan menuangkan minyak urapan di atas kepalanya dan yang ditahbiskan dengan mengenakan kepadanya segala pakaian kudus, janganlah membiarkan rambutnya terurai dan janganlah ia mencabik pakaiannya.). Ada indikasi bahwa seorang raja juga mendapatkan pengurapan yang sama sebagai tanda keabsahan otoritas pemerintahannya (I Samuel  16:12 Kemudian disuruhnyalah menjemput dia. Ia kemerah-merahan, matanya indah dan parasnya elok. Lalu TUHAN berfirman: "Bangkitlah, urapilah dia, sebab inilah dia.")

2.      Diperuntukkan untuk mengurapi Kemah Suci dan segala yang ada didalamnya. (Keluaran  40:9 Kemudian kauambillah minyak urapan dan kauurapilah Kemah Suci dengan segala yang ada di dalamnya; demikianlah harus engkau menguduskannya, dengan segala perabotannya, sehingga menjadi kudus. Banding: Imamat  8:10 Musa mengambil minyak urapan, lalu diurapinyalah Kemah Suci serta segala yang ada di dalamnya dan dikuduskannya semuanya itu.)


APAKAH PERJANJIAN BARU MASIH MENGAJARKAN PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN MINYAK URAPAN?

Sebuah pertanyaan teologis yang sangat mendasar adalah apakah Minyak Urapan masih diperlukan dalam zaman Gereja (PB). Secara sepintas kita memang akan dan masih akan menemukan praktek pemakaian minyak dalam ibadah dan atau pelayanan PB. Tetapi bila kita meneliti dengan seksama, maka substansi minyak dalam PL dan PB itu berbeda. Penggunaannya juga sangat berbeda.

Perjanjian Baru Yunani menggunakan kata αλειφω – ALEIPHÔ dan "χριω - KHRIÔ untuk tindakan mengurapi dan ελαιον – ELAIÔN untuk minyak. Minyak digunakan untuk lampu, mengobati orang sakit, mengurapi kepala dan rambut saat pesta. Kata αλειφω – ALEIPHÔ digunakan untuk pengertian umum sedangkan kata "χριω - KHRIÔ lebih mengarah kepada makna religius. Hal ini dapat kita teliti paling tidak dalam tiga ayat dari 3 kitab Perjanjian Baru berikut ini:

1.      Lukas 7:46, Engkau tidak meminyaki kepala-Ku dengan minyak, tetapi dia meminyaki kaki-Ku dengan minyak wangi. (ελαιω την κεφαλην μου ουκ ηλειψας αυτη δε μυρω ηλειψεν μου τους ποδας)
2.      Yakobus 5:14,  Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta 'mengolesnya' dengan 'minyak' dalam nama Tuhan. (ασθενει τις εν υμιν προσκαλεσασθω τους πρεσβυτερους της εκκλησιας και προσευξασθωσαν επ αυτον αλειψαντες αυτον ελαιω εν τω ονοματι του κυριου)
3.      Markus 6:13, dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka.  (και δαιμονια πολλα εξεβαλλον και ηλειφον ελαιω πολλους αρρωστους και εθεραπευον)

Kalau kita membuat kajian eksegetis dari kata ελαιω, maka hasilnya adalah datif, singular...elaion. artinya, kata minyak merupakan kata benda datif yang berarti berfungsi sebagai alat atau instrument dan bersifat tunggal. Yang menarik adalah bentuk singular disini dapat berarti bahwa elaiw bukan bersifat racikan atau terdiri dari campuran berbagai bahan-bahan rempah seperti yang dimaksudkan dalam PL, tetapi merupakan satu materi minyak saja. Halini dapat dijelaskan seperti minyak kelapa sawit, minyak kelapa, dan lain-lain. Minyak ini murni adalah minyak dalam arti yang sebenarnya. Bukan minyak dalam arti campuran dari berbagai-bagai bahan minyak atau rempah.

Ada 29 ayat dalam PB yang menuliskan kata minyak. Dan kalau kita menginventarisasinya, maka fungsi minyak dapat kita jelaskan sebagai berikut:

1.    Sebagai make up sewaktu berpuasa. (Matius  6:17 Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu,)
2.      Bahan bakar peltita (Matius 25)
3.     Sebagai minyak wangi (Matius  26:7 datanglah seorang perempuan kepada-Nya membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi yang mahal. Minyak itu dicurahkannya ke atas kepala Yesus, yang sedang duduk makan.)
4.    Sebagai barang yang dapat diperdagangkan (Matius  26:9 Sebab minyak itu dapat dijual dengan mahal dan uangnya dapat diberikan kepada orang-orang miskin." Bandingkan Markus 14:4-5; Lukas 16:6; Yohanes 12:5)
5.     Dicurahkan ke tubuh Yesus Kristus (Matius  26:12 Sebab dengan mencurahkan minyak itu ke tubuh-Ku, ia membuat suatu persiapan untuk penguburan-Ku. Bandingkan Markus 14:8; Lukas 7:38)
6.      Dicurahkan ke atas kepada Yesus Kristus (Markus  14:3 Ketika Yesus berada di Betania, di rumah Simon si kusta, dan sedang duduk makan, datanglah seorang perempuan membawa suatu buli-buli pualam berisi minyak narwastu murni yang mahal harganya. Setelah dipecahkannya leher buli-buli itu, dicurahkannya minyak itu ke atas kepala Yesus.)
7.   Dioleskan kepada orang sakit (Markus  6:13 dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka. Bandingkan Yakobus 5:14)
8.     Terindikasi dipergunakan untuk meminyaki mayat (bandingkan Markus  16:1 Setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus. Bandingkan Yohanes 19:39)
9.    Meminyaki kaki Yesus Kristus (Lukas  7:46 Engkau tidak meminyaki kepala-Ku dengan minyak, tetapi dia meminyaki kaki-Ku dengan minyak wangi. Bandingkan Yohanes 11:2-3)
-      
        Sebagai Obat luka (Lukas  10:34 Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.)
11. Untuk mengurapai (Ibrani  1:9 Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allah-Mu telah mengurapi Engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutu-Mu.")
12.  Untuk memulas mata (Wahyu  3:18 maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat.)

Yang paling menarik dalam dari semua fungsi diatas menurut penulis adalah poin nomor tujuh (7). Minyak digunakan untuk mengoles orang sakit. Penting bagi kita untuk mengerti apa sebenarnya konteks dari Yakobus 5:14. Untuk menjelaskannya, kutipan berikut mungkin memberikan pencerahan:

“Terlepas dari perdebatan seputar tujuan pengolesan minyak, kita harus memahami bahwa minyak di sini bukanlah sesuatu yang paling penting atau memiliki kuasa dalam dirinya sendiri. Hal ini didukung oleh konteks Yakobus 5:14-19 maupun ajaran Alkitab secara umum. Dalam teks Yunani, kata “mengolesi” (aleipsantes) berbentuk participle (anak kalimat), yang menunjukkan bahwa tindakan ini hanyalah sesuatu yang sekunder dibandingkan kata kerja utamanya, yaitu “mendoakan” (proseuxasthosan).

Makna seperti ini diekspresikan dengan baik oleh penerjemah RSV maupun NKJV (“let them pray over him, anointing him with oil”). Pengolesan minyak ini juga tidak disinggung lagi di ayat 15-18, sebaliknya  Yakobus justru menyoroti kualitas doa yang penuh iman. Alkitab secara umum juga mencatat bahwa pengolesan minyak bukanlah syarat mutlak bagi terjadinya kesembuhan. Kesembuhan bisa terjadi melalui jamahan tangan (Mat 8:3; 9:29; 20:34; Mar 1:41; Mar 8:22), jubah (Mat 9:20-22//Mar 5:27-34; Mat 14:36//Mar 6:56), ucapan jarak jauh (Mat 8:5-13//Luk 7:1-10), tanah liat (Yoh 9:6-7), bayangan (Kis 5:15-16) maupun sapu tangan (Kis 19:12).

