TEOLOGI MINYAK URAPAN
(Suatu Pendekatan Biblis terhadap Fenomena Minyak Urapan
Gereja Tiberias)
Oleh: Ps Joshua Mangiring Sinaga, S.Th., M.Th
PENDAHULUAN
KITAB
KELUARAN merupakan sambungan antara riwayat-riwayat kitab Kejadian dengan
kitab-kitab Pentateuch yang menerangkan hal hukum. Didalamnya terdapat sejarah
perbudakan bangsa Israel di Mesir setelah kematian Yusuf, kemudian pelepasan
mereka agar dapat menjadi umat milik Tuhan sendiri serta melayani dan
memuliakan Dia.[1]
Semuanya itu merupakan analogi dari suatu karya besar yang akan dikerjakan
Yesus Kristus pada zaman Perjanjian Baru. Orang yang dahulu bukan umat Allah
kini menjadi umat kepunyaanNya.
Karena
merupakan sebuah analogi, maka tentu bukanlah satu hal yang absurb, bila kita
mengambil tema-tema didalamnya untuk menjelaskan realita praksis dalam
kehidupan gereja Tuhan masa kini. Persoalannya kini adalah, ketika analagi
tersebut diambil atau diadobsi oleh gereja kontemporer, terjadi missing.
Kesalahan itu bisa karena penekanan alegoris yang tidak seimbang, atau tindakan
praksis literal yang terlalu dipaksakan.
Kini
kita memang sedang dalam kemajuan yagn sangat membanggakan secara teologis
akademis. Sekolah Alkitab atau sekolah teologi bukan lagi barang langka, tetapi
menjamur dengan pesat. Bak cendawan di musim hujan, STT kini menjadi sekolah
yang sangat mudah kita temukan di berbagai kota. Mulai dari sekolah STT yang
sifatnya sektarian denominatif, hingga STT lintas denominasi. Semua sekolah ini
memberikan warna yagn sangat beragam dan tentu juga sangat membangkan. Namun
timbul sebuah kendala, karena merupakan sebuah ilmu, maka teologi dapat saja
dieksploitasi menurut sudut pandang tendensius. Ini memang wajar saja karena
itu merupakan domain dari para praktisi teologi yang bernaung dibawah
sekolah-sekolah tersebut.
Inilah
yang menjadi dilema di zaman yang serba mungkin ini. Orang yagn berkecimplung
dalam teologi, baik praktis maupun akademis, seringkali terjebak dan berada
pada persimpangan teologis yang berbahaya. Kalau kita mencermati dan mengamati
kitab-kitab Pentateuch khususnya kitab Keluaran dan Imamat, kita akan
secaramudah mengerti bahwa hal-hal yagn diurai disana adalah hukum-hukum rohani
yang menyangkut juga secara jasmaniah. Kita mahpun bahwa dalam teokrasi yang
dibangung di dalam masa ini, maku hukum rohani tidaklah mendapat perbedaan
dengan hukum jasmaniah. Keduanya melebur menjadi satu dan tak mungkin untuk
dipilah-pilah.
Menurut
Denis Green, hukum Bangsa Israel menyatakan tiga ciri khas yang membedakannya
dari hukum bangsa-bangsa lain:
1.
Diberikan
oleh Allah yang Mahaadil, jadi tidak terpengaruh oleh prasangka-prasangka
manusiawi
2.
Menaruh
nilai tinggi pada nyawa manusia, maka tidak mengijinkan hukumam yang
keterlaluan (21:24-25)
3. Hukum
yang sama berlaku atas semua orang tanpa pandang bulu, khususnya ada hak-hak
perlindungan untuk janda dan yatim piatu (22:22), orang asing/pengungsi (23:9),
orang yang berutang (21:1), dan budak (23:12). Dalam pelaksanaan
peraturan-peratauran ini, Israel harus mempertunjukkan apa yang telah diperbuat
oleh Tuhan bagi mereka (22:21, 23:9)[2]
Hukum-hukum
yang secara umum berlaku baik secara rohani dan jasmani tadi, dinyatakan
bersumber dari atas. Artinya itu hadir dari Allah dan dalam pengejawantahannya,
Israel harus menerimnya secara umum tanpa membeda-bedakan siapapun orangnya.
Sesuai
dengan kontek yang kita mulai selidiki dalam makalah ini, maka minyak urapan
adalah salah satu hukum pasti yang harus berlaku secara umum bagi semua
komunitas Israel. Didalamnya termuat suatu maksud dan tujuan yang jeklas yang
tak boleh diingkari melalui tindakan praksis ataupun dalam tataran pengajaran
akademis. Israel harus melihatnya sebagai satu kesatuan yang berlaku umum.
Dalam kontek kini, sebagaimana telah kita katakan dia atas, maka minyak urapan
juga dapat merupakan kajian teologis yagn bersifat praktis dan akademis. Kita
mestinya dapat mengurai dengan, pasti secara teori teologis sehingga kita
mengerti esensinya. Konsep teologis tada akhirnya dapat menadi landasan praksis
dalam rangka penerapannya dalam kontek kekinian. Kontek kekinian dpat kit a
sebutkan sebagai penerapan pada gereja Tuhan Perjuanjian Baru.
APA YANG KITA
DAPATKAN DARI PERJANJIAN LAMA?
Minyak
urapan muncul untuk pertama kalinya dalam kitab Keluaran 25:6 “minyak untuk lampu, rempah-rempah untuk
minyak urapan dan untuk ukupan dari wangi-wangian”. Menurut konteks pasal 25
Kitab Keluaran, minyak urapan merupakan
salah satu bagian penting dalam Kemah Suci yang didirikan oleh Musa di padang
gurun. Minyak urapan bukan terdiri dari satu jenis bahan tetapi racikan dari
berbagai-bagai rempah-rempah. Yang menarik adalah bahwa rempah-rempah itu
dipungut dari persembahan khusus umat Allah (Keluaran 25:1-6).
Minyak
urapan berasal dari dua kata Ibrani:
1.
shemen yang berarti fat, oil[3] (gemuk, minyak). Kata lashemen dapat juga berarti:
fatness, olive oil, as staple,
medicament or unguent , for anointing, fat (used of fruitful land, valleys)
(metaphorical).
2.
mishchah
atau moshchah yang berarti consecrated portion, anointing oil, portion,
ointment, anointing portion[4]
Jadi
minyak urapan dapat dijelaskan sebagai anounting oil atau consecreated portion
oil. Jadi ia adalah materi yang penting karena dikhususkan untuk pengurapan.
Sifatnya adalah kudus sehingga menjadi khusus untuk urapan dan bukan untuk yang
lain-lain (Dan kepada orang Israel haruslah kaukatakan demikian: Inilah yang
harus menjadi minyak urapan yang kudus bagi-Ku di antara kamu turun-temurun.
Keluaran 30:31)
Minyak
urapan adalah racikan dari berbagai-bagai rempah-rempah yang diracik secara
apik dan khusus oleh ahlinya (Keluaran
35:15 mezbah pembakaran ukupan dengan kayu pengusungnya, minyak urapan
dan ukupan dari wangi-wangian; tirai pintu untuk pintu Kemah Suci) bandingkan
dengan: Keluaran 35:28 “rempah-rempah
dan minyak untuk penerangan, untuk minyak urapan dan untuk ukupan dari
wangi-wangian.” Minyak urapan terbuat dari bahan-bahan khusus dan melalui
proses pembuatan yang unik dan teliti. Unik karena bahan-bahan pembuatnya
adalah bahan-bahan pilihan, dan teliti karena harus dikerjakan menurut standard
pembuatan para ahli.
Racikan
minyak urapan itu dijelaskan sebagai berikut: "Ambillah rempah-rempah
pilihan, mur tetesan lima ratus syikal, dan kayu manis yang harum setengah dari
itu, yakni dua ratus lima puluh syikal, dan tebu yang baik dua ratus lima puluh
syikal, dan kayu teja lima ratus syikal, ditimbang menurut syikal kudus, dan
minyak zaitun satu hin. Haruslah kaubuat semuanya itu menjadi minyak urapan yang
kudus, suatu campuran rempah-rempah yang dicampur dengan cermat seperti buatan
seorang tukang campur rempah-rempah; itulah yang harus menjadi minyak urapan
yang kudus.” (Keluaran 30:22-25)
Dari
ayat-ayat tersebut di atas, kita dapat menginventarisasi bahan-bahan material
dari minyak urapan. Bahan-bahannya adalah adalah rempah-rempah yang terdiri
dari:
Mur tetesan 500 syikal. Mur berasal dari kata Ibrani, maar. Dalam bahasa Inggris disebut more atau mowr yang berarti myrrh an Arabian gum from the bark of a tree, used in sacred oil and in perfume. MYRRH (mur) dapat kita pahami dari uraian berikut ini. (mor atau mowr; Arab Murr]): Zat ini disebutkan sebagai bahan berharga untuk parfum (Ps 45:8; Amsal 7:17, Kid 3:6; 4:14), dan sebagai salah satu unsur dari dupa suci (Kel 30:23, lihat juga Kid. 4:6; 5:1,5,13). Mor umumnya diidentifikasi dengan "mur" yang diperdagangankan, permen karet kering dari jenis balsam (Balsamodendron myrrha).
Mor berasal dari pohon tumbuh yang banyak tumbuh di Saudi. Memiliki kulit terang-abu-abu, yang memancarkan getah karet di tetes air mata kecil yang kering berwarna coklat atau kuning kemerahan. Memilik aroma yang khas dan menyenangkan. Ia hangat dan rasanya pahit. Mur digunakan sebagai obat (Markus 15:23). Besar kemungkinan bahwa smurna, di Perjanjian Baru adalah hal yang sama. Dalam Mat 2:11 itu dibawa oleh "orang bijak" dari Timur sebagai korban untuk bayi Juruselamat; dalam Markus 15:23 itu ditawarkan bercampur dengan anggur sebagai anestesi terhadap penderitaan Penebus, dan dalam Yohanes 19:39 sebuah "campuran mur dan gaharu" di bawa oleh Nikodemus untuk merempahi jenazah Yesus. Kayu manis yang harum 250 syikal. Kayu manis dari kata Ibrani Waqinmaan; yang dalam bahasa Inggris adalah qinnamown; cinnamon; a fragrant bark used as spice.
CINNAMON dapat dijelaskan sebagai berikut: Sin'-a mun, qinnamon; kinnamomon. Disebutkan cassia. Dalam Kel 30:23 ini adalah salah satu bahan dari "minyak urapan yang kudus", di dalam Amsal 7:17 itu, bersama dengan mur dan gaharu, dibuat menjadi parfum untuk tempat tidur, pada Kidung Agung 4:14, adalah bumbu yang sangat berharga. Cinnamon adalah (Wahyu18:13) bagian dari barang perdaganganan di "Babel besar.