Pengolesan minyak di sini kemungkinan memiliki makna simbolis. Tindakan ini menyiratkan perkenanan Tuhan atas orang yang sakit itu. Karena pengolesan ini adalah lambang perkenanan Tuhan, maka yang paling tepat untuk melakukan tindakan ini adalah para penatua, karena merekalah yang sudah dewasa dalam Tuhan. Makna simbolis ini juga didukung oleh penggunaan kata kerja aleipho di Yesaya 40:15 (LXX) yang merujuk pada pengurapan secara simbolis (bukan untuk penyembuhan penyakit)”.[5]

Mari kita luruskan pengertian kita sekarang. Pengurapan dalam konteks PB memang masih dilakukan sebagai tanda perkenanan Allah. Dan akhirnya itu juga dilakukan bagi semua orang. Secara khusus dalam konteks orang sakit yang tidak berdaya (sakit parah). Ini adalah salah satu aspek. Aspek yang lain dari kontek ayat ini tentu adalah kesembuhan walau itu bukan prioritas (doa adalah prioritas). Yang kita dapat mengerti kini adalah bahwa minyak untuk mengurapi orang sakit bukanlah faktor terpenting tetapi sekunder. Yang terpenting dari proses ini adalah doa yang sungguh-sungguh dari orang-orang beriman.

Kita tidak menemukan ayat yang secara khusus mengajarkan agar manusia-manusia PB membuat minyak urapan. Minyak dalam hal untuk mengurapi memang masih terindikasi. Tetapi minyak urapan seperti dalam konteks Kitab Keluaran sudah tidak lagi. Ada kemungkinan karena umat Kristen memang sudah tidak lagi terikat dengan ritual di Bait Suci.



KONTRAVERSI APLIKASI MINYAK URAPAN
DI GEREJA TIBERIAS INDONESIA

Dengan sengaja tanpa tujuan/ maksud yang tidak murni, penulis mencoba untuk mengangkat sebuah fenomena kontemporer yang tengah berkembang pada zaman millenium ini. Tersebutlah sebuah gereja yang masih sangat baru yaitu Gereja Tiberias Indonesia (selanjutnya disingkat GTI).


Selayang Pandang Gereja GTI

Bermula dari Gereja Bethel Indonesia Jemaat Tiberias, Pdt. Drs. Yesaya Pariadji menggembalakan Tiberias Ministry, di bawah naungan Sinode Gereja GBI. GBI Tiberias berdiri tanggal 17 AGUSTUS 1990 dan dalam kurun waktu tujuh tahun sejak didirikan, Tiberias Ministry bertumbuh dengan sangat cepat. Pertubuhannya merupakan satu pertumbuhan yang sangat fenomenal karena jauh melampaui pertumbuhan gereja-gereja lain di Indonesia, khususnya Jakarta. Pertumbuhan ini pun menjadi kontoversial karena fakta sebenarnya adalah perpindahan dari denominasi berbeda atau bahakan perpindahan dari denominasi yang sama (sesama Gereja GBI).

Tahun 1997, Mejelis Sinode GBI mengeluarkan sebuah keputusan yang mewajibkan seluruh jemaat GBI untuk menurunkan nama-nama jemaat lokal. Oleh karena keputusan ini, GBI Tiberias wajib menurunkan nama Tiberias dan hanya menggunakan GBI yang selanjutnya disambung dengan alamat domisili jemaat tersebut. Keputusan ini memang sungguh berdampak luar biasa. Sedikitnya ada dua jemaat raksasa GBI, Tiberias dan Bethany, memutuskan keluar dari sinode GBI. Pendeta Pariadji kemudian mendirikan Gereja Tiberias Indonesia. Sebuah gereja sinodal yang beraliran pentakostal dan berdiri sendiri terpisah dari Sinode Gereja GBI. Yang terakhir, Pdt. DR. Abraham Alex Tanusaputra, Gembala dan pendiri GBI Bethany, juga memilih berpisah dengan Sinode GBI dan mendirikan sinode sendiri.

Berikut ini adalah sebuah informasi dari sebuah sumber online: “Gereja Tiberias Indonesia (GTI), atau Tiberias Ministry adalah salah satu sinode gereja di Indonesia. Salah satu ciri khas dari GTI adalah pelayanan Kesembuhan Ilahi melalui perjamuan kudus dan minyak urapan. Pengkhotbah-pengkhotbah yang pernah berkhotbah di gereja ini pada awal perjalannya sangat banyak. Mulai dari Erastus Sabdono, John Hartmann, Franky Pantouw, Ara Siahaan, Gilbert Lumoindong, Yuda Mailo’ol. Bahkan sampai saat ini beberapa nama seperti Petrus Octavianus, Sudarmadji Said, Josua tumakaka, Dolf Mailangkay, Joseph Prince, Agus Setiono, John Adhiguna masih tercatat sebagai pembicara tetap di Tiberias.

Tiberias adalah gereja yang memiliki pertumbuhan jemaat tercepat dalam sejarah gereja Indonesia. Gereja Tiberias ada di beberapa kota, antara lain Jakarta , Bandung, Surabaya, Batam, Makassar, Semarang. Gereja Tiberias Indonesia mempunyai wadah pelayanan untuk kaum muda dengan nama Boanerges Youth Ministry, berpusat di Balai Sarbini, Jakarta. Pelayanan ibadah meliput: Boanerges Kids (sekolah minggu), Boanerges Youth ministry (kaum muda), KKR kesembuhan Ilahi & perjamuan kudus, KKR pelepasan, Pendalaman Alkitab Pria, Pendalaman Alkitab Wanita, Pelepasan Resesi Ekonomi Gereja ini mengakui lima sakramen, yaitu baptisan selam, perjamuan kudus, minyak urapan, penyerahan anak, dan pernikahan.” [6]

Gereja Tiberias mengalami perkembangan pesat setelah keluar dari Sinode GBI, terbukti dengan pertambahan jemaat baru dan wilayah pelayanan yang  baru. Gereja ini sekarang memiliki kantor sinode di Jalan Boulevard Raya Bl PD-1/22 Kelapa Gading JAKARTA UTARA Telp. (021)  7941177. Jemaat kini telah berdiri di kota Jakarta, Bandung, Surabaya, Batam, Makassar, Semarang, Manado, Medan. Masih ada jemaat baru di wilayah Indonesia dan luar negeri.

Tiberias mengadakan lebih dari 68 acara tengah minggu dan 178 acara minggu di lebih dari 48 lokasi di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Pelayanan Tiberias juga berkembang di daerah-daerah lain di Indonesia, termasuk Surabaya, Manado, Bandung, Batam, Semarang dan Makassar. Kini jumlah jemaat Tiberias telah mencapai ratusan ribu jiwa.[7]

Tahun 2006, Pdt. Gilbert Lumoindong, S.Th mengundurkan diri dari Tiberias karena dia menjadi gembala jemaat di GBI glow fellowship centre. Informasi yang kita dapatkan dari mulut kemulut adalah permasalahan seputar konflik teologis atau ajaran yang semakin tak dapat dikompromikan. Walau memang keduanya (Pdt. Gilber dan Pdt. Pariadji) seolah sepakat mengunci rapat-rapat akibat perpisahan mereka, namun perpisahan kedua hamba Tuhan yang cukup dikenal ini sempat menghebohkan.