Cinnamon adalah produk zeylanicum Cinnamomum, tanaman laurel yang luas dibudidayakan di Ceylon dan Jawa. Memiliki bunga putih berlimpah, menghasilkan kacang sebagai penghasil minyak wangi. Kayu ini memiliki kulit bagian dalam dari cabang yang telah mencapai diameter dari 2 menjadi 3 inci. epidermis dan materi lembek yang secara hati-hati dikerok sebelum pengeringan. (dari International Standard Bible Encyclopaedia, Electronic Database Copyright (c) 1996 oleh Biblesoft)
Mur tetesan 500 syikal. Mur berasal dari kata Ibrani, maar. Dalam bahasa Inggris disebut more atau mowr yang berarti myrrh an Arabian gum from the bark of a tree, used in sacred oil and in perfume. MYRRH (mur) dapat kita pahami dari uraian berikut ini. (mor atau mowr; Arab Murr]): Zat ini disebutkan sebagai bahan berharga untuk parfum (Ps 45:8; Amsal 7:17, Kid 3:6; 4:14), dan sebagai salah satu unsur dari dupa suci (Kel 30:23, lihat juga Kid. 4:6; 5:1,5,13). Mor umumnya diidentifikasi dengan "mur" yang diperdagangankan, permen karet kering dari jenis balsam (Balsamodendron myrrha).
Mor berasal dari pohon tumbuh yang banyak tumbuh di Saudi. Memiliki kulit terang-abu-abu, yang memancarkan getah karet di tetes air mata kecil yang kering berwarna coklat atau kuning kemerahan. Memilik aroma yang khas dan menyenangkan. Ia hangat dan rasanya pahit. Mur digunakan sebagai obat (Markus 15:23). Besar kemungkinan bahwa smurna, di Perjanjian Baru adalah hal yang sama. Dalam Mat 2:11 itu dibawa oleh "orang bijak" dari Timur sebagai korban untuk bayi Juruselamat; dalam Markus 15:23 itu ditawarkan bercampur dengan anggur sebagai anestesi terhadap penderitaan Penebus, dan dalam Yohanes 19:39 sebuah "campuran mur dan gaharu" di bawa oleh Nikodemus untuk merempahi jenazah Yesus. Kayu manis yang harum 250 syikal. Kayu manis dari kata Ibrani Waqinmaan; yang dalam bahasa Inggris adalah qinnamown; cinnamon; a fragrant bark used as spice.
CINNAMON dapat dijelaskan sebagai berikut: Sin'-a mun, qinnamon; kinnamomon. Disebutkan cassia. Dalam Kel 30:23 ini adalah salah satu bahan dari "minyak urapan yang kudus", di dalam Amsal 7:17 itu, bersama dengan mur dan gaharu, dibuat menjadi parfum untuk tempat tidur, pada Kidung Agung 4:14, adalah bumbu yang sangat berharga. Cinnamon adalah (Wahyu18:13) bagian dari barang perdaganganan di "Babel besar.
Cinnamon adalah produk zeylanicum Cinnamomum, tanaman laurel yang luas dibudidayakan di Ceylon dan Jawa. Memiliki bunga putih berlimpah, menghasilkan kacang sebagai penghasil minyak wangi. Kayu ini memiliki kulit bagian dalam dari cabang yang telah mencapai diameter dari 2 menjadi 3 inci. epidermis dan materi lembek yang secara hati-hati dikerok sebelum pengeringan. (dari International Standard Bible Encyclopaedia, Electronic Database Copyright (c) 1996 oleh Biblesoft)
3. Tebu
yang baik 250 syikal. Dari kata uwqneh yang berarti qaneh --a reed, a stalk, a
bone, balances. Uraiannya dijelaskan oleh ensiklopedia seperti berikut: Jelas
bahwa qaneh dan kalamos dalam bahsa Yunani memiliki banyak arti. Kata qaneh
digunakan untuk setidaknya dua hal yang berbeda pada dasarnya: (1) buluh biasa,
dan (2) zat aroma yang manis rasanya.
a. buluh yang paling umum di Palestina
adalah donax Arundo (Natural Order Gramineae), yang dikenal dalam bahasa Arab
sebagai qacabfarasi, "buluh Persia." Tumbuh dalam jumlah besar di
lembah Yordan di sepanjang sungai dan anak-anak sungainya dan di oasis dekat
Laut Mati, terutama sekitar 'Ain Feshkhah di sudut barat laut. Ini adalah buluh
yang tinggi, sering 20 kaki tingginya, dengan daun hijau segar yang indah di
musim panas. "rahasia dari buluh" (Ayub 40:21) sejumlah besar tempat
penampungan hewan dan kehidupan burung.
b.
Qaneh dalam Yer 6:20 berkualitas ha
qaneh-Tobh, "manis" atau "tebu yang menyenangkan," dan
dalam Keluran 30:23, bhosem qeneh, "jerangau manis," atau, lebih
baik, tongkat "dari aroma. "Kidung Agung 4:14; Yesaya 43:24; 27:19.
Rupanya mengacu pada hal yang sama. qaneh adalah bahan dari minyak urapan (Keluaran
30:23), yang diimpor dari jarak (Yeremia 6:20; Yehezkiel 27:19), dan itu langka
dan mahal (Yesaya 43:24). (dari International Standard Bible Encyclopaedia,
Electronic Database Copyright (c) 1996 oleh Biblesoft)
4. Kayu
Teja 500 syikal. Dari kata Qidaah (Ibrani) yang berarti A spice, cassia. Uraian
tentang ini dijelaskans bebagai berikut: Cammim (Kel 30:34, "bumbu
manis"). Ini adalah istilah umum untuk bahan halus harum berbentuk bubuk.
Bandingkan shamm (Arab), "bau" atau "indra penciuman";
umumnya diterjemahkan "dupa manis" (Kel 25:6, 30:7, 31:11,
35:8,15,28, 39:38, 40:27 (King James Version); Lev 4:7; 16:12, Bil 4:16, 2 Taw
02:04 (King James Version); 13:11). Dalam Kel 37:29, 40:27, 2 Taw 2:4, kami
telah.... "dupa rempah-rempah manis." (nekho'th;
thumiamata (Kej 37:25, "spicery,"
"gusi tragacanth atau storax"); thumiama "dupa"
(43:11, "spicery"; beberapa versi Yunani dan Vulgata (Jerome's Latin
Alkitab, 390-405 AD) "storax": Storax adalah permen karet kering dari
Styrax officinalis, yang digunakan sebagai bahan dupa agak berbeda dengan yang
sekarang. Tragacanth adalah gusi resinous beberapa spesies vetch susu (Natural
Order, Leguminosae), terutama dari gummifer Astragalus. Terjemahan Septuaginta
"dupa" mungkin adalah terjemahan terbaik. (dari International
Standard Bible Encyclopaedia, Electronic Database Copyright (c) 1996 oleh
Biblesoft)
5.
Minyak
zaitun 1 hin. Dari kata zayith (Ibrani) yang berarti olive.
PROSES PERBUATAN
MINYAK URAPAN YANG KHAS
Cara
peracikan MINYAK URAPAN adalah harus dengan cermat seperti buatan seorang
tukang campur rempah-rempah. Jadi dibuat secara khusus dan hati-hati. Tidak
sembarang mencampur. Hal ini dapat kita mengerti karena semua bahan-bahan harus
menurut ukuran atau takaran yang tepat. Tidak lebih dan tidak kurang. Ukuran
tiap gramnya harus tepat. Hal ini
digambarkan dengan pemakaian ukuran berdasarkan syikal (Syikal berasal dari
kata SHEKEL (Ibrani) dan hin (berasal dari kata hiyn (Ibrani) yang berarti: A
liquid measure containing 12 logs, equal to about 8 quarts.)
Kalau
kita mencermati uraian tadi, maka kita dapat mengerti bahwa racikan ini dibuat
berdasarkan takaran yang teliti. Ukuran 500 syikal mur tetesan, 250 syikal kayu
manis yang harum, tebu yang baik 250 syikal, kayu teja 500 syikal, dan minyak
zaitun 1 hin. Bahasa yang paling tepat untuk menterjemahkan kata roqeeach
maaseeh adalah The Art of The Apothecary. Mengherankan sekali bahwa ternyata
prinsip-prinsip peracikan apoteker yang harus melalui standar mutu telah ada
ribuan tahun yang lalu pada zaman Israel Purba.
Teknis
raqach dapat dijelaskan oleh The Online Bible Thayer's Greek Lexicon and Brown
Driver & Briggs Hebrew Lexicon, parsing kata raqah sebagai berikut: וקה adalah:
qal, ptc, ms, ןקה
,955, mix, compoun.
Jadi
apoteker adalah seorang pria yang bekerja untuk meracik (Qal) to mix, to
compound. Dia adalah seorang apoteker yang juga ahli dalam hal wangi-wangian
perfumer (participle). Tidak mengherankan bahwa minyak urapan selain terbuat
dari bahan-bahan yang terpilih dengan ukuran yang teliti, minyak ini juga
melalui tahapan pembuatan hasil karya yang bernilai seni tinggi. Tingkat
keharuman parfumnya di atur oleh seorang yang paham dan mengerti wangi-wagian.
Bila
kita mengamati uraian di atas, maka jelas bagi kita sekarang beberapa hal
sebagai berikut:
1.
Minyak
urapan terbuat dari bahan-bahan material pilihan. Tidak asal ada tetapi melalui
mekanisme pemilihan bahan-bahan yang terbaik oleh ahlinya
2.
Minyak
urapan tidak dibuat secara sembarangan. Ia dibuat dengan teliti oleh tangan
ahli yang bernilai seni tinggi. Dibuat menurut kaidah-kaidah apoteker yang
terlatih dan ahli.
Oleh
karena betapa seriusnya keberadaan minyak urapan, yang ditandai dari
bahan-bahan yang terpilih, ukuran yang tepat, dan ahli yag meraciknya, maka
kita sekang sampai kepada kegunaan dari pada minyak urapan. Hal ini berkaitan
dengan sifat minyak urapan yang KUDUS: “minyak urapan dan ukupan dari
wangi-wangian untuk tempat kudus; tepat seperti yang telah Kuperintahkan
kepadamu haruslah mereka membuat semuanya." (Keluaran 31:11)
Kekudusan
dari minyak urapan ini juga tercermin dari Imamat 10:7 “Janganlah kamu pergi dari depan pintu
Kemah Pertemuan, supaya jangan kamu mati, karena minyak urapan TUHAN ada di
atasmu." Mereka melakukan sesuai dengan perkataan Musa.” Para imam yang
telah diurapi dengan minyak urapan, tidak boleh meninggalkan Kemah Suci dan
berbaur dengan orang awam. Pelanggaran akan ini fatal akibatnya. Kematian.
Keseriusan
akan keberadaan Minyak Urapan ini juga tercermin dari keberadaannya yang harus selalu tersedia: “Tetapi Eleazar, anak imam
Harun, bertanggung jawab atas minyak untuk penerangan, ukupan dari
wangi-wangian, korban sajian yang tetap dan minyak urapan; ia bertanggung jawab
atas segenap Kemah Suci dan segala isinya, yakni barang-barang kudus dan
perabotannya." (Bilangan 4:16)
Mengapa
minyak urapan di buat sedemikian rupa? Pastilah ada alasan yang akan kita coba
jelaskan. Berikut ini adalah PERUNTUKAN
SECARA KHUSUS MINYAK URAPAN MENURUT PL:
MAKNA DAN FUNGSI
MINYAK URAPAN
1.
Minyak
urapan dituangkan ke atas kepala. ( Keluaran
29:21 Haruslah kauambil sedikit dari darah yang ada di atas mezbah dan
dari minyak urapan itu dan kaupercikkanlah kepada Harun dan kepada pakaiannya,
dan juga kepada anak-anaknya dan pada pakaian anak-anaknya; maka ia akan kudus,
ia dan pakaiannya, dan juga anak-anaknya dan pakaian anak-anaknya. BANDING: Imamat 8:12 Kemudian dituangkannya sedikit dari
minyak urapan itu ke atas kepala Harun dan diurapinyalah dia untuk
menguduskannya.) MAKNA yang kita temukan dari peristiwa seremonial ini adalah
melambangkan otoritas yang melekat pada seorang imam besar. Dalam otoritas
keimamam tersebut, ternyata haruslah terjalin hubungan yang harmonis dengan
umatNya. Seorang imam akan menjadi alat berkat Allah yang memberkati umatNya
ketika dia menjalin hubungan yang baik dengan umatnya. Hal ini tercermin dalam
Mazmur 133:1-3.
Pemercikan ini ternyata berlanjut kepada
anak-anak Harun dan kepada pakian mereka. Ini memperkuat suatu prinsif delegasi
otoritas yagn berbasis pada umat. Otoritas ada untuk melayani dan mewakili umat
kepada Allah. Dalam hal ini, kita mengerti bahwa para imam bukan pelaku dan
pemangku tunggal jabatan keimamam, tetapi ada sekelompok imam yang dipimpin
seorang imam besar dalam melaksanakan fungsi perwakilan kepada Allah. (Imamat 8:30 Dan lagi Musa mengambil sedikit dari
minyak urapan dan dari darah yang di atas mezbah itu, lalu dipercikkannya
kepada Harun, ke pakaiannya, dan juga kepada anak-anaknya dan ke pakaian
anak-anaknya. Dengan demikian ditahbiskannyalah Harun, pakaiannya, dan juga
anak-anaknya dan pakaian anak-anaknya.)
Fungsi minyak urapan adalah sebagai
instrument seremonial pentahbisan Imam Besar (Imamat 21:10 Imam yang terbesar di antara
saudara-saudaranya, yang sudah diurapi dengan menuangkan minyak urapan di atas
kepalanya dan yang ditahbiskan dengan mengenakan kepadanya segala pakaian
kudus, janganlah membiarkan rambutnya terurai dan janganlah ia mencabik
pakaiannya.). Ada indikasi bahwa seorang raja juga mendapatkan pengurapan yang
sama sebagai tanda keabsahan otoritas pemerintahannya (I Samuel 16:12 Kemudian disuruhnyalah menjemput dia.
Ia kemerah-merahan, matanya indah dan parasnya elok. Lalu TUHAN berfirman:
"Bangkitlah, urapilah dia, sebab inilah dia.")
2.
Diperuntukkan
untuk mengurapi Kemah Suci dan segala yang ada didalamnya. (Keluaran 40:9 Kemudian kauambillah minyak urapan dan
kauurapilah Kemah Suci dengan segala yang ada di dalamnya; demikianlah harus
engkau menguduskannya, dengan segala perabotannya, sehingga menjadi kudus.
Banding: Imamat 8:10 Musa mengambil
minyak urapan, lalu diurapinyalah Kemah Suci serta segala yang ada di dalamnya
dan dikuduskannya semuanya itu.)
APAKAH
PERJANJIAN BARU MASIH MENGAJARKAN PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN MINYAK URAPAN?
Sebuah
pertanyaan teologis yang sangat mendasar adalah apakah Minyak Urapan masih
diperlukan dalam zaman Gereja (PB). Secara sepintas kita memang akan dan masih
akan menemukan praktek pemakaian minyak dalam ibadah dan atau pelayanan PB.
Tetapi bila kita meneliti dengan seksama, maka substansi minyak dalam PL dan PB
itu berbeda. Penggunaannya juga sangat berbeda.
Perjanjian
Baru Yunani menggunakan kata αλειφω – ALEIPHÔ dan "χριω - KHRIÔ untuk
tindakan mengurapi dan ελαιον – ELAIÔN untuk minyak. Minyak digunakan untuk
lampu, mengobati orang sakit, mengurapi kepala dan rambut saat pesta. Kata
αλειφω – ALEIPHÔ digunakan untuk pengertian umum sedangkan kata "χριω -
KHRIÔ lebih mengarah kepada makna religius. Hal ini dapat kita teliti paling
tidak dalam tiga ayat dari 3 kitab Perjanjian Baru berikut ini:
1.
Lukas
7:46, Engkau tidak meminyaki kepala-Ku dengan minyak, tetapi dia meminyaki
kaki-Ku dengan minyak wangi. (ελαιω την κεφαλην μου ουκ ηλειψας αυτη δε μυρω
ηλειψεν μου τους ποδας)
2.
Yakobus
5:14, Kalau ada seorang di antara kamu
yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan
dia serta 'mengolesnya' dengan 'minyak' dalam nama Tuhan. (ασθενει τις εν υμιν
προσκαλεσασθω τους πρεσβυτερους της εκκλησιας και προσευξασθωσαν επ αυτον
αλειψαντες αυτον ελαιω εν τω ονοματι του κυριου)
3.
Markus
6:13, dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan
minyak dan menyembuhkan mereka. (και
δαιμονια πολλα εξεβαλλον και ηλειφον ελαιω πολλους αρρωστους και εθεραπευον)
Kalau
kita membuat kajian eksegetis dari kata ελαιω, maka hasilnya adalah datif,
singular...elaion. artinya, kata minyak merupakan kata benda datif yang
berarti berfungsi sebagai alat atau instrument dan bersifat tunggal. Yang
menarik adalah bentuk singular disini dapat berarti bahwa
elaiw bukan
bersifat racikan atau terdiri dari campuran berbagai bahan-bahan rempah seperti
yang dimaksudkan dalam PL, tetapi merupakan satu materi minyak saja. Halini
dapat dijelaskan seperti minyak kelapa sawit, minyak kelapa, dan lain-lain.
Minyak ini murni adalah minyak dalam arti yang sebenarnya. Bukan minyak dalam
arti campuran dari berbagai-bagai bahan minyak atau rempah.
Ada 29 ayat dalam PB yang
menuliskan kata minyak. Dan kalau kita menginventarisasinya, maka fungsi minyak
dapat kita jelaskan sebagai berikut:
1.
Sebagai make up sewaktu berpuasa. (Matius 6:17 Tetapi apabila engkau berpuasa,
minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu,)
2.
Bahan
bakar peltita (Matius 25)
3.
Sebagai
minyak wangi (Matius 26:7 datanglah
seorang perempuan kepada-Nya membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak
wangi yang mahal. Minyak itu dicurahkannya ke atas kepala Yesus, yang sedang
duduk makan.)
4. Sebagai
barang yang dapat diperdagangkan (Matius
26:9 Sebab minyak itu dapat dijual dengan mahal dan uangnya dapat
diberikan kepada orang-orang miskin." Bandingkan Markus 14:4-5; Lukas
16:6; Yohanes 12:5)
5.
Dicurahkan
ke tubuh Yesus Kristus (Matius 26:12
Sebab dengan mencurahkan minyak itu ke tubuh-Ku, ia membuat suatu persiapan
untuk penguburan-Ku. Bandingkan Markus 14:8; Lukas 7:38)
6.
Dicurahkan
ke atas kepada Yesus Kristus (Markus
14:3 Ketika Yesus berada di Betania, di rumah Simon si kusta, dan sedang
duduk makan, datanglah seorang perempuan membawa suatu buli-buli pualam berisi
minyak narwastu murni yang mahal harganya. Setelah dipecahkannya leher
buli-buli itu, dicurahkannya minyak itu ke atas kepala Yesus.)
7. Dioleskan
kepada orang sakit (Markus 6:13 dan
mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan
menyembuhkan mereka. Bandingkan Yakobus 5:14)
8. Terindikasi
dipergunakan untuk meminyaki mayat (bandingkan Markus 16:1 Setelah lewat hari Sabat, Maria
Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome membeli rempah-rempah untuk pergi
ke kubur dan meminyaki Yesus. Bandingkan Yohanes 19:39)
9. Meminyaki
kaki Yesus Kristus (Lukas 7:46 Engkau
tidak meminyaki kepala-Ku dengan minyak, tetapi dia meminyaki kaki-Ku dengan
minyak wangi. Bandingkan Yohanes 11:2-3)
-
Sebagai Obat luka (Lukas 10:34 Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.)
-
Sebagai Obat luka (Lukas 10:34 Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.)
11. Untuk
mengurapai (Ibrani 1:9 Engkau mencintai
keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allah-Mu telah mengurapi
Engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman
sekutu-Mu.")
12.
Untuk
memulas mata (Wahyu 3:18 maka Aku
menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah
dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya
engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan
lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat.)
Yang
paling menarik dalam dari semua fungsi diatas menurut penulis adalah poin nomor
tujuh (7). Minyak digunakan untuk mengoles orang sakit. Penting bagi kita untuk
mengerti apa sebenarnya konteks dari Yakobus 5:14. Untuk menjelaskannya,
kutipan berikut mungkin memberikan pencerahan:
“Terlepas
dari perdebatan seputar tujuan pengolesan minyak, kita harus memahami bahwa
minyak di sini bukanlah sesuatu yang paling penting atau memiliki kuasa dalam
dirinya sendiri. Hal ini didukung oleh konteks Yakobus 5:14-19 maupun ajaran
Alkitab secara umum. Dalam teks Yunani, kata “mengolesi” (aleipsantes)
berbentuk participle (anak kalimat), yang menunjukkan bahwa tindakan ini
hanyalah sesuatu yang sekunder dibandingkan kata kerja utamanya, yaitu
“mendoakan” (proseuxasthosan).