Pada tahun 2007, Ulang tahun ke 17 Gereja Tiberias yang diadakan di Balai Sarbini. Pastor Joseph Prince juga khotbah pertama kalinya di Istora Senayan dalam acara Gospel Revolution. Boanerges Kids juga mengadakan ibadah paskah yang bertema Kasihnya tiada duanya firmannya dibawakan oleh Elsa Tanjung & perjamuan kudus hambanya Pdt. James Baware M,Div.

Tanggal 9 Agustus 2008, Pdt Drs. Yesaya Pariadji, S.Th, mendapatkan gelar doctor of ministry in leadership and transformation, dari Harvest Internationat Theologial Seminarty (HITS) bertempat di Dome World Harvest Center, Lippo Karawaci Tangerang. Gelar ini memang sedikit kontoversi mengingat gelar doktoral semestinya melalui tahapan promosi kepada masyarakat. Namun entahlah, mungkin saja tahapan itu sudah dilewati oleh beliau di STT HITS.

Gereja GTI kini telah memiliki sebuah Sekolah Tinggi Teologia yang beralamat di Komplek Pertokoan Roxy Jakarta Barat. Sekolah ini telah mendapatkan ijin operasional dari Ditjen Bimas Kristen dan dalam operasionalnya, merekrut banyak teolog lulusan I3 Malang.



TEOLOGI MINYAK URAPAN BERDASARKAN
PERSPEKTIF PDT. DRS. YESAYA PARIADJI

Kita memang tidak mendapatkan uraian sistematis teologi minyak urapan dari Pendeta Pariadji. Namun paling tidak kita dapat mengikuti alur pandangan teologi beliau dari beberapa sumber antara lain bulletin gereja dan Majalah Tiberias yang secara kontinue memang memuat pengajaran-pengaran beliau. Berikut adalah ringkasan dari pandangan teologis Pendeta Pariadji menyangkut Minyak Urapan.

1.     “Saya banyak membaca buku tentang orang Yahudi seperti kitab Talmut. Disitu banyak kisah-kisah tak ditulis dalam Alkitab yang di dalamnya ditulis pengalaman Yesaya waktu diangkat ke sorga. Saya percaya bahwa Yesaya waktu diangkat ke Sorga pasti mempunyai banyak pengalaman karena waktu saya dulu diangkat ke Sorga, saya juga mempunyai banyak pengalaman. Saya dikhotbahi oleh Tuhan Yesus, saya diajari Perjamuan Kudus, saya diajari cara membaptis yang benar dan banyak lagi hal yang diajarkan Tuhan Yesus kepada saya. Maka diwaktu saya membaca kitab Talmut, Yesaya itu menulis lebih dari 90 pasal. Misalnya, di waktu Yesaya ketemu Henokh di Sorga kemudian bagaimana Henokh bercerita pada Yesaya bahwa dia waktu masuk pintu Sorga maka Allah yang Mahakuasa memanggil Michael kataNya: ‘Michael, Michael, urapi hambaKu Henokh baru boleh dia menghadap kepadaKu’. Jadi urapi dengan apa? Dengan minyak urapan. Jadi orang-orang Yahudi pada waktu itu percaya pada minyak urapan. ... Jadi bila dulu Henokh diurapi maka saya percaya kalau minyak urapan itu penuh kuasa. ... Maka saya mengutip dari kitab bangsa Yahudi yaitu Henokh diurapi Tuhan dengan minyak urapan itu baru dia bisa menghadap ke tahta Allah”.[8] 

2.  “Di dalam Alkitab yaitu dalam Wahyu 3:18 yang berkata: ‘Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat’. Kata-kata ini diberikan kepada orang-orang yang diprogramkan masuk keruang Maha Suci. Dan ternyata Gereja yang membawa orang ke ruang Maha Suci diberikan ciri yaitu ada kuasa minyak urapan, ada kuasa baptisan dan perjamuan kudus”.[9]

Berdasarkan kedua uraian tersebut di atas, dapat dijelaskan secara sederhana pandangan beliau sebagai berikut:

1.   Beliau percaya akan kebenaran Kitab Talmud sebagai pendamping untuk melengkapi Alkitab. Jadi kalau dicermati, sepertinya Pdt. Pariadji mensikritiskan Alkitab dengan Talmud. Talmud bagi kita yang percaya pada Kanonisasi Gereja Orthodok adalah catatan yang tidak setara dengan Firman Allah. Oleh karena itu, Kitab Talmud tidak dapat dijadikan acuan dalam membangun sebuah Teologi Kristen. Ini adalah koreksi pertama, sehingga kita dapat mulai mengerti alur pemikiran Pdt. Pariadji.

2.    Beliau percaya Minyak Urapan penuh kuasa. Disini penekanan adalah pada Minyak Urapan yang memiliki kuasa yang penuh. Ini adalah koreksi yang kedua. Minyak Urapan tidak memiliki kuasa, yang memiliki kuasa adalah Darah Yesus Kristus.

3.  Orang yang masuk Ruang Maha Suci dicirikan dengan adanya kuasa Minyak Urapan. Dalam dogma soteriologi, kita tidak mengakui keselamatan akibat perbuatan. Keselamatan hanya terjadi oleh karena Iman kepada Yesus Kristus. Perbuatan baik tidak dapat membawa orang ke Sorga. Don kontek Wahyu 3:18 tidak terkait dengan kesembuhan karena minyak urapan.  baik ‘emas’, ‘pakaian putih’ maupun ‘minyak’ jelas bukan sesuatu yang bersifat hurufiah / jasmani! Pada waktu seseorang datang kepada Kristus, ia pasti menerima hal-hal itu, sehingga ia menjadi kaya (secara rohani), tidak telanjang (secara rohani), dan bisa melihat (secara rohani). Kalau minyak pelumas mata itu mau dihurufiahkan atau diartikan secara jasmani, dan diartikan sebagai minyak urapan, maka emas dan pakaian putih juga harus dihurufiahkan! Itu konsekwensi logis bila minyak urapan juga dihurufiahkan.

Berikut ini adalah pernyataan-pernyataan aplikatif dari pengajaran Pdt. Yesaya Pariadji tentang kesembuhan sebagai dampak dari pelaksanaan pengurapan dengan minyak:

1.     “Jadi kalau orang ingin dibebaskan dari bisu, alergi, karena alergi juga tidak bisa disembuhkan oleh manusia maka diolesi dengan minyak urapan setiap hari”. [10]
2.    “Theresia, ia menderita alergi terhadap gigitan nyamuk. Hal ini sangat menganggunya karena bekas-bekas gigitan itu menimbulkan luka dan meninggalkan bekas pada kulitnya yang sulit hilang. Dengan kuasa Yesus melalui Minyak Urapan yang selalu dioleskannya, ia sembuh dan tidak alergi lagi terhadap nyamuk”.[11]
3.   Ada beberapa orang bersaksi anaknya ditabrak mobil truk tidak mati, ada yang diseret mobil tidak mati karena telah diurapi dengan minyak urapan”.[12]
4.    Bapak Yohanes dan Ibu Yuli bersaksi bahwa pada bulan April 2000 ibu tersebut menderita penyakit kista sewaktu hamil 5 bulan. Dokter mengatakan bahwa ibu ini harus membuang janin yang dikandungnya. Ibu Yuli percaya bahwa Yesus bisa menyembuhkannya dan ia pergi ke Tiberias. Masih di bulan April 200 ibu ini didoakan oleh Pdt. Drs. Y. Periadji dan beliau bernubuat bahwa ibu Yuli pasti sembuh dan anaknya akan lahir dengan selamat. Kemudian Bapak Pariadji memberikan Perjamuan Kudus dan Minyak Urapan. Pada bulan Desember 2000 di Dome of Tiberias ibu ini bersaksi bahwa ia sembuh dan dikaruniai seorang putra yang diberi nama Daniel yang sekarang berumur 4 bulan”.[13]
5.    Bapak Titus Sugandi yang tidak dapat berjalan mengikuti acara Natal GBI Tiberias di Hotel Grand Aquila Bandung pada tanggal 14 Desember 2000. Dengan mengikuti satu kali Perjamuan Kudus dan diolesi Minyak Urapan pada kakinya bapak tersebut dapat berjalan”.[14]
6.      Bapak Jimmy yang tidak dapat melihat mengikuti acara Natal GBI Tiberias di Hotel Grand Aquila Bandung pada tanggal 14 Desember 2000. Dengan mengikuti satu kali Perjamuan Kudus dan diolesi Minyak Urapan pada matanya yang tidak dapat melihat (buta) bapak tersebut langsung dapat melihat”[15]
7.    Lisa, menderita tumor di bagian lehernya sewaktu ia masih berumur 16 hari. Karena iman dari ibunya yang begitu kuat dimana ibu ini mengikuti Perjamuan Kudus dan Minyak Urapan beberapa kali di GBI Tiberias maka sekarang pada usianya yang ke 6 bulan Lisa sembuh dari penyakitnya”.[16]
8.   Carend Roan Delano (19 th), bersaksi di GBI Tiberias Jakarta Theater bahwa ia menderita Hepatitis C selama beberapa tahun. Dengan mengikuti Perjamuan Kudus dan Minyak Urapan serta didoakan langsung oleh Pdt. Drs. Y. Periadji, ia sembuh total. Carend mengecek langsung ke dokter dan dinyatakan sembuh”.[17] 

Masih ada banyak daftar kesaksian kesembuhan yang selalu dipropaganda dengan sangat baik oleh Gereja Tiberias. Namun ke-8 kasus di atas kiranya dapat mewakili. Pertanyaan sekarang adalah, apakah jawaban terhadap hal di atas. Apakah memang minyak urapan yang diclaim oleh Pendeta Pariadji itu penuh kuasa adalah suatu fakta yang benar-benar harus kita percayai?


PENDEKATAN SEIMBANG ANTARA PERJANJIAN LAMA DAN PERJANJIAN BARU

1. Penggunaan Minyak Urapan dalam Perjanjian Lama. Minyak Urapan digunakan untuk mentahbiskan dan pengangkatan imam-imam yang akan melayani di bait suci Allah (Bdk. Kel 29:2). Dalam hal ini minyak urapan adalah “lambang Roh Kudus” yang memiliki peranan menyucikan dan menguduskan. Karena Allah mengurapi hamba-hamba-Nya dengan Roh Kudus untuk tugas pelayanan. Pengurapan atas orang, berlaku bagi pengurapan raja (1 Sam 16:12-13, 2 Sam 2:4), kemudian pengurapan atas imam besar (Kel 28:41), dan juga pengurapan atas nabi (1 Raja 19:16). Pengurapan baik kepada benda maupun kepada orang adalah mutlak atas perintah Tuhan. Pengurapan disebut sebagai tindakan ilahi, bukan inisiatif manusia. Dan pengurapan dilakukan oleh orang yang ditunjuk Tuhan, bukan kemauan pribadi. Jika benda yang diurapi, benda tersebut menjadi kudus. Jika orang yang diurapi, dia menjadi penerima kuasa Tuhan. Digambarkan juga orang yang diurapi, sebagai orang yang menerima karunia dan dijaga Tuhan (Maz 23:5-6).

Menguduskan perabotan bait suci (Bdk kel 40:9). Minyak urapan digunakan untuk menguduskan bait suci, perabotannya. Tujuan pengurapan atas benda-benda ini adalah penyucian (benda itu disucikan karena digunakan untuk tujuan yang suci dan atas ketetapan Tuhan). Itu sebabnya, pengurapan harus dilakukan dengan minyak khusus, yang ditunjuk Tuhan, tidak oleh semua orang. Sekali lagi perlu diperhatikan, “minyak untuk urapan ini” (minyak urapan) tidak bisa dibuat oleh semua orang dan juga pengurapannya tidak bisa dilakukan semua orang. Alkitab mengatakan hal ini dengan sangat jelas, dan “serba khusus.”

2.   Penggunaan Minyak Dalam Perjanjian Baru (PB): Dalam Perjanjian Baru, pengurapan diterima oleh hamba Tuhan, umat Tuhan (orang percaya) bukan lagi menggunakan minyak, tetapi Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus langsung mengurapi orang percaya dengan Roh Kudus, yang diperoleh ketika kita dibaptis, percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamat. ( Bdk. 2 Kor 1:20-22). Pada waktu Tuhan Yesus dibaptis di sungai Yordan dan ketika Dia keluar dari air, Roh seperti burung merpati turun keatas-Nya. Allah mengurapi Kristus dengan Roh Kudus ( Bdk Kis 10:38). Dan orang yang percaya kepada Kristus juga menerima pengurapan (1Yoh 2:20). Pengertian pengurapan disini jelas sekali sebagai menerima karunia Roh Kudus, lahir baru dan percaya. Artinya ketika kita menjadi percaya, Allah memetraikan kita dengan Roh Kudus dan mengurapi kita dengan Roh Kudus. Dengan diurapi, kita disucikan menjadi milik Tuhan. Paulus berkata kamu bukan lagi milik kamu sendiri, melainkan milik Tuhan ( 1 Kor 6:19-20).

Penggunaan minyak dalam Perjanjian Baru hanya sebagai “media” saja untuk menyalurkan tenaga (kuasa) Allah untuk menyembuhkan (Bdk Markus 6: 7,13). Dan minyak tersebut bukanlah disebut “minyak urapan”.  Dalam Yakobus 5:14-15: “Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni.”

Kata minyak dalam bahasa Yunani: elaioo,  yang berarti: olive-oil (miyak zaitun): penggunaan minyak ini sama dengan perumpamaan tentang gadis-gadis dengan lampunya dalam Matius 25.[18] Jadi minyak yang dimaksudkan untuk dioleskan kepada orang yang sakit, bukan minyak urapan, tetapi minyak zaitun (olive oil).  Menjadi menarik disini adalah permainan kata antara minyak urapan dan minyak zaitun. Perjanjian Baru tidak mengatakan minyak urapan yang dalam Perjanjian Lama disebut: shemen -- fat, oil (gemuk, minyak)[19]

Tindakan menguduskan perabotan bait suci dalam Perjanjian Baru tidak lagi menggunakan minyak urapan seperti pada Perjanjian Lama, tetapi oleh iman melalui doa kepada Allah. Perlu juga ditambahkan, pengertian minyak urapan di Perjanjian Baru, tidak lagi mengacu kepada penyucian benda atau pengkhususan diri, karena semua sudah digenapi di dalam Kristus. Karena semua yang percaya kepada Kristus adalah orang yang diurapi.

Allah tidak harus menyembuhkan orang sakit hanya memakai media minyak saja. Kita tidak boleh mengklaim mujizat Allah hanya dengan minyak, karena hal tersebut dapat terjebak (terjerat) kepada praktek penyembahan berhala, perdukunan dan okultisme (sihir). Dalam Perjanjian Baru Allah banyak melakukan mujizat dengan memakai berbagai media seperti : udara (orang sakit yang kena bayangan Rasul Petrus disembuhkan), sapu tangan Rasul Paulus menyembuhkan orang sakit dan yang dibelenggu roh-roh jahat, pasir (Tuhan Yesus menggunakan pasir menyembuhkan orang buta), minyak, dan media yang lain.