Makna
seperti ini diekspresikan dengan baik oleh penerjemah RSV maupun NKJV (“let
them pray over him, anointing him with oil”). Pengolesan minyak ini juga tidak
disinggung lagi di ayat 15-18, sebaliknya
Yakobus justru menyoroti kualitas doa yang penuh iman. Alkitab secara
umum juga mencatat bahwa pengolesan minyak bukanlah syarat mutlak bagi terjadinya
kesembuhan. Kesembuhan bisa terjadi melalui jamahan tangan (Mat 8:3; 9:29;
20:34; Mar 1:41; Mar 8:22), jubah (Mat 9:20-22//Mar 5:27-34; Mat 14:36//Mar
6:56), ucapan jarak jauh (Mat 8:5-13//Luk 7:1-10), tanah liat (Yoh 9:6-7),
bayangan (Kis 5:15-16) maupun sapu tangan (Kis 19:12).
Pengolesan minyak di sini kemungkinan memiliki makna simbolis. Tindakan ini menyiratkan perkenanan Tuhan atas orang yang sakit itu. Karena pengolesan ini adalah lambang perkenanan Tuhan, maka yang paling tepat untuk melakukan tindakan ini adalah para penatua, karena merekalah yang sudah dewasa dalam Tuhan. Makna simbolis ini juga didukung oleh penggunaan kata kerja aleipho di Yesaya 40:15 (LXX) yang merujuk pada pengurapan secara simbolis (bukan untuk penyembuhan penyakit)”.[5]
Mari kita
luruskan pengertian kita sekarang. Pengurapan dalam konteks PB memang masih
dilakukan sebagai tanda perkenanan Allah. Dan akhirnya itu juga dilakukan bagi
semua orang. Secara khusus dalam konteks orang sakit yang tidak berdaya (sakit
parah). Ini adalah salah satu aspek. Aspek yang lain dari kontek ayat ini tentu
adalah kesembuhan walau itu bukan prioritas (doa adalah prioritas). Yang kita
dapat mengerti kini adalah bahwa minyak untuk mengurapi orang sakit bukanlah
faktor terpenting tetapi sekunder. Yang terpenting dari proses ini adalah doa
yang sungguh-sungguh dari orang-orang beriman.
Kita tidak
menemukan ayat yang secara khusus mengajarkan agar manusia-manusia PB membuat
minyak urapan. Minyak dalam hal untuk mengurapi memang masih terindikasi. Tetapi
minyak urapan seperti dalam konteks Kitab Keluaran sudah tidak lagi. Ada
kemungkinan karena umat Kristen memang sudah tidak lagi terikat dengan ritual
di Bait Suci.
KONTRAVERSI
APLIKASI MINYAK URAPAN
DI GEREJA TIBERIAS
INDONESIA
Dengan
sengaja tanpa tujuan/ maksud yang tidak murni, penulis mencoba untuk mengangkat
sebuah fenomena kontemporer yang tengah berkembang pada zaman millenium ini.
Tersebutlah sebuah gereja yang masih sangat baru yaitu Gereja Tiberias
Indonesia (selanjutnya disingkat GTI).
Selayang Pandang
Gereja GTI
Bermula
dari Gereja Bethel Indonesia Jemaat Tiberias, Pdt. Drs. Yesaya Pariadji
menggembalakan Tiberias Ministry, di bawah naungan Sinode Gereja GBI. GBI
Tiberias berdiri tanggal 17 AGUSTUS 1990 dan dalam kurun waktu tujuh tahun
sejak didirikan, Tiberias Ministry bertumbuh dengan sangat cepat. Pertubuhannya
merupakan satu pertumbuhan yang sangat fenomenal karena jauh melampaui
pertumbuhan gereja-gereja lain di Indonesia, khususnya Jakarta. Pertumbuhan ini
pun menjadi kontoversial karena fakta sebenarnya adalah perpindahan dari
denominasi berbeda atau bahakan perpindahan dari denominasi yang sama (sesama
Gereja GBI).
Tahun
1997, Mejelis Sinode GBI mengeluarkan sebuah keputusan yang mewajibkan seluruh
jemaat GBI untuk menurunkan nama-nama jemaat lokal. Oleh karena keputusan ini,
GBI Tiberias wajib menurunkan nama Tiberias dan hanya menggunakan GBI yang
selanjutnya disambung dengan alamat domisili jemaat tersebut. Keputusan ini
memang sungguh berdampak luar biasa. Sedikitnya ada dua jemaat raksasa GBI,
Tiberias dan Bethany, memutuskan keluar dari sinode GBI. Pendeta Pariadji
kemudian mendirikan Gereja Tiberias Indonesia. Sebuah gereja sinodal yang
beraliran pentakostal dan berdiri sendiri terpisah dari Sinode Gereja GBI. Yang
terakhir, Pdt. DR. Abraham Alex Tanusaputra, Gembala dan pendiri GBI Bethany,
juga memilih berpisah dengan Sinode GBI dan mendirikan sinode sendiri.
Berikut
ini adalah sebuah informasi dari sebuah sumber online: “Gereja Tiberias
Indonesia (GTI), atau Tiberias Ministry adalah salah satu sinode gereja di
Indonesia. Salah satu ciri khas dari GTI adalah pelayanan Kesembuhan Ilahi
melalui perjamuan kudus dan minyak urapan. Pengkhotbah-pengkhotbah yang pernah
berkhotbah di gereja ini pada awal perjalannya sangat banyak. Mulai dari
Erastus Sabdono, John Hartmann, Franky Pantouw, Ara Siahaan, Gilbert
Lumoindong, Yuda Mailo’ol. Bahkan sampai saat ini beberapa nama seperti Petrus
Octavianus, Sudarmadji Said, Josua tumakaka, Dolf Mailangkay, Joseph Prince,
Agus Setiono, John Adhiguna masih tercatat sebagai pembicara tetap di Tiberias.
Tiberias
adalah gereja yang memiliki pertumbuhan jemaat tercepat dalam sejarah gereja
Indonesia. Gereja Tiberias ada di beberapa kota, antara lain Jakarta , Bandung,
Surabaya, Batam, Makassar, Semarang. Gereja Tiberias Indonesia mempunyai wadah
pelayanan untuk kaum muda dengan nama Boanerges Youth Ministry, berpusat di
Balai Sarbini, Jakarta. Pelayanan ibadah meliput: Boanerges Kids (sekolah
minggu), Boanerges Youth ministry (kaum muda), KKR kesembuhan Ilahi &
perjamuan kudus, KKR pelepasan, Pendalaman Alkitab Pria, Pendalaman Alkitab
Wanita, Pelepasan Resesi Ekonomi Gereja ini mengakui lima sakramen, yaitu
baptisan selam, perjamuan kudus, minyak urapan, penyerahan anak, dan
pernikahan.” [6]
Gereja
Tiberias mengalami perkembangan pesat setelah keluar dari Sinode GBI, terbukti
dengan pertambahan jemaat baru dan wilayah pelayanan yang baru. Gereja ini sekarang memiliki kantor
sinode di Jalan Boulevard Raya Bl PD-1/22 Kelapa Gading JAKARTA UTARA Telp.
(021) 7941177. Jemaat kini telah berdiri
di kota Jakarta, Bandung, Surabaya, Batam, Makassar, Semarang, Manado, Medan.
Masih ada jemaat baru di wilayah Indonesia dan luar negeri.
Tiberias
mengadakan lebih dari 68 acara tengah minggu dan 178 acara minggu di lebih dari
48 lokasi di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Pelayanan
Tiberias juga berkembang di daerah-daerah lain di Indonesia, termasuk Surabaya,
Manado, Bandung, Batam, Semarang dan Makassar. Kini jumlah jemaat Tiberias telah
mencapai ratusan ribu jiwa.[7]
Tahun
2006, Pdt.
Gilbert Lumoindong, S.Th mengundurkan diri dari Tiberias karena dia menjadi
gembala jemaat di GBI glow fellowship centre. Informasi yang kita dapatkan dari
mulut kemulut adalah permasalahan seputar konflik teologis atau ajaran yang
semakin tak dapat dikompromikan. Walau memang keduanya (Pdt. Gilber dan Pdt.
Pariadji) seolah sepakat mengunci rapat-rapat akibat perpisahan mereka, namun
perpisahan kedua hamba Tuhan yang cukup dikenal ini sempat menghebohkan.
Pada tahun 2007, Ulang tahun ke
17 Gereja Tiberias yang diadakan di Balai Sarbini. Pastor Joseph Prince juga
khotbah pertama kalinya di Istora Senayan dalam acara Gospel Revolution.
Boanerges Kids juga mengadakan ibadah paskah yang bertema Kasihnya tiada duanya
firmannya dibawakan oleh Elsa Tanjung & perjamuan kudus hambanya Pdt. James
Baware M,Div.
Tanggal
9 Agustus 2008, Pdt Drs. Yesaya Pariadji, S.Th, mendapatkan
gelar doctor of ministry in leadership and transformation, dari Harvest
Internationat Theologial Seminarty (HITS) bertempat di Dome World Harvest
Center, Lippo Karawaci Tangerang. Gelar ini memang sedikit kontoversi mengingat
gelar doktoral semestinya melalui tahapan promosi kepada masyarakat. Namun
entahlah, mungkin saja tahapan itu sudah dilewati oleh beliau di STT HITS.
Gereja GTI kini telah memiliki sebuah
Sekolah Tinggi Teologia yang beralamat di Komplek Pertokoan Roxy Jakarta Barat.
Sekolah ini telah mendapatkan ijin operasional dari Ditjen Bimas Kristen dan
dalam operasionalnya, merekrut banyak teolog lulusan I3 Malang.
TEOLOGI MINYAK
URAPAN BERDASARKAN
PERSPEKTIF PDT.
DRS. YESAYA PARIADJI
Kita
memang tidak mendapatkan uraian sistematis teologi minyak urapan dari Pendeta
Pariadji. Namun paling tidak kita dapat mengikuti alur pandangan teologi beliau
dari beberapa sumber antara lain bulletin gereja dan Majalah Tiberias yang
secara kontinue memang memuat pengajaran-pengaran beliau. Berikut adalah
ringkasan dari pandangan teologis Pendeta Pariadji menyangkut Minyak Urapan.
1. “Saya banyak membaca buku tentang orang Yahudi
seperti kitab Talmut. Disitu banyak kisah-kisah tak ditulis dalam Alkitab yang
di dalamnya ditulis pengalaman Yesaya waktu diangkat ke sorga. Saya percaya
bahwa Yesaya waktu diangkat ke Sorga pasti mempunyai banyak pengalaman karena
waktu saya dulu diangkat ke Sorga, saya juga mempunyai banyak pengalaman. Saya
dikhotbahi oleh Tuhan Yesus, saya diajari Perjamuan Kudus, saya diajari cara
membaptis yang benar dan banyak lagi hal yang diajarkan Tuhan Yesus kepada
saya. Maka diwaktu saya membaca kitab Talmut, Yesaya itu menulis lebih dari 90
pasal. Misalnya, di waktu Yesaya ketemu Henokh di Sorga kemudian bagaimana
Henokh bercerita pada Yesaya bahwa dia waktu masuk pintu Sorga maka Allah yang
Mahakuasa memanggil Michael kataNya: ‘Michael, Michael, urapi hambaKu Henokh
baru boleh dia menghadap kepadaKu’. Jadi urapi dengan apa? Dengan minyak
urapan. Jadi orang-orang Yahudi pada waktu itu percaya pada minyak urapan. ...
Jadi bila dulu Henokh diurapi maka saya percaya kalau minyak urapan itu penuh
kuasa. ... Maka saya mengutip dari kitab bangsa Yahudi yaitu Henokh diurapi
Tuhan dengan minyak urapan itu baru dia bisa menghadap ke tahta Allah”.[8]
2. “Di
dalam Alkitab yaitu dalam Wahyu 3:18 yang berkata: ‘Aku menasihatkan engkau,
supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar
engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar
jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas
matamu, supaya engkau dapat melihat’. Kata-kata ini diberikan kepada
orang-orang yang diprogramkan masuk keruang Maha Suci. Dan ternyata Gereja yang
membawa orang ke ruang Maha Suci diberikan ciri yaitu ada kuasa minyak urapan,
ada kuasa baptisan dan perjamuan kudus”.[9]
Berdasarkan
kedua uraian tersebut di atas, dapat dijelaskan secara sederhana pandangan
beliau sebagai berikut:
1. Beliau
percaya akan kebenaran Kitab Talmud sebagai pendamping untuk melengkapi
Alkitab. Jadi kalau dicermati, sepertinya Pdt. Pariadji mensikritiskan Alkitab
dengan Talmud. Talmud bagi kita yang percaya pada Kanonisasi Gereja Orthodok
adalah catatan yang tidak setara dengan Firman Allah. Oleh karena itu, Kitab
Talmud tidak dapat dijadikan acuan dalam membangun sebuah Teologi Kristen. Ini
adalah koreksi pertama, sehingga kita dapat mulai mengerti alur pemikiran Pdt.
Pariadji.
2. Beliau
percaya Minyak Urapan penuh kuasa. Disini penekanan adalah pada Minyak Urapan
yang memiliki kuasa yang penuh. Ini adalah koreksi yang kedua. Minyak Urapan
tidak memiliki kuasa, yang memiliki kuasa adalah Darah Yesus Kristus.
3. Orang
yang masuk Ruang Maha Suci dicirikan dengan adanya kuasa Minyak Urapan. Dalam
dogma soteriologi, kita tidak mengakui keselamatan akibat perbuatan.
Keselamatan hanya terjadi oleh karena Iman kepada Yesus Kristus. Perbuatan baik
tidak dapat membawa orang ke Sorga. Don kontek Wahyu 3:18 tidak terkait dengan
kesembuhan karena minyak urapan. baik
‘emas’, ‘pakaian putih’ maupun ‘minyak’ jelas bukan sesuatu yang bersifat hurufiah
/ jasmani! Pada waktu seseorang datang kepada Kristus, ia pasti menerima
hal-hal itu, sehingga ia menjadi kaya (secara rohani), tidak telanjang (secara
rohani), dan bisa melihat (secara rohani). Kalau minyak pelumas mata itu mau
dihurufiahkan atau diartikan secara jasmani, dan diartikan sebagai minyak
urapan, maka emas dan pakaian putih juga harus dihurufiahkan! Itu konsekwensi
logis bila minyak urapan juga dihurufiahkan.
Berikut
ini adalah pernyataan-pernyataan aplikatif dari pengajaran Pdt. Yesaya Pariadji
tentang kesembuhan sebagai dampak dari pelaksanaan pengurapan dengan minyak:
1. “Jadi
kalau orang ingin dibebaskan dari bisu, alergi, karena alergi juga tidak bisa
disembuhkan oleh manusia maka diolesi dengan minyak urapan setiap hari”. [10]
2. “Theresia,
ia menderita alergi terhadap gigitan nyamuk. Hal ini sangat menganggunya karena
bekas-bekas gigitan itu menimbulkan luka dan meninggalkan bekas pada kulitnya
yang sulit hilang. Dengan kuasa Yesus melalui Minyak Urapan yang selalu
dioleskannya, ia sembuh dan tidak alergi lagi terhadap nyamuk”.[11]
3. Ada
beberapa orang bersaksi anaknya ditabrak mobil truk tidak mati, ada yang
diseret mobil tidak mati karena telah diurapi dengan minyak urapan”.[12]
4. Bapak
Yohanes dan Ibu Yuli bersaksi bahwa pada bulan April 2000 ibu tersebut
menderita penyakit kista sewaktu hamil 5 bulan. Dokter mengatakan bahwa ibu ini
harus membuang janin yang dikandungnya. Ibu Yuli percaya bahwa Yesus bisa
menyembuhkannya dan ia pergi ke Tiberias. Masih di bulan April 200 ibu ini
didoakan oleh Pdt. Drs. Y. Periadji dan beliau bernubuat bahwa ibu Yuli pasti
sembuh dan anaknya akan lahir dengan selamat. Kemudian Bapak Pariadji
memberikan Perjamuan Kudus dan Minyak Urapan. Pada bulan Desember 2000 di Dome
of Tiberias ibu ini bersaksi bahwa ia sembuh dan dikaruniai seorang putra yang
diberi nama Daniel yang sekarang berumur 4 bulan”.[13]
5. Bapak
Titus Sugandi yang tidak dapat berjalan mengikuti acara Natal GBI Tiberias di
Hotel Grand Aquila Bandung pada tanggal 14 Desember 2000. Dengan mengikuti satu
kali Perjamuan Kudus dan diolesi Minyak Urapan pada kakinya bapak tersebut
dapat berjalan”.[14]
6.
Bapak
Jimmy yang tidak dapat melihat mengikuti acara Natal GBI Tiberias di Hotel
Grand Aquila Bandung pada tanggal 14 Desember 2000. Dengan mengikuti satu kali
Perjamuan Kudus dan diolesi Minyak Urapan pada matanya yang tidak dapat melihat
(buta) bapak tersebut langsung dapat melihat”[15]
7. Lisa,
menderita tumor di bagian lehernya sewaktu ia masih berumur 16 hari. Karena
iman dari ibunya yang begitu kuat dimana ibu ini mengikuti Perjamuan Kudus dan
Minyak Urapan beberapa kali di GBI Tiberias maka sekarang pada usianya yang ke
6 bulan Lisa sembuh dari penyakitnya”.[16]
8. Carend
Roan Delano (19 th), bersaksi di GBI Tiberias Jakarta Theater bahwa ia
menderita Hepatitis C selama beberapa tahun. Dengan mengikuti Perjamuan Kudus
dan Minyak Urapan serta didoakan langsung oleh Pdt. Drs. Y. Periadji, ia sembuh
total. Carend mengecek langsung ke dokter dan dinyatakan sembuh”.[17]
Masih
ada banyak daftar kesaksian kesembuhan yang selalu dipropaganda dengan sangat
baik oleh Gereja Tiberias. Namun ke-8 kasus di atas kiranya dapat mewakili.
Pertanyaan sekarang adalah, apakah jawaban terhadap hal di atas. Apakah memang
minyak urapan yang diclaim oleh Pendeta Pariadji itu penuh kuasa adalah suatu
fakta yang benar-benar harus kita percayai?
PENDEKATAN
SEIMBANG ANTARA PERJANJIAN LAMA DAN PERJANJIAN BARU
1. Penggunaan
Minyak Urapan dalam Perjanjian Lama. Minyak Urapan digunakan untuk
mentahbiskan dan pengangkatan imam-imam yang akan melayani di bait suci Allah
(Bdk. Kel 29:2). Dalam hal ini minyak urapan adalah “lambang Roh Kudus” yang
memiliki peranan menyucikan dan menguduskan. Karena Allah mengurapi
hamba-hamba-Nya dengan Roh Kudus untuk tugas pelayanan. Pengurapan atas orang,
berlaku bagi pengurapan raja (1 Sam 16:12-13, 2 Sam 2:4), kemudian pengurapan
atas imam besar (Kel 28:41), dan juga pengurapan atas nabi (1 Raja 19:16).
Pengurapan baik kepada benda maupun kepada orang adalah mutlak atas perintah
Tuhan. Pengurapan disebut sebagai tindakan ilahi, bukan inisiatif manusia. Dan
pengurapan dilakukan oleh orang yang ditunjuk Tuhan, bukan kemauan pribadi.
Jika benda yang diurapi, benda tersebut menjadi kudus. Jika orang yang diurapi,
dia menjadi penerima kuasa Tuhan. Digambarkan juga orang yang diurapi, sebagai
orang yang menerima karunia dan dijaga Tuhan (Maz 23:5-6).
Menguduskan perabotan bait suci (Bdk kel
40:9). Minyak urapan digunakan untuk menguduskan bait suci, perabotannya.
Tujuan pengurapan atas benda-benda ini adalah penyucian (benda itu disucikan
karena digunakan untuk tujuan yang suci dan atas ketetapan Tuhan). Itu
sebabnya, pengurapan harus dilakukan dengan minyak khusus, yang ditunjuk Tuhan,
tidak oleh semua orang. Sekali lagi perlu diperhatikan, “minyak untuk urapan
ini” (minyak urapan) tidak bisa dibuat oleh semua orang dan juga pengurapannya
tidak bisa dilakukan semua orang. Alkitab mengatakan hal ini dengan sangat
jelas, dan “serba khusus.”
2. Penggunaan
Minyak Dalam Perjanjian Baru (PB): Dalam Perjanjian Baru, pengurapan
diterima oleh hamba Tuhan, umat Tuhan (orang percaya) bukan lagi menggunakan
minyak, tetapi Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus langsung mengurapi orang
percaya dengan Roh Kudus, yang diperoleh ketika kita dibaptis, percaya dan
menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamat. ( Bdk. 2 Kor 1:20-22). Pada
waktu Tuhan Yesus dibaptis di sungai Yordan dan ketika Dia keluar dari air, Roh
seperti burung merpati turun keatas-Nya. Allah mengurapi Kristus dengan Roh
Kudus ( Bdk Kis 10:38). Dan orang yang percaya kepada Kristus juga menerima
pengurapan (1Yoh 2:20). Pengertian pengurapan disini jelas sekali sebagai
menerima karunia Roh Kudus, lahir baru dan percaya. Artinya ketika kita menjadi
percaya, Allah memetraikan kita dengan Roh Kudus dan mengurapi kita dengan Roh
Kudus. Dengan diurapi, kita disucikan menjadi milik Tuhan. Paulus berkata kamu
bukan lagi milik kamu sendiri, melainkan milik Tuhan ( 1 Kor 6:19-20).
Penggunaan minyak dalam Perjanjian Baru
hanya sebagai “media” saja untuk menyalurkan tenaga (kuasa) Allah untuk
menyembuhkan (Bdk Markus 6: 7,13). Dan minyak tersebut bukanlah disebut “minyak
urapan”. Dalam Yakobus 5:14-15: “Kalau
ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua
jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama
Tuhan. Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan
Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu
akan diampuni.”