Minyak dan alat-alat  yang lain yang dipergunakan untuk kesembuhan terbatas sebagai media saja. Media ini sama sekali tidak memiliki kuasa apalagi penuh kuasa. Yang membuat media ini akhirnya memiliki kuasa adalah karena iman orang yang memakainya dan orang yang menerimanya. Setelah itu, media ini kembali menjadi benda-benda biasa yang tidak berbeda dengan benda-benda lainnya.

Di dalam jaman modern di mana kita hidup sekarang ini, Tuhan Allah dapat juga memakai paramedis seperti dokter, perawat dan obat-obatan untuk menyembuhkan penyakit kita. Dimana para dokter diberikannya pengetahuan tentang seluk beluk penyakit kita dan proses penyembuhan penyakit kita. Jadi kita tidak boleh membatasi kuasa Allah yang dapat bekerja melalui apa saja sesuai dengan hikmat, kedaulatan, kehendak dan rencana-Nya melakukan mujizat dan kesembuhan. Jadi dokter juga adalah alat yang dipakai Tuhan sebagai media untuk mendatangkan kesembuhan melalui ilmu pengetahuan medis. Tetapi harus diperhatikan bahwa dukun dan paranormal yang menggunakan nama “tuhan” bisa saja mendatangkan kesembuhan tetapi kesembuhan itu adalah kesembuhan palsu yang menyesatkan.  Jadi dukun dan atau paranormal tidak pernah dapat menjadi sarana atau alatNya untuk mendatangkan kesembuhan.

Dalam Perjanjian Baru minyak bukanlah “lambang Roh Kudus” atau “materai Roh Kudus”. Roh Kudus bukanlah materi, tetapi Allah dan Tuhan sendiri dalam pribadi-Nya yang ke tiga (Roh Allah). Roh Kudus tidak pernah memeteraikan kita, atau membaptis kita. Tetapi Allah didalam Kristuslah yang memeteraikan kita dengan Roh Kudus dan Tuhan Yesuslah yang membaptis kita dengan Roh Kudus.

Dalam Perjanjian Baru minyak bukan lagi lambang Roh Kudus sebagaimana “minyak urapan” dalam Perjanjian Lama atau lambang darah Tuhan Yesus, tetapi hanya media saja yang dipakai oleh Allah untuk menyalurkan tenaga dan kuasa-Nya. Kita mengimani perlindungan Allah dari serangan Iblis dan kuasa kegelapan dengan memakai seluruh perlengkapan senjata yang Allah berikan (Bdk. Efesus 6:10-20). Dengan iman dan tunduk kepada Allah kita dapat melawan Iblis, setan dan roh jahat, bukan dengan “minyak”. 6.

Dalam Perjanjian Baru, orang-orang percaya adalah imam-imam di hadapan Allah yang diperoleh-Nya melalui karya penebusan Kristus yang adalah anugerah Allah dan perbuatan Allah. Hanya Tuhan Yesus yang memungkinkan kita menjadi imam dan raja di hadapan Allah melalui karya penebusan-Nya. Karena Tuhan Yesus adalah pendamaian atas segala dosa kita di hadapan Allah.

Marilah kita baca, uraikan dan renungkan firman Tuhan ini sebagai berikut : “Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: "Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa.Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi." (Why 5:9-10)


KONKLUSI DAN SARAN-SARAN

Memang dalam Perjanjian Lama ada narasi tentang ‘Minyak Urapan’ namun pengertiannya berbeda sekali dengan praktek dalam konsep gereja GTI dan Pdt. Yesaya Pariaji. Dalam PL ‘minyak urapan’ digunakan sebagai ramuan rempah-rempah yang kudus yang digunakan dalam hubungan dengan pengurapan, pentahbisan dan pengudusan Bait Allah dan peralatannya, dan para Imam dan Raja yang dipilih Allah (Kel. 29:7; 30:22-33; Im. 8:10-12; 1Sam. 9:16;10:1). Penggunaannya pun tidak dan sama sekali tidak mengandung unsur magis atau mukjizat kesembuhan. Seperti diurai dalam bab terdahulu bahwa makna dan fungsi minyak urapa sama sekali tidak terhubung dengan kesembuhan ilahi. Entah itu kesembuhan fisik atau batin.

Pengurapan pada anak-anak pun tidak ada dalam kontek minyak urapan Perjanjian Lama. Walau kita mengerti ada yang mengutip perhatian Yesus pada anak-anak jelas artinya dan koteknya berbeda dengan berita Perjanjian Lama. Dalam perintah kepada Musa, Anak-anak Harun dikuduskan dan ditahbiskan dengan minyak urapan karena mereka mewarisi jabatan imam (Kel. 29:1-9; 30:30). Musa sendiri tidak melakukan ini pada anak-anaknya karena minyak urapan itu kudus dan tidak boleh dicurahkan pada orang biasa yang bukan imam, bahkan peringatan keras ditujukan pada orang yang membuat minyak urapan dan membubuhkannya pada orang biasa harus dilenyapkan dari antara bangsanya!

“Engkau harus juga mengurapi dan menguduskan Harun dan anak-anaknya supaya mereka memegang jabatan imam bagiKu. Dan kepada orang Israel haruslah kaukatakan demikian: Inilah yang harus menjadi minyak urapan yang kudus bagiKu di antara kamu turun-temurun. Kepada badan orang biasa janganlah minyak itu dicurahkan, dan janganlah kau buat minyak semacam itu dengan memakai campuran itu juga: itulah minyak yang kudus, dan haruslah itu kudus bagimu. Orang yang mencampur rempah-rempah menjadi minyak yang semacam itu atau yang membubuhnya pada badan orang awam, haruslah dilenyapkan dari antara bangsanya.” (Kel. 30:30-33).

Jadi, kalau ada upacara pengurapan anggota jemaat dan anak-anak dengan minyak urapan bukan saja tidak sesuai dengan firman PL tetapi juga melawan perintah Tuhan yang tidak membolehkan minyak kudus untuk orang biasa kecuali untuk para imam.

Yesus dalam Perjanjian Baru tidak mengajarkan minyak urapan karena dalam PB peran ‘Minyak Urapan’ sudah digantikan oleh Roh Kudus dan dilakukan oleh Tuhan Allah sendiri (Luk. 4:18; Kis.10:38; 1Yoh.2:20). Dalam PB memang ada ayat yang menunjukkan soal minyak yang digunakan dalam penyembuhan (Mrk. 6:13; Yak. 5:14) tetapi berkali-kali disebutkan bahwa yang menyembuhkan adalah Tuhan yang diterima dengan doa & iman (Yak. 5:15).

Arti ‘minyak’ dalam PL dan PB berbeda. Dalam PL minyak itu adalah alat kudus untuk mengurapi dan mentahbiskan Bait Allah atau para Imam/Raja, sedangkan dalam PB minyak hanya alat bantu sebagai lambang dalam proses penyembuhan. Praktek masakini yang menjadikan minyak sebagai INSTRUMEN yang melahirkan kekuatan ilahi yang bisa digunakan sewaktu-waktu di rumah oleh siapapun untuk kebutuhan apapun jelas tidak sesuai dengan ajaran PL maupun PB dan melecehkan peran karya penebusan Kristus dan karya pengudusan Roh Kudus, dan menggantinya dengan khasiat jimat 'minyak urapan.'