Kata minyak dalam bahasa Yunani:
elaioo, yang berarti: olive-oil (miyak
zaitun): penggunaan minyak ini sama dengan perumpamaan tentang gadis-gadis
dengan lampunya dalam Matius 25.[18]
Jadi minyak yang dimaksudkan untuk dioleskan kepada orang yang sakit, bukan
minyak urapan, tetapi minyak zaitun (olive oil). Menjadi menarik disini adalah permainan kata
antara minyak urapan dan minyak zaitun. Perjanjian Baru tidak mengatakan minyak
urapan yang dalam Perjanjian Lama disebut: shemen -- fat, oil (gemuk, minyak)[19]
Tindakan menguduskan perabotan bait suci
dalam Perjanjian Baru tidak lagi menggunakan minyak urapan seperti pada
Perjanjian Lama, tetapi oleh iman melalui doa kepada Allah. Perlu juga
ditambahkan, pengertian minyak urapan di Perjanjian Baru, tidak lagi mengacu
kepada penyucian benda atau pengkhususan diri, karena semua sudah digenapi di
dalam Kristus. Karena semua yang percaya kepada Kristus adalah orang yang
diurapi.
Allah tidak harus menyembuhkan orang
sakit hanya memakai media minyak saja. Kita tidak boleh mengklaim mujizat Allah
hanya dengan minyak, karena hal tersebut dapat terjebak (terjerat) kepada
praktek penyembahan berhala, perdukunan dan okultisme (sihir). Dalam Perjanjian
Baru Allah banyak melakukan mujizat dengan memakai berbagai media seperti :
udara (orang sakit yang kena bayangan Rasul Petrus disembuhkan), sapu tangan
Rasul Paulus menyembuhkan orang sakit dan yang dibelenggu roh-roh jahat, pasir
(Tuhan Yesus menggunakan pasir menyembuhkan orang buta), minyak, dan media yang
lain.
Minyak dan alat-alat yang lain yang dipergunakan untuk kesembuhan
terbatas sebagai media saja. Media ini sama sekali tidak memiliki kuasa apalagi
penuh kuasa. Yang membuat media ini akhirnya memiliki kuasa adalah karena iman
orang yang memakainya dan orang yang menerimanya. Setelah itu, media ini
kembali menjadi benda-benda biasa yang tidak berbeda dengan benda-benda
lainnya.
Di dalam jaman modern di mana kita hidup
sekarang ini, Tuhan Allah dapat juga memakai paramedis seperti dokter, perawat
dan obat-obatan untuk menyembuhkan penyakit kita. Dimana para dokter
diberikannya pengetahuan tentang seluk beluk penyakit kita dan proses
penyembuhan penyakit kita. Jadi kita tidak boleh membatasi kuasa Allah yang
dapat bekerja melalui apa saja sesuai dengan hikmat, kedaulatan, kehendak dan
rencana-Nya melakukan mujizat dan kesembuhan. Jadi dokter juga adalah alat yang
dipakai Tuhan sebagai media untuk mendatangkan kesembuhan melalui ilmu
pengetahuan medis. Tetapi harus diperhatikan bahwa dukun dan paranormal yang
menggunakan nama “tuhan” bisa saja mendatangkan kesembuhan tetapi kesembuhan
itu adalah kesembuhan palsu yang menyesatkan.
Jadi dukun dan atau paranormal tidak pernah dapat menjadi sarana atau
alatNya untuk mendatangkan kesembuhan.
Dalam Perjanjian Baru minyak bukanlah
“lambang Roh Kudus” atau “materai Roh Kudus”. Roh Kudus bukanlah materi, tetapi
Allah dan Tuhan sendiri dalam pribadi-Nya yang ke tiga (Roh Allah). Roh Kudus
tidak pernah memeteraikan kita, atau membaptis kita. Tetapi Allah didalam
Kristuslah yang memeteraikan kita dengan Roh Kudus dan Tuhan Yesuslah yang
membaptis kita dengan Roh Kudus.
Dalam Perjanjian Baru minyak bukan lagi
lambang Roh Kudus sebagaimana “minyak urapan” dalam Perjanjian Lama atau
lambang darah Tuhan Yesus, tetapi hanya media saja yang dipakai oleh Allah
untuk menyalurkan tenaga dan kuasa-Nya. Kita mengimani perlindungan Allah dari
serangan Iblis dan kuasa kegelapan dengan memakai seluruh perlengkapan senjata yang
Allah berikan (Bdk. Efesus 6:10-20). Dengan iman dan tunduk kepada Allah kita
dapat melawan Iblis, setan dan roh jahat, bukan dengan “minyak”. 6.
Dalam Perjanjian Baru, orang-orang
percaya adalah imam-imam di hadapan Allah yang diperoleh-Nya melalui karya
penebusan Kristus yang adalah anugerah Allah dan perbuatan Allah. Hanya Tuhan
Yesus yang memungkinkan kita menjadi imam dan raja di hadapan Allah melalui
karya penebusan-Nya. Karena Tuhan Yesus adalah pendamaian atas segala dosa kita
di hadapan Allah.
Marilah kita baca, uraikan dan renungkan
firman Tuhan ini sebagai berikut : “Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru
katanya: "Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka
meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau
telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan
bangsa.Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi
imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di
bumi." (Why 5:9-10)
KONKLUSI DAN
SARAN-SARAN
Memang
dalam Perjanjian Lama ada narasi tentang ‘Minyak Urapan’ namun pengertiannya berbeda
sekali dengan praktek dalam konsep gereja GTI dan Pdt. Yesaya Pariaji. Dalam PL
‘minyak urapan’ digunakan sebagai ramuan rempah-rempah yang kudus yang
digunakan dalam hubungan dengan pengurapan, pentahbisan dan pengudusan Bait
Allah dan peralatannya, dan para Imam dan Raja yang dipilih Allah (Kel. 29:7;
30:22-33; Im. 8:10-12; 1Sam. 9:16;10:1). Penggunaannya pun tidak dan sama
sekali tidak mengandung unsur magis atau mukjizat kesembuhan. Seperti diurai
dalam bab terdahulu bahwa makna dan fungsi minyak urapa sama sekali tidak
terhubung dengan kesembuhan ilahi. Entah itu kesembuhan fisik atau batin.
Pengurapan
pada anak-anak pun tidak ada dalam kontek minyak urapan Perjanjian Lama. Walau
kita mengerti ada yang mengutip perhatian Yesus pada anak-anak jelas artinya dan
koteknya berbeda dengan berita Perjanjian Lama. Dalam perintah kepada Musa,
Anak-anak Harun dikuduskan dan ditahbiskan dengan minyak urapan karena mereka
mewarisi jabatan imam (Kel. 29:1-9; 30:30). Musa sendiri tidak melakukan ini
pada anak-anaknya karena minyak urapan itu kudus dan tidak boleh dicurahkan
pada orang biasa yang bukan imam, bahkan peringatan keras ditujukan pada orang
yang membuat minyak urapan dan membubuhkannya pada orang biasa harus
dilenyapkan dari antara bangsanya!
“Engkau
harus juga mengurapi dan menguduskan Harun dan anak-anaknya supaya mereka
memegang jabatan imam bagiKu. Dan kepada orang Israel haruslah kaukatakan
demikian: Inilah yang harus menjadi minyak urapan yang kudus bagiKu di antara
kamu turun-temurun. Kepada badan orang biasa janganlah minyak itu dicurahkan,
dan janganlah kau buat minyak semacam itu dengan memakai campuran itu juga: itulah
minyak yang kudus, dan haruslah itu kudus bagimu. Orang yang mencampur
rempah-rempah menjadi minyak yang semacam itu atau yang membubuhnya pada badan
orang awam, haruslah dilenyapkan dari antara bangsanya.” (Kel. 30:30-33).
Jadi,
kalau ada upacara pengurapan anggota jemaat dan anak-anak dengan minyak urapan
bukan saja tidak sesuai dengan firman PL tetapi juga melawan perintah Tuhan
yang tidak membolehkan minyak kudus untuk orang biasa kecuali untuk para imam.
Yesus
dalam Perjanjian Baru tidak mengajarkan minyak urapan karena dalam PB peran
‘Minyak Urapan’ sudah digantikan oleh Roh Kudus dan dilakukan oleh Tuhan Allah
sendiri (Luk. 4:18; Kis.10:38; 1Yoh.2:20). Dalam PB memang ada ayat yang
menunjukkan soal minyak yang digunakan dalam penyembuhan (Mrk. 6:13; Yak. 5:14)
tetapi berkali-kali disebutkan bahwa yang menyembuhkan adalah Tuhan yang
diterima dengan doa & iman (Yak. 5:15).
Arti
‘minyak’ dalam PL dan PB berbeda. Dalam PL minyak itu adalah alat kudus untuk
mengurapi dan mentahbiskan Bait Allah atau para Imam/Raja, sedangkan dalam PB
minyak hanya alat bantu sebagai lambang dalam proses penyembuhan. Praktek
masakini yang menjadikan minyak sebagai INSTRUMEN yang melahirkan kekuatan ilahi
yang bisa digunakan sewaktu-waktu di rumah oleh siapapun untuk kebutuhan apapun
jelas tidak sesuai dengan ajaran PL maupun PB dan melecehkan peran karya
penebusan Kristus dan karya pengudusan Roh Kudus, dan menggantinya dengan
khasiat jimat 'minyak urapan.'
Kemungkinan
besar yang ada adalah kesalahan pembahasaan untuk apa yang dipraktekkan
beberapa gereja masa kini. Minyak tentu dapat dioleskan untuk orang sakit,
tetapi sekali lagi penekanannya adalah Bilur-BilurNya, artinya, Yesus
Kristuslah, yang menyembuhkan. Namun kita tak dapat menyamakannya sebagai
minyak urapan, karena miyak urapan ada dalam kontek PL dan sama sekali tidak
berhubungan dengan konteks PB khususnya Kitab Yakobus. Jadi, kita seharusnya
cukup menyebut minyak saja, tak perlu ditambah kata urapan. Karena kalau kita
sebutkan minyak urapan itu telah menyalahi secara teologis praksis PL. Minyak
urapan dalam kontek PB, kini telah tergenapi oleh karya Roh Kudus yang
beroperasi diantara orang-orang percaya.