Kemungkinan besar yang ada adalah kesalahan pembahasaan untuk apa yang dipraktekkan beberapa gereja masa kini. Minyak tentu dapat dioleskan untuk orang sakit, tetapi sekali lagi penekanannya adalah Bilur-BilurNya, artinya, Yesus Kristuslah, yang menyembuhkan. Namun kita tak dapat menyamakannya sebagai minyak urapan, karena miyak urapan ada dalam kontek PL dan sama sekali tidak berhubungan dengan konteks PB khususnya Kitab Yakobus. Jadi, kita seharusnya cukup menyebut minyak saja, tak perlu ditambah kata urapan. Karena kalau kita sebutkan minyak urapan itu telah menyalahi secara teologis praksis PL. Minyak urapan dalam kontek PB, kini telah tergenapi oleh karya Roh Kudus yang beroperasi diantara orang-orang percaya.

Gereja harus bijak dalam merumuskan teologi karena kalau tidak ancaman kerancuan justru akan menghilangkan esensi kebenaranyagn tercakup dalam pemaparannya. Frank Gaynor mendefenisikan esensi mistikisme sebagai “suatu filsafat, doktrin, ajaran, atau kepercayaan yang lebih berpusat pada dunia roh daripada alam semesta yang bersifat materi, dan bertujuan untuk penggabungan rohani atau kesatuan mental dengan Roh Universal, melalui pengertian induktif dan emosional tentang realitas rohani, dan melalui berbagai bentuk perenungan rohani atau disiplin. Mistikisme dalam arti yang paling sederhana dan paling dasar adalah semacam agama yang menekankan kesadaran langsung akan adanya hubungan dengan Allah, kesadaran akan kehadiran Oknum Ilahi yang langsung dan intim.”[20]

Salah satu kata kunci yang paling sering disampaikan oleh Pendeta Pariadji adalah peristiwa “mistis” dalam penglihatan atau mimpi perjumpaannya dengan Tuhan Yesus di sorga. Perjumpaan itu terjadi seperti dalam suasana yang sangat nyata walau didalam alam roh. Ini merupakan salah satu ajarah filsafat agama yang berbau mistis yang menkankan pada hal-hal yang rohaniah atau supranatural. Hal itu juga berhubungan dengan ajaran tentang kesembuhan ilahi yang mendominasi hampir semua khotbah-khotbah beliau.

Harvei M. Conn menyebutkan paling tidak lima (5) hal untuk kita dapat mengerti mistikisme:

  1. Ciri intinya adalah kepercayaan pada wahyu khusus di luar Alkitab. Orang mistik dapat mengatakan bahwa alkitab hanyalah suatukesaksian tentang pewahyuan sambilmenanti kehadiran Allah dalam dialog dengan orang berdosa untuk menjadi pewahyuan khusus.
  2. Dengan hilangnya patokan objektif, mistikisme menekankan subjektifisme dan emosionalisme.
  3. Mistikisme biasanya kurang menekankan gereja yang ada dan berpusat pada satu pemimpin.
  4. Penekanan mistis ada pada hal yang menakjubkan. Yag ditekankan oleh mereka bukan karunia-karunia Roh Kudus yang biasa, tetapi karunia Roh Kudus yang luar biasa.
  5. Mistikisme menekankan eskatologis dalam arti terbatas.[21]

Apabila kita mengurai rangkaian pemahaman Pendeta Pariadji, maka kita dapat menyimpulkan  benang merahnya sebagai berikut:

  1. Pendeta DR Yesaya Pariadji berupaya untuk mensinkronkan buku-buku lain dengan Alkitab (salah satunya adalah Kitab Talmud). Sampai pada tahapan mensinkronkan tentu tidak berbahaya tetapi jika sampai pada tahapan menyandingkan itu dapat menjadi sesat. Yang menjadi persoalan penting adalah, Beliau percaya akan kebenaran Kitab Talmud sebagai pendamping untuk melengkapi Alkitab. Jadi kalau dicermati, sepertinya Pdt. Pariadji mensikritiskan Alkitab dengan Talmud. Kitab Talmud dan semua kitab-kitab lain yang ada di permukaan bumi ini. bagi kita yang percaya pada Kanonisasi Gereja Orthodok adalah catatan yang tidak setara dengan Firman Allah. Oleh karena itu, kitab apapun tidak dapat kita sandingkan sebagai pendamping Alkitab apalagi ditetapkan sebagai acuan dalam membangun sebuah Teologi Kristen.
  1. Penekanan pada pengalaman emosional yang terjadi akibat dari dampak kuasa yang penuh dari minyak urapan terasa sangat berlebihan. Memang emosi bukan hal yang tabu dalam ekpresi iman, (Matius 22:37), tetapi ketika emosi mengatasi iman, itu adalah suatu kekeliruan yang serius.
  1. Tokoh sentral dari Tiberias Ministry adalah sosok tunggal Pendeta Yesaya Pariadji. Tidak ada pribadi lain yang sangat diharapkan kehadirannya selain pendeta ini. Ciri gerakan mistikisme memang berpusatkan kepada satu orang. Hal ini kelihatan ketika tokoh-tokoh yang lain mulai muncul dalam wadah ini, tidak lama dia di”buang” dengan alasan yang tidak jelas. Faktanya adalah hengkangnya Pendeta Gilberl Lumoindong dari Gereja Tiberias. Landasan dari gereja yagn sehat adalah ketika kepemimpinanya selalu mengacu kepada Kristus. Tidak ada tokoh sentral yang secara samar sedang mencoba menggantikan posisi Kristus sebagai dasar dan kepala gereja.
  1. Beliau percaya Minyak Urapan penuh kuasa dan menakjubkan. Disini penekanan adalah pada Minyak Urapan yang memiliki kuasa yang penuh. Ini sangat penting untuk diluruskan. Pertama-tama, Pendeta Pariadji tidak membedakan Minyak Urapan yang dimaksudkan dalam Perjanjian Lama dengan Minyak yang disebutkan oleh Yakobus di dalam Perjanjian Baru. Cara membuat, tujuan, dan fungsi minyak urapan dalam Perjanjian Lama berbeda dengan minyak dalam Perjanjian Baru. Minyak urapan yang dimaksud dalam PL tidak dikaitkan sama sekali dengan tujuan untuk mendoakan orang atau mengurapi orang sakit agar sembuh. Pendeta Pariadji keliru dalam mengejawantahkan ajaran Injil dengan mengutip Perjanjian Lama tanpa memahami konteks dan teksnya. Minyak Urapan di buat untuk mengurapi sehingga seseorang atau sesuatu itu menjadi kudus. Sementara minyak dlam Kitab Yakobus adalah minyak zaitun yang dioleskan sebagai sarana untuk kesembuhan. Minyak dalam konteks Yakobus juga bukan minyak sakti yang pennuh kuasa, tetapi hanya sarana. Kesembuhan sebenarnya ada pada kuasa Yesus Kristus melalui iman orang percaya. Minyak itu terbatas pada sarana sehingga tidak dapat di”dewakan”.
Stuart Gramenz mengatakan: “Sebelum kita menjadi orang Kristen, kita adalah pohon yang mandul. Kita tidak bisa menghasilkan buah kuasa. Allah menguasai kita dan melakukan sebuah mukjizat. Dia membuat kita “lahir kembali” dan mengubah sifat kita. Dia memberi kita karunia Roh Kudus dan kuasa untuk menghasilkan kesembuhan. Nah, dengan perubahan dalam sifat kita ini, kita adalah sebuah pohon kesembuhan. Dengan sifat Anda yang baru, mau tidak mau Anda harus menghasilkan kesembuhan. Bagian kita adalah menerima realitads ini dan membaharui pikiran kita di bidang ini. Berhentilah menyia-nyiakan iman dengan meminta sesuatu yang lebih banyak kepada Allah.[22]

Yang menarik dari pernyataan di atas adalah kemampuan untuk mengahsilkan buah kesembuhan yang ada pada oran yang beriman. Jadi kata kuncinya adalah orang yagn telah diubahkan menjadi manusia baru sehingga dia memiliki kemampuan untuk menghasilkan buah kesembuhan melalui iman. Jadi kata kunci adalah karunia Allah yang diejawantahkan dalam tindakan iman. Hal ini secara simultan mematahkan ide bahwa kesembuhan datang hanya melalui minyak urapan. Artinya, tanpa minyak urapan pun kesembuhan ilahi dapat terjadi dalam kehidupan orang yang beriman.

Peter Tan menulis: “Kesembuhan melalui iman pribadi memerlukan penggunaan waktu dalam merenungkan firman Allah dan mengkah dengan iman bahwa kesembuhan telah terjadi meskipun gejala-gejalanya masih tetap ada. Biasanya bagi anak-anak dan orang-orang Kristen baru, allah mengijinkan mereka disembuhkan oleh iman orang lain; tetapi sewaktu mereka bertumbuh dalam rohani, Allah mengharapkan supaya mereka melatih iman mereka sendiri.”[23] Perintah Tuhan kepada Pendeta Pariadji untuk membagikan minyak urapan terasa sangat kontraproduktif dengan kerinduan Tuhan agar semua umatNya menjadi dewasa rohani. Mereka yang menadahkan tangan meminta minyak urapan untuk menerima kesembuhan adalah salah satu bentuk kegiatan kontraproduktif dari ajaran Pendeta Pariadji. Seharusnya pendeta ini menghentikan produksi minyak urapan dan mengajar jemaat untuk menerima kesembuhan sendiri dengan iman pribadinya. Jadi, benarkah Tuhan menyuruh hambaNya untuk melakukan sesuatu yang tidak sejalan dengan kerinduanNya?

Peter Youngren mengatakan: “Baik Yesaya maupun Simon Petrus berbicara mengenai bilu-bilur Yesus. Namun ada satu perbedaan yang nyata. Nubuat Yesaya berkata bahwa oleh bilur-bilur Yesus, kita sembuh. Simon Petrus berkata bahwa kita sudah sembuh oleh bilur-bilur Yesus. Ia menulis surat rasulinya beberapa dekade setelah penyaliban Yesus. Apa yang dilihat Yesaya di depan, telah menjadi sebuah fakta yang telah terjadi di masa lampau. Di seluruh Perjanjian Lama, dengan iman orang-orang dapat melihat ke depan apa yang akan Yesus lakukan bagi mereka di kayu salib dan mengklaim kesembuhan mereka. Dalam Perjanjian Baru, kita melihat ke belakang pada apa yang telah dilakukan Yesus. Oleh bilur-bilur Yesus, kita sudah sembuh.”[24] 

Kesembuhan adalah salah satu berkat rohani yang sudah kita terima dalam iman dengan melihat kepada Kristus.  Dengan bertumbuh dalam iman, kita dapat mengklaim kesembuhan dalam doa. Tanpa miyak sekalipun.

  1. Orang yang masuk Ruang Maha Suci dicirikan dengan adanya kuasa Minyak Urapan. Dalam dogma soteriologi, kita tidak mengakui keselamatan akibat perbuatan. Keselamatan hanya terjadi oleh karena Iman kepada Yesus Kristus. Perbuatan baik tidak dapat membawa orang ke Sorga. Dalam kontek Wahyu 3:18 tidak terkait dengan kesembuhan karena minyak urapan.  baik ‘emas’, ‘pakaian putih’ maupun ‘minyak’ jelas bukan sesuatu yang bersifat hurufiah / jasmani! Pada waktu seseorang datang kepada Kristus, ia pasti menerima hal-hal itu, sehingga ia menjadi kaya (secara rohani), tidak telanjang (secara rohani), dan bisa melihat (secara rohani). Kalau minyak pelumas mata itu mau dihurufiahkan atau diartikan secara jasmani, dan diartikan sebagai minyak urapan, maka emas dan pakaian putih juga harus dihurufiahkan! Itu konsekwensi logis bila minyak urapan juga dihurufiahkan.
Ada yang menarik dari visi Gereja Tiberias, visi itu adalah sebagai berikut: “Mempersiapkan Jemaat yang Kudus, Misionaris dan Siap ke Sorga.” Visi eskatologis ini terasa empuk di telinga orang beriman. Terasa sangat manis karena seperti angin surga yang membelai lembut. Namun, ini adalah salah satu ciri dari gerakan mistis yang secara terbatas memfokuskan diri meneliti dan mengajarkan tentang surga yang berhubungan dengan kedatangan Yesus Kristus kedua kali.[25]

Penekanan ada pada penghakiman bukan keselamatan. Tekanan khotbah antara sorga dan neraka memang terdengar sangat kental. Seperti sebuah khotbah intimidatif yang kurang seimbang. Sejatinya khotbah yang seimbang adalah ketika penghakiman dan keselamatan diberitakan bersama-sama.

Mempelajari apa yang ada, maka sejatinya Gereja Tiberias Indonesai sedang mengambangkan suatu teologi mistik yang harus dipahami dengan hati-hati. Kita dapat terjebak pada suatu tindkan menghakimi seolah-olah apa yang dipraktekkan oleh Pendeta Pariadji tidak berasal dari Tuhan. Namun kita juga tak dapat serta merta menerima atau mengaminkannya. Hal yang paling menghibur tentu adalah Gereja Tiberias dan Pendeta Pariadji mengakui Alkitab Firman Allah dan Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat umat manusia.

Terlepas dari itu semua, kita harus mengakui pertumbuhan fenomenal gereja Tiberias yang mencengangkan. Pertumbuhan ini rata-rata di atas semua pertumbuhan gereja yang ada di indonesia. Nah, untuk mengukur keabsahannya kita cukup berpatokan pada Alkitab dan biarlah Tuhan sendiri memperlihatkan jatidiri sejatinya melalui proses waktu. Bukankah Alkitab mengatakan dari buahnya kita kenal pohonnya?




Daftar Pustaka


Green, Denis. Pengenalan Perjanjian Lama, Gandum Mas, Malang, 1984
Frank Gaynor, Dictionary of Mysticism, New York: Philosophical Library, 1953
Conn, Harvey M., Teologia Kontemporer, Literatur SAAT, Malang, 2008
Gramenz, Stuart, Bagaimana Menyembuhkan yang Sakit, Metanoia, Jakarta, 2005
Tan, Peter,  Hukum-Hukum Kesembuhan, Yayasan Eternal Glory, Jakarta, 1993
Youngren, Peter,  Anda Dapat Menerima Kesembuhan dari Allah, Media Injil Kerajaan, Semarang, 2000
Majalah Tiberias’, Edisi V / 2001.

Sumber-Sumber Online

The Online Bible Thayer's Greek Lexicon and Brown Driver & Briggs Hebrew Lexicon, Copyright (c)1993, Woodside Bible Fellowship, Ontario, Canada. Licensed from the Institute for Creation Research
International Standard Bible Encyclopaedia, Electronic Database Copyright (c) 1996 oleh Biblesoft
http://www.gkri-exodus.org/page.php?SER-Yakobus5:14-18


[1] Denis Green, Pengenalan Perjanjian Lama, Gandum Mas, Malang, 1984, hal. 51
[2] Ibid, Hal. 55-56
[3] The Online Bible Thayer's Greek Lexicon and Brown Driver & Briggs Hebrew Lexicon, Copyright (c)1993, Woodside Bible Fellowship, Ontario, Canada. Licensed from the Institute for Creation Research
[4]Ibid
[5] http://www.gkri-exodus.org/page.php?SER-Yakobus5:14-18
[7] www.tiberias.or.id
[8] Majalah Tiberias’, Edisi V / 2001, hal 14.
[9] Ibid, hal 14.
[10] Ibid, hal 13.
[11] Ibid, hal 21.
[12] Ibid, hal 15.
[13] Ibid, hal 20.
[14] Ibid, hal 20.
[15] Ibid, hal 20.
[16] Ibid, hal 21.
[17] Ibid, hal 21.