Gereja
harus bijak dalam merumuskan teologi karena kalau tidak ancaman kerancuan
justru akan menghilangkan esensi kebenaranyagn tercakup dalam pemaparannya. Frank
Gaynor mendefenisikan esensi mistikisme sebagai “suatu filsafat, doktrin,
ajaran, atau kepercayaan yang lebih berpusat pada dunia roh daripada alam
semesta yang bersifat materi, dan bertujuan untuk penggabungan rohani atau
kesatuan mental dengan Roh Universal, melalui pengertian induktif dan emosional
tentang realitas rohani, dan melalui berbagai bentuk perenungan rohani atau
disiplin. Mistikisme dalam arti yang paling sederhana dan paling dasar adalah
semacam agama yang menekankan kesadaran langsung akan adanya hubungan dengan
Allah, kesadaran akan kehadiran Oknum Ilahi yang langsung dan intim.”[20]
Salah
satu kata kunci yang paling sering disampaikan oleh Pendeta Pariadji adalah
peristiwa “mistis” dalam penglihatan atau mimpi perjumpaannya dengan Tuhan
Yesus di sorga. Perjumpaan itu terjadi seperti dalam suasana yang sangat nyata
walau didalam alam roh. Ini merupakan salah satu ajarah filsafat agama yang
berbau mistis yang menkankan pada hal-hal yang rohaniah atau supranatural. Hal
itu juga berhubungan dengan ajaran tentang kesembuhan ilahi yang mendominasi
hampir semua khotbah-khotbah beliau.
Harvei
M. Conn menyebutkan paling tidak lima (5) hal untuk kita dapat mengerti
mistikisme:
- Ciri intinya adalah kepercayaan pada wahyu khusus di luar Alkitab. Orang mistik dapat mengatakan bahwa alkitab hanyalah suatukesaksian tentang pewahyuan sambilmenanti kehadiran Allah dalam dialog dengan orang berdosa untuk menjadi pewahyuan khusus.
- Dengan hilangnya patokan objektif, mistikisme menekankan subjektifisme dan emosionalisme.
- Mistikisme biasanya kurang menekankan gereja yang ada dan berpusat pada satu pemimpin.
- Penekanan mistis ada pada hal yang menakjubkan. Yag ditekankan oleh mereka bukan karunia-karunia Roh Kudus yang biasa, tetapi karunia Roh Kudus yang luar biasa.
- Mistikisme menekankan eskatologis dalam arti terbatas.[21]
Apabila
kita mengurai rangkaian pemahaman Pendeta Pariadji, maka kita dapat
menyimpulkan benang merahnya sebagai
berikut:
- Pendeta DR Yesaya Pariadji berupaya untuk mensinkronkan buku-buku lain dengan Alkitab (salah satunya adalah Kitab Talmud). Sampai pada tahapan mensinkronkan tentu tidak berbahaya tetapi jika sampai pada tahapan menyandingkan itu dapat menjadi sesat. Yang menjadi persoalan penting adalah, Beliau percaya akan kebenaran Kitab Talmud sebagai pendamping untuk melengkapi Alkitab. Jadi kalau dicermati, sepertinya Pdt. Pariadji mensikritiskan Alkitab dengan Talmud. Kitab Talmud dan semua kitab-kitab lain yang ada di permukaan bumi ini. bagi kita yang percaya pada Kanonisasi Gereja Orthodok adalah catatan yang tidak setara dengan Firman Allah. Oleh karena itu, kitab apapun tidak dapat kita sandingkan sebagai pendamping Alkitab apalagi ditetapkan sebagai acuan dalam membangun sebuah Teologi Kristen.
- Penekanan pada pengalaman emosional yang terjadi akibat dari dampak kuasa yang penuh dari minyak urapan terasa sangat berlebihan. Memang emosi bukan hal yang tabu dalam ekpresi iman, (Matius 22:37), tetapi ketika emosi mengatasi iman, itu adalah suatu kekeliruan yang serius.
- Tokoh sentral dari Tiberias Ministry adalah sosok tunggal Pendeta Yesaya Pariadji. Tidak ada pribadi lain yang sangat diharapkan kehadirannya selain pendeta ini. Ciri gerakan mistikisme memang berpusatkan kepada satu orang. Hal ini kelihatan ketika tokoh-tokoh yang lain mulai muncul dalam wadah ini, tidak lama dia di”buang” dengan alasan yang tidak jelas. Faktanya adalah hengkangnya Pendeta Gilberl Lumoindong dari Gereja Tiberias. Landasan dari gereja yagn sehat adalah ketika kepemimpinanya selalu mengacu kepada Kristus. Tidak ada tokoh sentral yang secara samar sedang mencoba menggantikan posisi Kristus sebagai dasar dan kepala gereja.
- Beliau percaya Minyak Urapan penuh kuasa dan menakjubkan. Disini penekanan adalah pada Minyak Urapan yang memiliki kuasa yang penuh. Ini sangat penting untuk diluruskan. Pertama-tama, Pendeta Pariadji tidak membedakan Minyak Urapan yang dimaksudkan dalam Perjanjian Lama dengan Minyak yang disebutkan oleh Yakobus di dalam Perjanjian Baru. Cara membuat, tujuan, dan fungsi minyak urapan dalam Perjanjian Lama berbeda dengan minyak dalam Perjanjian Baru. Minyak urapan yang dimaksud dalam PL tidak dikaitkan sama sekali dengan tujuan untuk mendoakan orang atau mengurapi orang sakit agar sembuh. Pendeta Pariadji keliru dalam mengejawantahkan ajaran Injil dengan mengutip Perjanjian Lama tanpa memahami konteks dan teksnya. Minyak Urapan di buat untuk mengurapi sehingga seseorang atau sesuatu itu menjadi kudus. Sementara minyak dlam Kitab Yakobus adalah minyak zaitun yang dioleskan sebagai sarana untuk kesembuhan. Minyak dalam konteks Yakobus juga bukan minyak sakti yang pennuh kuasa, tetapi hanya sarana. Kesembuhan sebenarnya ada pada kuasa Yesus Kristus melalui iman orang percaya. Minyak itu terbatas pada sarana sehingga tidak dapat di”dewakan”.
Stuart Gramenz
mengatakan: “Sebelum kita menjadi orang Kristen, kita adalah pohon yang mandul.
Kita tidak bisa menghasilkan buah kuasa. Allah menguasai kita dan melakukan
sebuah mukjizat. Dia membuat kita “lahir kembali” dan mengubah sifat kita. Dia
memberi kita karunia Roh Kudus dan kuasa untuk menghasilkan kesembuhan. Nah,
dengan perubahan dalam sifat kita ini, kita adalah sebuah pohon kesembuhan.
Dengan sifat Anda yang baru, mau tidak mau Anda harus menghasilkan kesembuhan.
Bagian kita adalah menerima realitads ini dan membaharui pikiran kita di bidang
ini. Berhentilah menyia-nyiakan iman dengan meminta sesuatu yang lebih banyak
kepada Allah.[22]
Yang menarik
dari pernyataan di atas adalah kemampuan untuk mengahsilkan buah kesembuhan
yang ada pada oran yang beriman. Jadi kata kuncinya adalah orang yagn telah
diubahkan menjadi manusia baru sehingga dia memiliki kemampuan untuk
menghasilkan buah kesembuhan melalui iman. Jadi kata kunci adalah karunia Allah
yang diejawantahkan dalam tindakan iman. Hal ini secara simultan mematahkan ide
bahwa kesembuhan datang hanya melalui minyak urapan. Artinya, tanpa minyak
urapan pun kesembuhan ilahi dapat terjadi dalam kehidupan orang yang beriman.
Peter Tan
menulis: “Kesembuhan melalui iman pribadi memerlukan penggunaan waktu dalam
merenungkan firman Allah dan mengkah dengan iman bahwa kesembuhan telah terjadi
meskipun gejala-gejalanya masih tetap ada. Biasanya bagi anak-anak dan
orang-orang Kristen baru, allah mengijinkan mereka disembuhkan oleh iman orang
lain; tetapi sewaktu mereka bertumbuh dalam rohani, Allah mengharapkan supaya
mereka melatih iman mereka sendiri.”[23]
Perintah Tuhan kepada Pendeta Pariadji untuk membagikan minyak urapan terasa
sangat kontraproduktif dengan kerinduan Tuhan agar semua umatNya menjadi dewasa
rohani. Mereka yang menadahkan tangan meminta minyak urapan untuk menerima
kesembuhan adalah salah satu bentuk kegiatan kontraproduktif dari ajaran
Pendeta Pariadji. Seharusnya pendeta ini menghentikan produksi minyak urapan
dan mengajar jemaat untuk menerima kesembuhan sendiri dengan iman pribadinya.
Jadi, benarkah Tuhan menyuruh hambaNya untuk melakukan sesuatu yang tidak
sejalan dengan kerinduanNya?
Peter Youngren
mengatakan: “Baik Yesaya maupun Simon Petrus berbicara mengenai bilu-bilur
Yesus. Namun ada satu perbedaan yang nyata. Nubuat Yesaya berkata bahwa oleh
bilur-bilur Yesus, kita sembuh. Simon Petrus berkata bahwa kita sudah sembuh
oleh bilur-bilur Yesus. Ia menulis surat rasulinya beberapa dekade setelah
penyaliban Yesus. Apa yang dilihat Yesaya di depan, telah menjadi sebuah fakta
yang telah terjadi di masa lampau. Di seluruh Perjanjian Lama, dengan iman
orang-orang dapat melihat ke depan apa yang akan Yesus lakukan bagi mereka di
kayu salib dan mengklaim kesembuhan mereka. Dalam Perjanjian Baru, kita melihat
ke belakang pada apa yang telah dilakukan Yesus. Oleh bilur-bilur Yesus, kita
sudah sembuh.”[24]
Kesembuhan
adalah salah satu berkat rohani yang sudah kita terima dalam iman dengan melihat
kepada Kristus. Dengan bertumbuh dalam
iman, kita dapat mengklaim kesembuhan dalam doa. Tanpa miyak sekalipun.
- Orang yang masuk Ruang Maha Suci dicirikan dengan adanya kuasa Minyak Urapan. Dalam dogma soteriologi, kita tidak mengakui keselamatan akibat perbuatan. Keselamatan hanya terjadi oleh karena Iman kepada Yesus Kristus. Perbuatan baik tidak dapat membawa orang ke Sorga. Dalam kontek Wahyu 3:18 tidak terkait dengan kesembuhan karena minyak urapan. baik ‘emas’, ‘pakaian putih’ maupun ‘minyak’ jelas bukan sesuatu yang bersifat hurufiah / jasmani! Pada waktu seseorang datang kepada Kristus, ia pasti menerima hal-hal itu, sehingga ia menjadi kaya (secara rohani), tidak telanjang (secara rohani), dan bisa melihat (secara rohani). Kalau minyak pelumas mata itu mau dihurufiahkan atau diartikan secara jasmani, dan diartikan sebagai minyak urapan, maka emas dan pakaian putih juga harus dihurufiahkan! Itu konsekwensi logis bila minyak urapan juga dihurufiahkan.