[18] from Thayer's Greek Lexicon, Electronic Database. Copyright (c) 2000 by Biblesoft
[19] from The Online Bible Thayer's Greek Lexicon and Brown Driver & Briggs Hebrew Lexicon, Copyright (c)1993, Woodside Bible Fellowship, Ontario, Canada. Licensed from the Institute for Creation Research.

[20]  Frank Gaynor, Dictionary of Mysticism, New York: Philosophical Library, 1953, hal. 119
[21]  Harvie M. Conn, Teologia Kontemporer, Literatur SAAT, Malang, 2008, Hal. 148-151
[22]  Stuart Gramenz, Bagaimana Menyembuhkan yang Sakit, Metanoia, Jakarta, 2005, hal. 45-46
[23]  Peter Tan, Hukum-Hukum Kesembuhan, Yayasan Eternal Glory, Jakarta, 1993, Hal. 25
[24] Peter Youngren, Anda Dapat Menerima Kesembuhan dari Allah, Media Injil Kerajaan, Semarang, 2000, Hal.78
[25] Opcit, hal 151



11 komentar:

  1. wakakaka inilah pendeta farisi yg tau banyak ayat tapi ga mengalami muzizat lewat minyak urapan hei bung anda memang seorang pdt sedangkan saya jemaat tiberias biasa tapi anda tidak akan pernah mengerti dan tidak percaya akan kuasa di balik minyak urapan, saya saksi hidup yg mengalami kuasa di balik minyak urapan & saya pernah mengusir setan-setan dengan kuasa minyak urapan, pertanyaannya apakah anda sudah melakukannya ? hei bung BERTOBATLAH sebab pdt pun bisa masuk neraka jika menghina sarana Tuhan yg penuh kuasa yaitu minyak urapan, sekian terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Shalom, mohon maaf baru sempat membaca komentar dalam postingan ini. Untuk saudara Yohanes Pri, terimakasih atas feedback atau komentarnya yang "rada" keras. Tapi yang jelas, saya bukan farisi, karena farisi adalah ahli kita Ibrani yang tinggal di Palestina sekitarnya dan mereka adalah sautu mazhab atau aliran dalam Yudaisme. Saya Indonesia asli, suku bangsa Batak, jadi tidak mungkin menjadi Farisi... hehehehe.... Mengenai pelayan, saya memang bukan siapa-siapa, saya hanya seorang hamba yang melukukan sesuai dengan apa yang saya pelajari di Alkitab, buka melakukan apa yang dilakukan orang dan yang belum tentu memiliki dasar teologia. mengenai mengusir setan, semua orang percaya melakukannya (Markus 1:39, Markus 16:17), tapi anda harus mengerti bahwa orang yang dapat mengusir setan belum pasti masuk surga, yang disebut Alkitab bahkan yang mengusir setan pun dilemparkan ke luar dari surga (Bacalah berulang-ulang Matius 7:22) Semoga saudara mendapatkan pencerahan dan belajar mengasihi orang yang berbeda pandangan dengan Anda, karena itulah hakekat sejati dari kasih Kristen. Siapa yang tidak mengasihi, terkutuklah ia (1 Korintus 16:22). Jadi, bertobatlah agar kutuk berlalu dari hidupmu digantikan berkat Tuhan Yesus. shalom

      Hapus
  2. Wow keren penjelasannya.....,saya sangat setuju dengan anda yg alkitabiah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Puji Tuhan, tetaplah bertumbuh dalam Kristus saudaraku Jeremia Wurarah. GBU

      Hapus
  3. Terima kasih atas penjelasan yang sangat memberkati. Betapa kerinduan saya setiap orang kristen lebih berhikmat dan kritis dalam melihat segala sesuatu. Kembali ke Alkitab, bukan telan mentah-mentah. Gbu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Puji Tuhan. Memang akhir zaman ini akan ditandai dengan orang-orang yang tidak lagi menyukai keaslian. Namun, kita yang setia pada kesucia Alkitab, harus belajar untuk melakukan hanya apa yang diperintahkan Tuhan. Sebab menambah atau membumbui firman Tuhan dengan hal-hal yang sepertinya rohani namum bersumber dari hal jasmani, hanya akan mendatangkan bencana (Wahyu 22:11)

      Hapus
  4. ibrani 1 : 9 engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan sebab itu Allah, AllahMu telah mengurapi engkau dgn minyak sebagai tanda kesukaan melebihi teman2 sekutuMu. boleh ngga kita seperti perempuan yg pendarahan dan menjamah jubah Yesus, boleh ngga seperti perempuan siro fenicia, atau sperti maria yg di perkawinan di Kana ?
    hakim hakim 9 : 9 masakan aku meninggalkan minyakku yg dipakai menghormati Allah dan manusia. memaksakan anugerah Allah turun melalui sarana minyak urapan. dan perjamuan kudus. kerinduan saya spy jangan banyak orang jago teori tetapi juga praktek. menyelidiki alkitabnya minta tuntunan Roh kudus ngga?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Shalom Saudara Yoga, terimakasih Komentarnya. Sila kembali membaca uraian dalam artikel diatas, kami hanya meneliti dasar-dasar teologinya. dan ternyata memang tidak sesuai dengan penjelasan Alkitab. mengenai apakah kami meneliti dengan Tuntunan Roh Kudus, hanya kami dan Roh Kudus yang tahu. Mengapa kami perlu menyebutnya di sini, sebab itukan keangkuhan rohani. GBU

      Hapus
  5. Shalom, mohon maaf baru sempat membaca komentar dalam postingan ini. Untuk saudara Yohanes Pri, terimakasih atas feedback atau komentarnya yang "rada" keras. Tapi yang jelas, saya bukan farisi, karena farisi adalah ahli kita Ibrani yang tinggal di Palestina sekitarnya dan mereka adalah sautu mazhab atau aliran dalam Yudaisme. Saya Indonesia asli, suku bangsa Batak, jadi tidak mungkin menjadi Farisi... hehehehe.... Mengenai pelayan, saya memang bukan siapa-siapa, saya hanya seorang hamba yang melukukan sesuai dengan apa yang saya pelajari di Alkitab, buka melakukan apa yang dilakukan orang dan yang belum tentu memiliki dasar teologia. mengenai mengusir setan, semua orang percaya melakukannya (Markus 1:39, Markus 16:17), tapi anda harus mengerti bahwa orang yang dapat mengusir setan belum pasti masuk surga, yang disebut Alkitab bahkan yang mengusir setan pun dilemparkan ke luar dari surga (Bacalah berulang-ulang Matius 7:22) Semoga saudara mendapatkan pencerahan dan belajar mengasihi orang yang berbeda pandangan dengan Anda, karena itulah hakekat sejati dari kasih Kristen. Siapa yang tidak mengasihi, terkutuklah ia (1 Korintus 16:22). Jadi, bertobatlah agar kutuk berlalu dari hidupmu digantikan berkat Tuhan Yesus. shalom

    BalasHapus
  6. Yang mengklaim mampu mengusir setan-setan, tolong buat videonya jika anda beraksi lagi, agar lebih jelas nyata atau tidak.

    BalasHapus