Ada yang menarik
dari visi Gereja Tiberias, visi itu adalah sebagai berikut: “Mempersiapkan
Jemaat yang Kudus, Misionaris dan Siap ke Sorga.” Visi eskatologis ini terasa
empuk di telinga orang beriman. Terasa sangat manis karena seperti angin surga
yang membelai lembut. Namun, ini adalah salah satu ciri dari gerakan mistis
yang secara terbatas memfokuskan diri meneliti dan mengajarkan tentang surga
yang berhubungan dengan kedatangan Yesus Kristus kedua kali.[25]
Penekanan ada
pada penghakiman bukan keselamatan. Tekanan khotbah antara sorga dan neraka memang
terdengar sangat kental. Seperti sebuah khotbah intimidatif yang kurang
seimbang. Sejatinya khotbah yang seimbang adalah ketika penghakiman dan
keselamatan diberitakan bersama-sama.
Mempelajari apa
yang ada, maka sejatinya Gereja Tiberias Indonesai sedang mengambangkan suatu
teologi mistik yang harus dipahami dengan hati-hati. Kita dapat terjebak pada
suatu tindkan menghakimi seolah-olah apa yang dipraktekkan oleh Pendeta
Pariadji tidak berasal dari Tuhan. Namun kita juga tak dapat serta merta menerima
atau mengaminkannya. Hal yang paling menghibur tentu adalah Gereja Tiberias dan
Pendeta Pariadji mengakui Alkitab Firman Allah dan Yesus Kristus adalah Tuhan
dan Juruselamat umat manusia.
Terlepas dari
itu semua, kita harus mengakui pertumbuhan fenomenal gereja Tiberias yang
mencengangkan. Pertumbuhan ini rata-rata di atas semua pertumbuhan gereja yang
ada di indonesia. Nah, untuk mengukur keabsahannya kita cukup berpatokan pada
Alkitab dan biarlah Tuhan sendiri memperlihatkan jatidiri sejatinya melalui
proses waktu. Bukankah Alkitab mengatakan dari buahnya kita kenal pohonnya?
Daftar Pustaka
Green,
Denis. Pengenalan Perjanjian Lama, Gandum Mas, Malang, 1984
Frank
Gaynor, Dictionary of Mysticism, New York: Philosophical Library, 1953
Conn,
Harvey M., Teologia Kontemporer, Literatur SAAT, Malang, 2008
Gramenz,
Stuart, Bagaimana Menyembuhkan yang Sakit, Metanoia, Jakarta, 2005
Tan,
Peter, Hukum-Hukum Kesembuhan, Yayasan
Eternal Glory, Jakarta, 1993
Youngren,
Peter, Anda Dapat Menerima Kesembuhan
dari Allah, Media Injil Kerajaan, Semarang, 2000
Majalah
Tiberias’, Edisi V / 2001.
Sumber-Sumber Online
The
Online Bible Thayer's Greek Lexicon and Brown Driver & Briggs Hebrew
Lexicon, Copyright (c)1993, Woodside Bible Fellowship, Ontario, Canada.
Licensed from the Institute for Creation Research
International
Standard Bible Encyclopaedia, Electronic Database Copyright (c) 1996 oleh
Biblesoft
http://www.gkri-exodus.org/page.php?SER-Yakobus5:14-18
[1] Denis
Green, Pengenalan Perjanjian Lama, Gandum Mas, Malang, 1984, hal. 51
[2] Ibid,
Hal. 55-56
[3]
The Online Bible Thayer's Greek Lexicon and Brown Driver & Briggs Hebrew
Lexicon, Copyright (c)1993, Woodside Bible Fellowship, Ontario, Canada.
Licensed from the Institute for Creation Research
[4]Ibid
[5] http://www.gkri-exodus.org/page.php?SER-Yakobus5:14-18
[7]
www.tiberias.or.id
[8]
Majalah Tiberias’, Edisi V / 2001, hal 14.
[9] Ibid,
hal 14.
[10] Ibid,
hal 13.
[11] Ibid,
hal 21.
[12] Ibid,
hal 15.
[13] Ibid,
hal 20.
[14] Ibid,
hal 20.
[15] Ibid, hal 20.
[16] Ibid, hal 21.
[17]
Ibid, hal 21.
[18] from
Thayer's Greek Lexicon, Electronic Database. Copyright (c) 2000 by Biblesoft
[19] from
The Online Bible Thayer's Greek Lexicon and Brown Driver & Briggs Hebrew
Lexicon, Copyright (c)1993, Woodside Bible Fellowship, Ontario, Canada.
Licensed from the Institute for Creation Research.
[20] Frank Gaynor, Dictionary of Mysticism, New
York: Philosophical Library, 1953, hal. 119
[21] Harvie M. Conn, Teologia Kontemporer,
Literatur SAAT, Malang, 2008, Hal. 148-151
[22] Stuart Gramenz, Bagaimana Menyembuhkan yang
Sakit, Metanoia, Jakarta, 2005, hal. 45-46
[23] Peter Tan, Hukum-Hukum Kesembuhan, Yayasan
Eternal Glory, Jakarta, 1993, Hal. 25
[24] Peter
Youngren, Anda Dapat Menerima Kesembuhan dari Allah, Media Injil Kerajaan,
Semarang, 2000, Hal.78
wakakaka inilah pendeta farisi yg tau banyak ayat tapi ga mengalami muzizat lewat minyak urapan hei bung anda memang seorang pdt sedangkan saya jemaat tiberias biasa tapi anda tidak akan pernah mengerti dan tidak percaya akan kuasa di balik minyak urapan, saya saksi hidup yg mengalami kuasa di balik minyak urapan & saya pernah mengusir setan-setan dengan kuasa minyak urapan, pertanyaannya apakah anda sudah melakukannya ? hei bung BERTOBATLAH sebab pdt pun bisa masuk neraka jika menghina sarana Tuhan yg penuh kuasa yaitu minyak urapan, sekian terima kasih
BalasHapusShalom, mohon maaf baru sempat membaca komentar dalam postingan ini. Untuk saudara Yohanes Pri, terimakasih atas feedback atau komentarnya yang "rada" keras. Tapi yang jelas, saya bukan farisi, karena farisi adalah ahli kita Ibrani yang tinggal di Palestina sekitarnya dan mereka adalah sautu mazhab atau aliran dalam Yudaisme. Saya Indonesia asli, suku bangsa Batak, jadi tidak mungkin menjadi Farisi... hehehehe.... Mengenai pelayan, saya memang bukan siapa-siapa, saya hanya seorang hamba yang melukukan sesuai dengan apa yang saya pelajari di Alkitab, buka melakukan apa yang dilakukan orang dan yang belum tentu memiliki dasar teologia. mengenai mengusir setan, semua orang percaya melakukannya (Markus 1:39, Markus 16:17), tapi anda harus mengerti bahwa orang yang dapat mengusir setan belum pasti masuk surga, yang disebut Alkitab bahkan yang mengusir setan pun dilemparkan ke luar dari surga (Bacalah berulang-ulang Matius 7:22) Semoga saudara mendapatkan pencerahan dan belajar mengasihi orang yang berbeda pandangan dengan Anda, karena itulah hakekat sejati dari kasih Kristen. Siapa yang tidak mengasihi, terkutuklah ia (1 Korintus 16:22). Jadi, bertobatlah agar kutuk berlalu dari hidupmu digantikan berkat Tuhan Yesus. shalom
HapusWow keren penjelasannya.....,saya sangat setuju dengan anda yg alkitabiah
BalasHapusPuji Tuhan, tetaplah bertumbuh dalam Kristus saudaraku Jeremia Wurarah. GBU
HapusTerima kasih atas penjelasan yang sangat memberkati. Betapa kerinduan saya setiap orang kristen lebih berhikmat dan kritis dalam melihat segala sesuatu. Kembali ke Alkitab, bukan telan mentah-mentah. Gbu.
BalasHapusPuji Tuhan. Memang akhir zaman ini akan ditandai dengan orang-orang yang tidak lagi menyukai keaslian. Namun, kita yang setia pada kesucia Alkitab, harus belajar untuk melakukan hanya apa yang diperintahkan Tuhan. Sebab menambah atau membumbui firman Tuhan dengan hal-hal yang sepertinya rohani namum bersumber dari hal jasmani, hanya akan mendatangkan bencana (Wahyu 22:11)
Hapusibrani 1 : 9 engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan sebab itu Allah, AllahMu telah mengurapi engkau dgn minyak sebagai tanda kesukaan melebihi teman2 sekutuMu. boleh ngga kita seperti perempuan yg pendarahan dan menjamah jubah Yesus, boleh ngga seperti perempuan siro fenicia, atau sperti maria yg di perkawinan di Kana ?
BalasHapushakim hakim 9 : 9 masakan aku meninggalkan minyakku yg dipakai menghormati Allah dan manusia. memaksakan anugerah Allah turun melalui sarana minyak urapan. dan perjamuan kudus. kerinduan saya spy jangan banyak orang jago teori tetapi juga praktek. menyelidiki alkitabnya minta tuntunan Roh kudus ngga?
Shalom Saudara Yoga, terimakasih Komentarnya. Sila kembali membaca uraian dalam artikel diatas, kami hanya meneliti dasar-dasar teologinya. dan ternyata memang tidak sesuai dengan penjelasan Alkitab. mengenai apakah kami meneliti dengan Tuntunan Roh Kudus, hanya kami dan Roh Kudus yang tahu. Mengapa kami perlu menyebutnya di sini, sebab itukan keangkuhan rohani. GBU
HapusShalom, mohon maaf baru sempat membaca komentar dalam postingan ini. Untuk saudara Yohanes Pri, terimakasih atas feedback atau komentarnya yang "rada" keras. Tapi yang jelas, saya bukan farisi, karena farisi adalah ahli kita Ibrani yang tinggal di Palestina sekitarnya dan mereka adalah sautu mazhab atau aliran dalam Yudaisme. Saya Indonesia asli, suku bangsa Batak, jadi tidak mungkin menjadi Farisi... hehehehe.... Mengenai pelayan, saya memang bukan siapa-siapa, saya hanya seorang hamba yang melukukan sesuai dengan apa yang saya pelajari di Alkitab, buka melakukan apa yang dilakukan orang dan yang belum tentu memiliki dasar teologia. mengenai mengusir setan, semua orang percaya melakukannya (Markus 1:39, Markus 16:17), tapi anda harus mengerti bahwa orang yang dapat mengusir setan belum pasti masuk surga, yang disebut Alkitab bahkan yang mengusir setan pun dilemparkan ke luar dari surga (Bacalah berulang-ulang Matius 7:22) Semoga saudara mendapatkan pencerahan dan belajar mengasihi orang yang berbeda pandangan dengan Anda, karena itulah hakekat sejati dari kasih Kristen. Siapa yang tidak mengasihi, terkutuklah ia (1 Korintus 16:22). Jadi, bertobatlah agar kutuk berlalu dari hidupmu digantikan berkat Tuhan Yesus. shalom
BalasHapusYang mengklaim mampu mengusir setan-setan, tolong buat videonya jika anda beraksi lagi, agar lebih jelas nyata atau tidak.
BalasHapuspembahasan yang bagus
BalasHapus